共有

13. Bab 13

作者: Siti Aisyah
last update 最終更新日: 2022-05-24 21:02:27

DIKIRA MISKIN 13

Waktu seminggu terasa berjalan sangat lambat tidak seperti biasa. Aku masih penasaran dengan apa yang akan terjadi dengan Mbak Wiwid jika Mbak Ranti tidak menepati janjinya.

Hari yang ditunggu itu masih kurang dua hari lagi. Pagi ini, aku melihat Mbak Wiwid tengah menyiram aneka bunga yang ia tanam di dalam pot yang berjejer rapi di depan rumahnya. Bukan hanya menyiram saja, ia bernyanyi kecil sambil menggoyangkan pinggulnya. Begitu lah, Mbak Wiwid, ia hanya mau mengurus tanaman bunga yang ada di halaman rumah, tapi kalau diminta ke sawah, langsung angkat tangan.

Heran aku, kok ada ya, orang punya utang banyak masih bisa bersenandung dan berjoget seperti itu. 

Hari yang dinanti tiba, jantungku berdebar tidak karuan. Lho, padahal bukan aku yang punya utang, tapi, kenapa malah aku yang ketakutan. Aku takut kakau Mbak Ranti tidak dapat memenuhi janjinya.

Sebentar  sebentar aku melihat kearah rumah Mbak Wiwid yang bisa terlihat dari sudut rumah Ibu. Semoga hal buruk tidak terjadi.

Tidak berapa lama, penagih uang seminggu yang lalu itu datang. Mbak Wiwid masuk dan tidak lama kemudian, ia keluar lagi dengan membawa sebuah amplop berwarna coklat yang isinya tebal dan menyerahkan amplop itu pada si penagih.

Si penangih pergi, setelah mendapatkan uang dari Mbak Wiwid. Ternyata Mbak Ranti benar-benar menepati janjinya untuk membantu Mbak Wiwid membayar utang.

"Tik," panggil Ibu mengagetkanku yang tengah melihat Mbak Wiwid. 

"Ada apa, kok bengong?" Tanya Ibu.

"Ah, nggak kok, Bu, mari masuk, Bu, biar aku pijitin kakinya," tawarku pada ibu suamiku itu.

"Nggak usah, Tik, Ibu hanya kangen pingin ke sawah saja. Di rumah seperti ini malah membuat Ibu bosan. Untung sekarang ada Sasya, sehingga Ibu jadi terhibur," ucap Ibu dengan senyum mengembang di bibirnya. Akhirnya aku bisa melihat senyum Ibu untukku. Senyum yang sangat kurindukan dari dulu.

"Ibu nggak usah ke sawah, biar diurus Mas Yudi dan pekerja lain, nanti hasilnya tetap buat Ibu, aku dan Mas Yudi nggak akan minta." Kuusap pundak Ibu.

"Bukan masalah uangnya, Tik, nanti hasilnya buat kamu dan Yudi saja. Ibu sekarang sudah tidak butuh uang, yang Ibu butuhkan hanyalah kenyamanan dan bisa bersama kalian hingga tua nanti. Kalian mau, kan, tinggal di sini lebih lama lagi?" Tanya Ibu.

"Pasti, mau lah, diminta tinggal di rumah sebesar ini, enak, nggak perlu mikirin uang kontrakkan lagi." Tiba-tiba Mbak Ranti datang dengan Mas Wahyu, suaminya, serta dua anaknya. Tumben, seingatku, semenjak aku di sini yang sudah setengah bulan, baru kali ini mereka datang ke sini bersama anak-anaknya meski rumah mereka tidak berjauhan. Biasanya ia datang seorang diri dan hanya minta uang pada Ibu.

"Nenek, kami mau makan, di rumah Mama belum masak," ujar Nina, gadis kecil berusia sepuluh tahun. Dia anak pertama Mbak Ranti, sedang adiknya seumuran dengan Sasya, hanya selisih beberapa bulan yang kini berada dalam gendongannya.

Menghela napas perlahan, jadi, mereka datang ke sini karena mau minta makan? 

"Ayo kita makan bareng-bareng," kata Mbak Ranti seraya mengambil sendok nasi dan mengambil piring kemudian mengisinya dengan lauk dan sayur kemudian memberikan pada Nina. Dengan semringah, Nina menerimanya dan makan dengan lahapnya, ia makan dengan cepat seperti tidak makan berbulan-bulan.

