Home / Romansa / DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO / Part 3. Tak Percaya

Share

Part 3. Tak Percaya

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2025-07-01 15:07:54

Part 3

Indah kembali ke meja dengan ekspresi datar, sementara Farah mengikutinya dengan tatapan tajam ke arah yang lain. Ia tahu teman-teman lama mereka pasti membicarakan sesuatu di belakang Indah, dan firasatnya mengatakan itu bukan hal baik.

"Udah pada setuju, ya? Jadi arisannya beneran jalan?" tanya Indah santai, mengambil tempat duduknya kembali.

Rinta tersenyum manis, seolah-olah tidak ada yang terjadi. "Iya dong! Ini kita udah bikin grupnya juga, nanti tinggal atur siapa yang narik duluan."

Indah melirik ke layar ponsel Rinta yang terbuka, melihat nama grup yang sudah dibuat. Arisan Girls Squad.

"Menarik." Indah menyesap minumannya pelan. "Jadi, siapa yang jadi bendahara?"

"Aku aja!" Ayu mengangkat tangan cepat. "Biar gampang, aku kan paling sering urusan sama duit."

Fina dan Rina bertukar pandang, tapi akhirnya mengangguk setuju. "Ya udah, berarti Ayu yang pegang uang arisannya."

Setelah acara di restoran selesai, mereka pun berpisah. Namun, tak lama setelah itu, grup arisan yang baru dibuat mulai ramai dengan obrolan.

Grup Chat: "Arisan Girls Squad"

[Gils, seneng banget tadi ketemu kalian semua! Next kita kumpul lagi dong, tapi di tempat yang lebih eksklusif!] tulis Rinta memulai obrolan.

[Setuju! Gimana kalau kita ke private lounge di hotel bintang lima? Biar vibes-nya lebih classy!] balas Ayu.

[Setuju banget! Tapi, kita pastiin dulu semua bisa bayar arisan, ya. Jangan sampai ada yang nunggak!] Fina ikut nimbrung

[Yuk cari anggota yang lain lagi, makin banyak yang ikut makin rame dan makin banyak juga duitnya] tulis Rina.

[Ya dong biar bisa beli berlian atau naik kapal pesiar yuhuuuu]

[Duh, seneng banget bestiee ...]

[Siap. Aku ikut aja.] Balas Indah.

Namun saat Indah mengirim pesan, grup arisan menjadi hening.

Seketika, Rinta langsung mengirim pesan pribadi ke Fina.

[Fin, lo yakin Indah beneran bisa bayar arisan kita? Gue masih ragu banget, deh.]

[Sama, gue juga. Tadi dia emang keliatan santai, tapi bisa aja cuma jaim depan kita. Hidupnya kayaknya nggak mewah-mewah amat.]

Ayu ikut menyahut di chat pribadi.

[Beb, jangan-jangan dia maksain diri cuma biar kita nggak ngeremehin dia. Kasihan juga sih, kalau sampe dia kepepet gara-gara gengsi.]

[Gue curiga deh. Jangan-jangan dia pinjem duit atau maksa biar nggak keliatan miskin di depan kita.]

[Yaudah, kita lihat aja nanti. Paling juga dia mundur sendiri]

Sementara obrolan di grup mulai mereda, percakapan di chat pribadi justru semakin ramai dengan berbagai spekulasi tentang Indah.

Di satu sisi, mereka masih meragukan kemampuan finansial Indah untuk ikut arisan dengan nominal yang besar. Tapi di sisi lain, mereka juga penasaran, bagaimana bisa Indah yang dulu sederhana tiba-tiba terlihat begitu santai dengan pengeluaran besar?

Ayu mengirim pesan lagi ke Rinta.

[Eh, tapi beneran deh. Kita harus cari tahu, jangan sampai kita rugi. Bayangin kalau tiba-tiba dia nggak bisa bayar pas gilirannya dapet duit, kan repot!]

Fina langsung menimpali.

[Bener. Gimana kalau kita kepoin lebih jauh soal kerjaannya? Dia tadi nggak bilang detail, kan?]

[Rinta, lo kan punya temen yang biasa ngepoin orang. Coba deh cari tahu, siapa tahu ada yang kita lewatkan.] tulis Rina.

Rinta membaca pesan itu dengan senyum kecil.

[Santai. Gue bakal cari tahu.] balasnya singkat.

Sementara itu, di tempat lain, Indah sedang menatap layar ponselnya dengan ekspresi datar.

Ia tahu sejak awal bahwa geng lamanya pasti akan membicarakannya di belakang. Ia bahkan sudah memperkirakan reaksi mereka sejak pertama kali mengeluarkan kartu untuk membayar tagihan di restoran tadi.

Farah yang memperkirakan hal itu akan terjadi langsung menelepon Indah. “Indah, kamu gak papa kan? Grup rame tadi tapi pas kamu muncul langsung sepi."

Indah tersenyum tipis. “Nggak apa-apa. Cuma instingku bilang mereka pasti masih ragu.”

Farah mende5ah pelan. “Aku udah bilang, kamu nggak perlu membuktikan apa pun ke mereka.”

