Share

Bab 8

Setelah menjalani OSPEK selama beberapa minggu lamanya, yang benar-benar menguras tenaganya, kini Fitri sudah mulai masuk, menerima materi pembelajaran.

Dia sedikit terkejut, dengan metode pembelajaran, yang tak sama, seperti ketika di SMA dulu.

Baru masuk satu hari, tapi tugas sudah menumpuk begitu banyak.

Membuat makalah, mencari referensi dari berbagai sumber tentang makalah yang dia buat, dan masih banyak lagi..

Benar kata bu Iren, ketika menjadi seorang mahasiswi, maka dia akan banyak menghabiskan waktunya di toko buku, perpustakaan, warnet, dan tempat foto kopi, untuk mengerjakan tugas.

Dia nyaris tak bisa bersantai-santai, di semester awalnya ini.

Apalagi jurusan yang dia ambil adalah bidang ekonomi.

Benar-benar menguras pikirannya.

Seperti sore itu, Fitri baru saja pulang, setelah menerima jam kuliahnya, yang molor sampai hampir maghrib.

Fitri dan kawan-kawannya keluar dari kelas, dengan wajah yang sangat kusut, dan lelah.

"Lapar nih, tapi di luar kok hujan ya!" ujar Yeni, salah satu teman kelasnya, sekaligus teman satu kost.

"Di ujung sana, ada warung bakso yang baru buka lo, tempatnya asyik, juga rame. Kita kesana aja yuk, sambil cari yang anget-anget" ujar Raka, Kosma dari kelas Fitri.

Fitri hanya mengiyakan saja, karena dia juga sudah sangat lapar.

"Aku bantu bawakan buku-buku kamu Fit" tawar Raka. Pemuda dengan perawakan jangkung dan berkacamata itu, menawarkan bantuannya kepada Fitri, yang tampak kerepotan membawa tumpukan buku di tangan nya.

"Tidak usah Ka, terimakasih" tolak Fitri, merasa tak enak.

"Gak apa-apa lagi Fit, kan tadi aku juga banyak pinjem buku-buku kamu, waktu presentasi" ucap pemuda itu lagi, segera mengambil alih buku-buku yang di bawa oleh Fitri.

"Cieee ciee, kita jadi kayak obat nyamuk deh" seru Yeni dan Vika, yang semenjak tadi hanya memperhatikan keduanya.

Fitri jadi salah tingkah di buatnya, dia merasa malu, karena orang-orang di sekitar, jadi ikut memperhatikannya.

"Apann sih Yen, jangan gitu lah, Fitri nanti jadi gak mau dekat lagi sama aku" ujar Raka, melotot ke arah Yeni dan Vika.

"Iya deh pak Kosma, maaf, cuma becanda jugak" jawab mereka meringis.

Sedangkan Fitri sendiri, sudah berjalan terlebih dahulu, mendahului teman-temannya itu.

Setelah menyusuri koridor kampus, yang cukup panjang, kini mereka berlari-lari kecil, menghindari curahan hujan, yang masih terus turun, membasahi bumi.

"Kita duduk di sana saja!!" tunjuk Raka, ke sebuah meja yang cukup lebar, yang ada di sudut ruangan terbuka itu, kepada teman-temannya.

Ketiganya mengikuti arah telunjuk Kosma mereka, dan duduk disana, setelah memesan 4 buah mangkuk bakso, dan minumannya.

"Tempatnya enak nih, kalau buat ngerjain tugas. Free wifi juga tuh" tunjuk Yeni, ke sebuah tulisan free wifi.

"Iya, bisa buat langganan nih" jawab yang lain, tampak merasa nyaman di meja lesehan berbentuk seperti panggung itu.

"Eits, tapi kita rasain dulu. Enak gak nih makanan disini, juga harganya broo" cetus Vika, yang merupakan anak perantauan, dan selalu hidup berhemat, demi bisa kuliah.

Tak lama, bakso yang mereka pesan datang.

Bakso yang masih mengepulkan asap panasnya itu, tampak begitu menggiurkan.

Selain aromanya, yang begitu menggoda, juga suasana dingin, yang membuat mereka segera menikmati bakso dengan ukuran cukup banyak itu.

Sambal, kecap, saos, juga cuka, membuat rasa bakso menjadi semakin nikmat.

"Ternyata enak baksonya, rasa kuahnya juga mantap" ucap Vika, menikmati kuah bakso, hingga habis tak bersisa.

"Iya, harganya juga gak mahal-mahal amat, banyak pilihannya" timpal Yani, melihat ke tulisan menu, yang di tempel di tembok.

"Gak nyangka ya, tempatnya sekeren ini, ternyata harganya merakyat" ujar Fitri, mengedarkan pandangannya, ke seluruh sudut-sudut ruangan.

Tak dinyana, ketika ia sedang memperhatikan ke sekelilingnya, pandangannya bertubrukan dengan seseorang yang sepertinya tak asing di matanya.

Pemuda yang tengah duduk memainkan laptopnya itu, juga tampak menatap cukup lama ke arah Fitri.

Karena terlanjur saling tatap, pemuda itu kemudian mengangguk dan tersenyum kepada Fitri.

Fitri tampak segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, setelah mengangguk pelan, membalas pemuda itu.

"Siapa Fit?" tanya Raka, yang sedari tadi memperhatikan nya.

"Gak tahu" jawab Fitri, mengangkat kedua bahunya..

"Tapi kok kayak kenal gitu? dari tadi aku lihat, pria itu ngeliatin kamu terus lo" ujar Yeni, juga melihat ke arah pemuda itu, yang kini sudah kembali sibuk dengan laptopnya.

"Ah, mungkin mirip dengan seseorang, mangkanya dia ngeliatin sampai segitunya" jawab Raka, tampak tak senang.

"Ciee, ada yang cemburu nih kayaknya" seru Vika, mencibir ke arah Raka.

"Tapi ganteng lo Fit, kalau misal ngajakin kenalan, kenalin aku juga yak, siapa tahu bisa jadi gebetan!!" seru Vika, tampak antusias.

Raka tampak mencebik, dan melirik ke arah pemuda tadi.

"Udah-udah, balik yuk, wes arep maghrib ini" ajak Fitri menengahi.

"Ya sudah, biar aku yang bayarin punya kamu ya Fit!" tawar Raka lagi, membuat kedua teman Fitri tampak kesal.

"Kok Fitri tok sing di bayari, la aku ma Yeni gak di bayari juga??!" ledek Vika lagi, membuat Fitri tampak salah tingkah.

"Matursuwun Ka, biar aku bayar sendiri yo" ucap Fitri, bergegas menuju kasir, yang kemudian di susul oleh ketiga temannya.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Khairatun Najwa89
sangatt bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status