Setelah mengambil makanan untuk Nina, Mbak Ranti mengambil piring lagi dan melakukan hal yang sama, kemudian memberikan pada  suaminya, setelah itu mengambil lagi untuk ia makan sendiri sambil menyuapi si bungsu.

Aku dan Ibu hanya berpandangan melihat kelakuan ajaib mereka. Sekali datang langsung merampok.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Ndak punya sopan main mkn aja tuan rmh aj blm ngomong apa2
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • DIKIRA MISKIN   87. Bab 87

    DIKIRA MISKIN 87Kami hanya terdiam mendengar permintaan sang keponakan yang sudah beranjak remaja itu. Rifki masih saja menggoyangkan lengan Mas Yudi dan berharap agar ia mau menuruti permintaannya mengizinkan papanya ikut tinggal dengan kami.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang cukup keras dari arah belakang. Kami menoleh serempak."Hebat, kamu, Mas?" kata Elvira dengan masih bertepuk tangan dan berjalan mengitari Mas Ajun."Pak Atmaja?" Mas Ajun pucat pasi saat melihat kedatangan mantan istri dan mertuanya serta Mas Fikar."Pintar sekali kamu mengarang cerita dan memutar balikkan fakta. Kamu layak untuk menjadi aktor yang pandai berakting dan bersandiwara di depan kamera, ck ck ck," ucap Elvira tersenyum sinis."Ada apa ini? Kenapa kalian datang ke sini beramai-ramai?" tanya Mbak Ranti."Kami mendengar kabar kalau Wiwid meninggal. Ya, meski aku benci dengannya, tapi bagaimanapun juga ia adalah calon dari bagian keluarga kami. Saat Mas Fikar menikah dengan Mbak Ranti, otoma

  • DIKIRA MISKIN   86. Bab 86

    DIKIRA MISKIN 86Aku terpaku di samping jenazah Mbak Wiwid. Lidahku terasa kelu, tidak mampu berkata lagi.Masih teringat dengan jelas saat Mbak Wiwid bilang kalau saat kami datang menjenguknya, ia sudah tidak bernyawa. Sekarang ucapannya itu menjadi nyata. Apakah ini yang disebut dengan ucapan adalah do'a?Semoga Mbak Wiwid sudah bertaubat saat meninggal. Meski banyak harapan yang belum terwujud.Aku ngeri saat melihat wajah Mbak Wiwid yang sudah pucat karena memang nyawa sudah lepas dari raganya. Itu artinya darahnya sudah berhenti mengalir, jantung sudah tidak berdetak dan organ tubuh sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya."Wiwid. Kenapa kamu pergi secepat ini? Mbak sayang kamu, Wid," seru Mbak Ranti sambil memeluk Mbak Ranti yang matanya sudah tertutup rapat."Sabar, Mbak. Ikhlaskan kepergian Mbak Wiwid." Aku mengusap pundak Mbak Ranti dengan lembut.Kami kembali terdiam, larut dakam pikiran masing-masing. Bagaimana dengan ibu? Ibu pasti shock jika mengetahui kenyataan ini, p

  • DIKIRA MISKIN   85. Bab 85

    DIKIRA MISKIN 85"Bagaimana, Yud? Apakah kamu berhasil menemui Ajun dan mengancamnya?" tanya Mbak Ranti. Mas Yudi baru saja pulang dari menjalankan misi yang diminta wanita yang akan segera menikah itu."Tidak," jawab Mas Yudi. Tanganya meraih gelas di hadapannya dan segera meminum habis minuman yang tersaji di meja."Maksudmu tidak, apa?" tanya Mbak Ranti dengan dahi mengernyit."Aku tidak berhasil menemui Ajun karena ternyata dia sudah pisah dengan Elvira," kata Mas Yudi."Apa?" "Tadi aku ke rumah Elvira. Awalnya dia marah-marah padaku, dia bilang aku tidak becus menjaga kakak sehingga Mbak Wiwid berbuat nekat. Pusing aku, Mbak Wiwid yang berbuat, aku harus ikut menanggung akibat." Mas Yudi mengusap pelipisnya. Aku segera duduk di sampingnya dan memberikan sentuhan hangat."Terus Ajun sekarang tinggal di mana?" tanya Mbak Ranti. "Mana aku tahu, Mbak. Intinya Mbak tidak perlu khawatir, jika menikah dengan Fikar, Ajun tidak akan ada di sana. Keluarganya tidak akan tahu kalau Mbak Ra