“Aku nggak sedang membuktikan apa pun, Far. Aku cuma ingin melihat sejauh mana mereka akan berusaha mencari tahu tentangku.”

Farah mengernyit. "Maksudmu?"

"Sebenarnya ada sesuatu. Tapi ah, sudahlah, lupakan saja. Aku gak bisa mengatakannya sekarang. Kalau mereka benar-benar ingin tahu, biarkan mereka cari tahu sendiri.”

"Baiklah, Ndah, aku dukung kamu."

Sementara di grup arisan, meski obrolan sempat hening setelah Indah mengirim pesan terakhirnya, Rinta akhirnya mengetik sesuatu untuk mencairkan suasana.

[Oke, bestie! Kalau gitu, kita tentuin dulu jadwal arisan pertama kita. Siap-siap, ya!]

Beberapa hari kemudian, grup arisan semakin aktif. Mereka mulai membahas tempat pertemuan dan jumlah iuran yang harus dibayarkan.

Grup Chat "Arisan Girls Squad"

[Guys, aku udah booking private lounge di hotel bintang lima. Minimal iuran kita 15 juta per orang ya. Biar hadiahnya keren!] tulis Ayu.

[Setuju! Jangan sampai ada yang keberatan ya. Kan ini arisan eksklusif.] balas Fina

[Eh, Indah masih ikut kan? Takutnya nanti pas setor malah lama atau berat buat dia. Nggak enak juga kalo ada yang telat bayar.] sahut Rinta.

Indah yang membaca chat itu hanya tersenyum tipis. Sejak awal, ia sudah bisa menebak kalau mereka masih meremehkannya.

[Santai aja. Aku nggak masalah kok.]

***

Hari Arisan

Private lounge di hotel bintang lima itu penuh dengan dekorasi elegan. Para anggota arisan datang dengan pakaian glamor, mengenakan tas dan aksesori mewah.

Saat Indah masuk, mereka langsung melirik dari ujung kepala hingga kaki. Kali ini, Indah mengenakan dress anggun berwarna navy dengan pashmina sutra yang terlihat mahal. Simpel, tapi berkelas.

"Eh, hari ini dia agak niat ya, lihat deh penampilannya," bisik Ayu ke Rinta.

"Jangan-jangan dia pinjem baju," Rinta terkikik.

"Ambooy sampe rela sewa dress. Biar tekor asal kesohor. Ck!" sahut Rina.

Mereka semua berkumpul di meja utama, menikmati hidangan mewah sambil berbincang. Hingga akhirnya, momen yang mereka tunggu tiba, pengumpulan uang arisan.

Seorang panitia mulai mencatat. "Baik, kita mulai ya. Silakan transfer atau setor tunai sekarang."

Satu per satu mereka menyerahkan uang mereka. Fina mengeluarkan cek, Rinta menunjukkan bukti transfer, begitu juga Ayu dan Rina serta anggota lain yang ikut.

Ketika giliran Indah, semua diam, menunggu dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

Ayu dan Rinta saling lirik, menahan tawa kecil. "Jangan-jangan dia mau nyicil," bisik Fina.

Indah dengan santai membuka ponselnya dan dalam hitungan detik, ia mengangkat tangan. "Sudah aku transfer."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24B. Kumpulkan Data

    Beberapa hari kemudian, Reza—orang yang disewa Indah untuk mengawasi Alvin—mengirimkan laporan lengkap. Ia mengajak Farah dan Galang bertemu di tempat yang sama, sebelum mereka bertiga menyampaikan semuanya ke Indah.Reza membuka laptopnya, memperlihatkan rekaman CCTV dari parkiran rumah sakit bersalin.“Itu Alvin, dan itu ... wanita yang sama di foto dari Galang. Mereka masuk ke klinik kandungan dan keluar sekitar satu jam kemudian,” ucap Reza pelan. “Saya juga dapat rekaman mereka keluar dari apotek bawa kantong kecil. Mungkin vitamin atau obat hamil.”Farah mengepal tangan. “Berarti benar. Perempuan itu hamil ... dan mungkin Alvin ayahnya.”Galang menyandarkan punggung. “Nggak nyangka secepat ini ketahuan. Tapi bagus juga, sebelum Indah benar-benar menikah sama dia.”Reza melanjutkan, “Saya juga sudah telusuri alamat perempuan itu. Namanya Lusia. Dia tinggal di apartemen Tower 5 lantai 11. Beberapa hari yang lalu, Alvin juga datang ke

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24A. Mulai Terkuak

    Part 24 - Mulai Terkuak Indah menatap layar ponselnya lama, jantungnya berdebar tak karuan. Tangannya gemetar saat mengetik balasan. [Lang, kita harus ketemu. Sekarang.] Baru saja ia mengirim pesan itu, notifikasi lain muncul dari nama sahabatnya. [Ndah ... aku tahu ini waktunya nggak tepat, tapi aku dapet sesuatu.] Indah langsung membalas cepat, [Apa maksudmu, Far?] [Ingat waktu aku bilang mau bantu cari tahu soal Alvin? Aku nemu dia kemarin... di klinik ibu dan anak. Dia nganterin perempuan. Aku ngikutin sampe parkiran dan sempat video dari jauh. Aku nggak yakin mau kasih kamu, tapi ... kamu harus lihat sendiri.] Tak lama kemudian, sebuah video terkirim. Video buram tapi cukup jelas menunjukkan Alvin sedang berdiri di depan klinik, membuka pintu mobil untuk seorang wanita yang tengah memegang perutnya. Mata Indah mulai memanas. Kedua tangannya mencengkeram ponsel

