Home / Romansa / DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO / Part 1. Dihina Miskin

Share

DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO
DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO
Author: TrianaR

Part 1. Dihina Miskin

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2025-07-01 15:06:35

"Eh, katanya Indah si anak miskin datang juga, loh!" bisik Rinta sambil menyenggol Fina.

"Hah? Serius? Wah, dulu dia selalu dapat beasiswa prestasi, kan?" sahut Fina dengan nada meledek.

"Iya, tapi beasiswa kan karena nggak punya duit. Jadi sekarang dia kerja apa ya?" tambah Ayu.

Restoran mewah itu dipenuhi obrolan dan tawa. Di salah satu sudut, sekelompok wanita dengan pakaian glamor duduk mengelilingi meja panjang. Mereka adalah mantan teman SMA yang berkumpul untuk buka bersama sekaligus reuni kecil.

Perhiasan berkilauan menghiasi pergelangan tangan mereka, tas-tas branded dari merek terkenal bertengger di atas meja, dan makeup mereka sempurna, seolah baru keluar dari salon. Dress mereka dari bahan mahal, sepatu hak tinggi serasi dengan warna tasnya, mencerminkan gaya hidup mereka yang kini bergelimang kemewahan.

Di tengah suasana itu, pintu restoran terbuka, dan seorang wanita masuk dengan langkah tenang.

"Nah tuh, orangnya dateng!"

Mereka semua menoleh ke arah Indah yang berjalan mendekat. Berbeda dengan mereka yang tampil heboh, Indah hanya mengenakan gamis sederhana berwarna pastel dengan hijab yang tertata rapi. Wajahnya bersih tanpa makeup berlebihan, hanya lip balm dan sedikit bedak untuk kesan segar.

"Astaga, lihat tuh dandanannya," bisik Rina. "Beda banget sama kita."

"Iya, polos banget. Kayak orang baru pulang kerja, bukan mau acara di restoran mewah," tambah Fina dengan tawa kecil.

Indah mendengar semuanya, tapi ia tetap melangkah dengan percaya diri dan duduk dengan tenang.

Begitu Indah duduk, obrolan pun berlanjut. Tapi kali ini, mereka sibuk memamerkan kehidupan mereka masing-masing.

"Gila ya, aku baru beli tas baru di butik luar negeri. Harganya lumayan sih, tapi worth it banget. Kan pakai uang suami," kata Ayu sambil memamerkan tas Louis Vuitton yang ia letakkan di pangkuannya.

"Aku juga baru beli jam tangan Rolex, biar matching sama mobil baru aku," sahut Rina, mengangkat tangannya agar berlian di jam tangannya terlihat lebih jelas.

"Duh, kalian pamer banget sih!" Fina pura-pura mengeluh. "Aku sih nggak sehebat kalian, paling tiap bulan liburan ke luar negeri. Baru pulang dari Dubai kemarin. Seru banget!"

"Sama dong, Fin! Aku juga tiap tahun ganti koleksi Hermes. Kan suami aku royal banget," timpal Rinta. Lalu ia melirik Indah dengan tatapan menyelidik. "Eh, tapi Ndah, kamu kan dulu nggak punya pacar pas SMA. Sekarang gimana? Udah nikah belum?"

Mereka semua langsung tertawa kecil, seakan menikah dengan pria kaya adalah satu-satunya ukuran kesuksesan.

Indah tetap tersenyum. "Belum. Aku masih fokus kerja."

"Kerja?" Ayu pura-pura kaget. "Ya ampun, masih harus kerja keras? Capek banget, Ndah. Aku sih nggak kebayang harus repot-repot cari uang sendiri."

"Iya, kasian banget. Pasti susah ya, harus bangun pagi, lembur, dapat gaji pas-pasan," tambah Rina sambil melirik Indah dari ujung kepala sampai kaki.

"Lihat aja penampilannya. Simpel banget. Aku sih nggak kebayang pakai baju kayak dia. Terlalu sederhana." Fina menambahkan dengan seringai kecil.

"Bener banget. Aku nggak kebayang pakai baju kayak dia. Kita kan harus tampil elegan kalau ke tempat begini." Ayu menyahut, memainkan rambutnya yang baru di-highlight di salon ternama.

Indah masih diam, menatap mereka satu per satu tanpa sedikit pun merasa terpengaruh.

"Sudah cukup, kalian jangan begitu," ucap seorang wanita dengan nada tegas.

Semua menoleh ke arah Farah, teman sebangku Indah sewaktu SMA. Berbeda dengan yang lain, Farah memang terlihat lebih kalem sejak awal. Meski tetap berpakaian modis, ia tidak ikut-ikutan pamer atau mencibir Indah seperti yang lain.

"Indah juga teman kita. Kenapa kalian malah merendahkannya?" lanjut Farah, menatap satu per satu wajah mereka.

Rina mendengus kecil. "Santai aja, Far. Kita kan cuma bercanda."

"Bercanda?" Farah menatap tajam. "Kalian dari tadi bukan cuma bercanda. Tapi terus-terusan menyindir Indah. Seolah-olah, hanya karena dia tidak memakai barang-barang branded seperti kalian, dia lebih rendah."