  • DIKIRA MISKIN   84. Bab 84

    DIKIRA MISKIN 84"Pokoknya aku tidak mau punya kakak ipar dari keluarga Atmaja." Mbak Wiwid masih saja cemberut, sementara Mbak Ranti sudah pergi membawa rasa jengkel."Aku sudah merestui hubungan mereka. Orangtuanya juga sudah datang melamar dan kita tinggal menentukan tanggal untuk melangsungkan acara pernikahan," ucap Ibu."Aku akan menggagalkan pernikahan mereka. Bagaimanapun caranya." Tangan kurus Mbak Wiwid mengepal."Bagaimana caranya, Mbak, kan ada di sini? Sakit lagi," tanya Mas Yudi."Aku akan mati dan arwahku akan gentayangan, kemudian mengganggu Mbak Ranti dan Mas Fikar sehingga mereka tidak akan bisa hidup tenang dan pernikahan pun gagal. Aku yang sudah berada di alam lain akan tertawa saat melihat Mbak Ranti menangis karena gagal nikah dengan lelaki kaya." Mbak Wiwid tersenyum puas. Ia pasti sedang membayangkan kalau menjadi arwah penasaran itu menyenangkan. "Suatu pemikiran yang konyol. Memangnya ada arwah penasaran? Mbak Wiwid ini korban film horror kayaknya. Tidak ad

  • DIKIRA MISKIN   83. Bab 83

    DIKIRA MISKIN 83Kami saling berpandangan saat Mbak Ranti bilang nama calon suaminya sama dengan yang dibilang Mbak Wiwid. Apa mungkin hanya namanya saja yang sama? Atau memang yang mereka maksud itu orang yang sama? Kenapa bisa kebetulan banget begitu?"Kamu kenal dengan lelaki yang bernama Zulfikar Atmaja?" Bukan hanya aku yang penasaran, Mas Yudi juga."Kalau Zulfikar Atmaja, aku kenal, tapi entah dia yang kumaksud atau orang lain. Mungkin hanya namanya yang sama, kan?" Mbak Wiwid tersenyum."Ya, mungkin hanya namanya yang kebetulan sama. Dia seorang manager di sebuah perusahaan bonafit. Dia sering datang ke resto-ku," jelas Mas Yudi. Pernyataannya menjawab rasa penasaranku."Oh." Mbak Siwid hanya ber 'oh' ria dan tidak bertanya lagi."Kamu yakin tidak mau kusewakan pengacara agar masa tahanan kamu bisa berkurang, Mbak?" tanya Mas Yudi mengalihkan pembicaraan."Iya, aku mau di sini sampai masa tahananku habis sambil memperbaiki diri. Lagi pula aku juga tidak mau utangku semakin me

  • DIKIRA MISKIN   82. Bab 82

    DIKIRA MISKIN 82Rifki histeris melihat kondisi mamanya, pun dengan kami. Apalagi Ibu, ia bahkan sampai gemetar melihat anak yang selama ini ia manja dan ia rindukan sedang mengalami masa kritis.Ibu terus melantunkan istigfar. Tangannya mengusap lengan Mbak Wiwid."Ya Allah, sembuhkanlah anakku, berilah ia kesempatan untuk memperbaiki diri. Kami sudah memaafkan kesalahannya," ucap Ibu tulus.Mata Mbak Wiwid yang awalnya melotot dan seperti menahan sakit, tiba-tiba terpejam dan tubuhnya mendadak lemas setelah beberapa saat sebelumnya terlihat kaku."Kenapa dengan anak saya, Dok? Dia akan baik-baik saja, kan?" Ibu panik."Tenang, Bu. Pasien hanya pingsan," jawab Dokter Rudy."Dokter tidak bohong, kan? Anak saya tidak mati, kan?" tanya Ibu lagi seraya memeluk Mbak Wiwid yang mata kini sudah terpejam. Aku melihat ada seukir senyum di bibirnya.Mbak Wiwid masih hidup, terlihat dengan jelas dadanya masih naik turun. Saat tanganku mendekat di lubang hidung, masih ada embusan napas di sana.

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status