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 23B. Nikah Siri

    Lusia mengerutkan kening. “Siri?”“Aku tahu ini nggak adil buat kamu. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang. Aku akan cari penghulu, akan siapkan semuanya.”Alvin mendekat, menyentuh bahu Lusia kembali. “Percayalah, Lus. Setelah semua ini beres … aku akan tempuh jalan apa pun buat kamu dan anak kita.”Sementara mereka bicara, Galang diam-diam sudah mencari tahu tentang apartemen yang Alvin masuki barusan. Ia mencatat nomor unit dan lantainya. Setelah acara selesai, ia duduk di motornya sambil membuka chat lama bersama Indah.Ia ragu sejenak. 'Langkahku benar atau tidak ya? Apa aku terlalu lancang mencampuri urusan mereka? Tapi kalau ternyata pria itu berhubungan dengan wanita lain, kasihan Indah.'Namun hal itu ia urungkan kembali saat titik-titik hujan mulai membasahi bumi.***Di Hari Berikutnya ...Lusia duduk di ruang tamu apartemennya, mengenakan dress polos warna lembut. Di hadapannya duduk seorang

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 23A. Kamu Pengecut!

    Part 23"Aku hamil Mas, dan kamu harus tanggung jawab!"Alvin terdiam, napasnya tercekat. Ia menatap Lusia lama.“Kamu yakin?”“Sudah jelas-jelas aku positif. Kamu masih meragukannya?"Alvin meraup wajahnya kasar, lalu menggenggam tangan Lusia erat.“Aku… aku akan tanggung jawab. Aku janji. Aku akan biayai kamu, anak kita. Apa pun yang kamu butuh, aku sediakan.”Lusia menatapnya, suara bergetar. “Hanya membiayai saja? Kamu tidak mau menikahiku?”Alvin menunduk, pelan mengangguk. “Aku nggak bisa ninggalin pernikahan ini, Lus. Keluargaku butuh nama baik, mereka kejar harta keluarga Indah. Kalau aku pergi sekarang, semuanya runtuh.”Mata Lusia berkaca-kaca. Tak percaya dengan jawaban Alvin. “Kita tetap jalanin ini diam-diam, aku nggak akan ninggalin kamu atau anak kita. Aku akan jaga kalian. Tapi dari jauh.”Lusia tak menjawab. Ia hanya duduk diam. Hancur."Setelah ini aku antar

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 22B. Aku Hamil, Mas!

    [Dia bisa segitunya ya ... padahal kita udah percaya banget.][Berarti bener ya, dia dari awal emang udah niat kabur bawa uang arisan?][Kayaknya sih gitu. Soalnya aku juga sempet liat satu mobil box beberapa hari lalu pas lewat situ, ternyata mereka pindahan.][50 juta itu bukan uang kecil, gaes. Kita nggak bisa diem aja.][Kalau gitu, seperti yang udah disepakati, kasih dia waktu dua bulan. Kalau tiga kali nggak setor juga, kita lapor polisi aja. Ada bukti transfer kan dari masing-masing kita?][Iya, semua masih ada. Gue juga udah save bukti-buktinya.]***Beberapa minggu berlalu ....Bu Ratna datang dengan semangat membara, membawa beberapa katalog tebal penuh contoh dekorasi dan desain undangan. Suaranya nyaring mengisi ruang tamu rumah Indah saat berbincang dengan Bu Laras, seolah tak kenal lelah meski hari sudah petang."Ini, lihat nih, Dek Indah. Tema garden party ala Eropa ini lagi tren, terus i

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 22A. Kabur?

    Part 22Fina yang sebelumnya tenang kini menatap Rinta dengan pandangan tajam. "Dia beneran ninggalin kita gitu aja?" ucapnya, meski nada suaranya terkesan lebih tenang dari yang lainnya.Rinta melemparkan ponselnya ke meja, kesal. "Dia benar-benar ninggalin kita. Sialan banget, nggak tau malu!"Nora terlihat terkejut, lalu mulai menyela. "Tapi, dia nggak mungkin kabur gitu aja tanpa alasan. Mungkin ada yang salah."Fina menggeleng. "Ya mungkin Rina punya banyak masalah, tapi nggak seharusnya dia ngelakuin ini. Itu uang kita, gaes!"Suasana di villa semakin tegang. "Gue kecewa banget. Kok Rina jadi begini sih?""Tiga hari yang lalu dia masih update status di IG nya loh, kelihatannya baik-baik saja.""Coba di DM aja."Fina segera mengirim pesan di IG Rina, namun sayangnya akunnya sudah di privat dan tak bisa sembarangan orang mengirim pesan padanya. "Gaes, akun Rina sekarang diprivat, terus gak bisa kir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status