Fina mendecak pelan, menyilangkan tangan di dada. "Kita kan cuma ngobrol santai. Lagipula, wajar dong kalau kita ingin tahu kabar Indah sekarang. Dulu dia yang paling pintar di kelas, masa nggak penasaran?"

"Tapi cara kalian menyampaikannya itu merendahkan," balas Farah tanpa ragu. "Kalian terlalu sibuk pamer dan menilai seseorang dari penampilannya."

Ayu menatap Farah dengan ekspresi tak percaya. "Eh, kok malah kamu yang marah-marah? Kita ini lagi reuni, bukan debat."

Farah menggeleng. "Justru karena ini reuni, kita harusnya bersikap lebih baik satu sama lain. Seharusnya kita senang bisa berkumpul lagi, bukannya malah saling menjatuhkan."

Indah menatap Farah dengan senyum tipis. "Sudah, Far, tidak apa-apa," bisik Indah

Namun, Rinta masih tidak terima. "Ya ampun, Farah. Kamu sok banget sih? Lagian, kalau Indah memang sukses, kenapa dia tetap tampil sederhana gitu? Bukannya kalau sudah punya uang, kita bisa menikmati hidup?"

Indah akhirnya angkat bicara. "Menikmati hidup itu bukan berarti harus pamer kekayaan, Rinta." Tatapannya tetap tenang. "Aku bahagia dengan hidupku sekarang, dan aku tidak butuh pengakuan dari orang lain."

Tak lama, pelayan datang membawakan menu.

"Kita patungan kan, ya? Makan di sini mahal, lho. Jangan sampai ada yang nggak bisa bayar nanti," celetuk Ayu sambil melirik Indah dengan tatapan meremehkan.

Indah tetap diam, membuka menu dengan tenang, membiarkan mereka puas dengan ocehan mereka sendiri.

"Eh, serius deh, kita beneran patungan kan?" tanya Fina sambil melihat sekeliling meja. "Jangan sampai nanti ada yang tiba-tiba nggak bawa cukup duit. Soalnya kan ada yang hidupnya susah, ya..."

Mereka kembali melirik Indah, yang masih tetap tenang membaca menu.

"Eh, Ndah, kamu bawa uang cukup, kan?" tanya Rina dengan nada sok perhatian. "Soalnya ini restoran mahal. Kita nggak makan di warteg kayak waktu SMA dulu."

Mereka tertawa puas.

Indah akhirnya menutup menu dan tersenyum. "Jangan khawatir. Aku bawa cukup kok," jawabnya ringan.

Saat makanan datang dan perut sudah terisi, tibalah saatnya membayar.

"Totalnya Rp 6,5 juta, kak," kata pelayan sambil menyodorkan tagihan.

Beberapa orang mulai merogoh dompet, tapi sebelum ada yang sempat mengumpulkan uang, Indah mengeluarkan kartu debitnya dan menyerahkannya pada pelayan.

"Pakailah ini. Aku yang bayar," ucap Indah santai membuat semua terbungkam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24B. Kumpulkan Data

    Beberapa hari kemudian, Reza—orang yang disewa Indah untuk mengawasi Alvin—mengirimkan laporan lengkap. Ia mengajak Farah dan Galang bertemu di tempat yang sama, sebelum mereka bertiga menyampaikan semuanya ke Indah.Reza membuka laptopnya, memperlihatkan rekaman CCTV dari parkiran rumah sakit bersalin.“Itu Alvin, dan itu ... wanita yang sama di foto dari Galang. Mereka masuk ke klinik kandungan dan keluar sekitar satu jam kemudian,” ucap Reza pelan. “Saya juga dapat rekaman mereka keluar dari apotek bawa kantong kecil. Mungkin vitamin atau obat hamil.”Farah mengepal tangan. “Berarti benar. Perempuan itu hamil ... dan mungkin Alvin ayahnya.”Galang menyandarkan punggung. “Nggak nyangka secepat ini ketahuan. Tapi bagus juga, sebelum Indah benar-benar menikah sama dia.”Reza melanjutkan, “Saya juga sudah telusuri alamat perempuan itu. Namanya Lusia. Dia tinggal di apartemen Tower 5 lantai 11. Beberapa hari yang lalu, Alvin juga datang ke

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24A. Mulai Terkuak

    Part 24 - Mulai Terkuak Indah menatap layar ponselnya lama, jantungnya berdebar tak karuan. Tangannya gemetar saat mengetik balasan. [Lang, kita harus ketemu. Sekarang.] Baru saja ia mengirim pesan itu, notifikasi lain muncul dari nama sahabatnya. [Ndah ... aku tahu ini waktunya nggak tepat, tapi aku dapet sesuatu.] Indah langsung membalas cepat, [Apa maksudmu, Far?] [Ingat waktu aku bilang mau bantu cari tahu soal Alvin? Aku nemu dia kemarin... di klinik ibu dan anak. Dia nganterin perempuan. Aku ngikutin sampe parkiran dan sempat video dari jauh. Aku nggak yakin mau kasih kamu, tapi ... kamu harus lihat sendiri.] Tak lama kemudian, sebuah video terkirim. Video buram tapi cukup jelas menunjukkan Alvin sedang berdiri di depan klinik, membuka pintu mobil untuk seorang wanita yang tengah memegang perutnya. Mata Indah mulai memanas. Kedua tangannya mencengkeram ponsel

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 23B. Nikah Siri

    Lusia mengerutkan kening. “Siri?”“Aku tahu ini nggak adil buat kamu. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang. Aku akan cari penghulu, akan siapkan semuanya.”Alvin mendekat, menyentuh bahu Lusia kembali. “Percayalah, Lus. Setelah semua ini beres … aku akan tempuh jalan apa pun buat kamu dan anak kita.”Sementara mereka bicara, Galang diam-diam sudah mencari tahu tentang apartemen yang Alvin masuki barusan. Ia mencatat nomor unit dan lantainya. Setelah acara selesai, ia duduk di motornya sambil membuka chat lama bersama Indah.Ia ragu sejenak. 'Langkahku benar atau tidak ya? Apa aku terlalu lancang mencampuri urusan mereka? Tapi kalau ternyata pria itu berhubungan dengan wanita lain, kasihan Indah.'Namun hal itu ia urungkan kembali saat titik-titik hujan mulai membasahi bumi.***Di Hari Berikutnya ...Lusia duduk di ruang tamu apartemennya, mengenakan dress polos warna lembut. Di hadapannya duduk seorang

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 23A. Kamu Pengecut!

    Part 23"Aku hamil Mas, dan kamu harus tanggung jawab!"Alvin terdiam, napasnya tercekat. Ia menatap Lusia lama.“Kamu yakin?”“Sudah jelas-jelas aku positif. Kamu masih meragukannya?"Alvin meraup wajahnya kasar, lalu menggenggam tangan Lusia erat.“Aku… aku akan tanggung jawab. Aku janji. Aku akan biayai kamu, anak kita. Apa pun yang kamu butuh, aku sediakan.”Lusia menatapnya, suara bergetar. “Hanya membiayai saja? Kamu tidak mau menikahiku?”Alvin menunduk, pelan mengangguk. “Aku nggak bisa ninggalin pernikahan ini, Lus. Keluargaku butuh nama baik, mereka kejar harta keluarga Indah. Kalau aku pergi sekarang, semuanya runtuh.”Mata Lusia berkaca-kaca. Tak percaya dengan jawaban Alvin. “Kita tetap jalanin ini diam-diam, aku nggak akan ninggalin kamu atau anak kita. Aku akan jaga kalian. Tapi dari jauh.”Lusia tak menjawab. Ia hanya duduk diam. Hancur."Setelah ini aku antar

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 22B. Aku Hamil, Mas!

    [Dia bisa segitunya ya ... padahal kita udah percaya banget.][Berarti bener ya, dia dari awal emang udah niat kabur bawa uang arisan?][Kayaknya sih gitu. Soalnya aku juga sempet liat satu mobil box beberapa hari lalu pas lewat situ, ternyata mereka pindahan.][50 juta itu bukan uang kecil, gaes. Kita nggak bisa diem aja.][Kalau gitu, seperti yang udah disepakati, kasih dia waktu dua bulan. Kalau tiga kali nggak setor juga, kita lapor polisi aja. Ada bukti transfer kan dari masing-masing kita?][Iya, semua masih ada. Gue juga udah save bukti-buktinya.]***Beberapa minggu berlalu ....Bu Ratna datang dengan semangat membara, membawa beberapa katalog tebal penuh contoh dekorasi dan desain undangan. Suaranya nyaring mengisi ruang tamu rumah Indah saat berbincang dengan Bu Laras, seolah tak kenal lelah meski hari sudah petang."Ini, lihat nih, Dek Indah. Tema garden party ala Eropa ini lagi tren, terus i

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 22A. Kabur?

    Part 22Fina yang sebelumnya tenang kini menatap Rinta dengan pandangan tajam. "Dia beneran ninggalin kita gitu aja?" ucapnya, meski nada suaranya terkesan lebih tenang dari yang lainnya.Rinta melemparkan ponselnya ke meja, kesal. "Dia benar-benar ninggalin kita. Sialan banget, nggak tau malu!"Nora terlihat terkejut, lalu mulai menyela. "Tapi, dia nggak mungkin kabur gitu aja tanpa alasan. Mungkin ada yang salah."Fina menggeleng. "Ya mungkin Rina punya banyak masalah, tapi nggak seharusnya dia ngelakuin ini. Itu uang kita, gaes!"Suasana di villa semakin tegang. "Gue kecewa banget. Kok Rina jadi begini sih?""Tiga hari yang lalu dia masih update status di IG nya loh, kelihatannya baik-baik saja.""Coba di DM aja."Fina segera mengirim pesan di IG Rina, namun sayangnya akunnya sudah di privat dan tak bisa sembarangan orang mengirim pesan padanya. "Gaes, akun Rina sekarang diprivat, terus gak bisa kir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status