Beranda / Rumah Tangga / Dalam Pelukan Suami Orang / Awal Keretakan Hubungan

Share

Awal Keretakan Hubungan

Penulis: Alinuralam
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 12:30:03

BAB 3

" Awal keretakan hubungan "

 

Pernikahan yang sudah berjalan 9 tahun dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, aku dan Nana hanya keluarga kecil yang sederhana. Kami dengan keegoisan yang sama-sama memuncak hingga akhirnya ada kerenggangan dalam rumah tangga.

Di satu sisi, aku menginginkan tinggal di rumah orangtuaku yang hanya ditinggali ayah dan ibu, dan di sisi lain, Nana selalu ingin agar kita tinggal di rumah orangtuanya. Karena Nana wanita yang sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya, jadi mungkin setidaknya ada yang membantu mengurus anak-anak atau hal lainnya.

Pagi itu, aku seperti biasa melakukan aktivitas pekerjaan sebagai seorang kurir ekspedisi sampai menjelang sore hari. Setelah sore, aku melanjutkan mencari uang dengan menjadi ojek online di kota tempatku tinggal. Hingga larut malam, aku baru bisa pulang sebelum membawa hasil untuk kebutuhan keluarga kecilku.

Nana dan anak-anakku aku ajak tinggal di rumah orangtuaku sementara karena aku belum bisa mengabulkan permintaannya untuk tinggal di rumah orangtuanya. Selalu saja ada permasalahan antara aku dan Nana, baik dari kurangnya suka Nana terhadap kedua orangtuaku.

Menjelang tengah malam pukul satu aku baru pulang, Nana mungkin sudah terlelap tidur sehingga yang membukakan pintu adalah ibu, lalu aku membersihkan diri untuk sekedar melepas lelah setelah seharian beraktivitas di luar rumah.

Setelah selesai membersihkan diri, aku pun langsung masuk ke dalam kamar, dan seketika Nana pun terbangun.

"Pah, sudah pulang? Kapan? Kok gak kedengeran?" Tanya Nana.

Aku pun hanya tersenyum meskipun dalam hati ingin sekali disambut kedatangan setidaknya aku pertama melihat wajah dia saja sudah melepaskan rasa lelahku, apalagi sampai menyodorkan air hangat untukku. Tapi itu hanya angan-angan ku saja.

"Iya nih, Pah capek, badan rasanya pegal," jawabku.

"Dapet berapa hari ini? Mana setoran," tegas Nana.

Aku pun memberikan semua hasil ngojek hari itu dan menyisakan untuk beli bensin besok kerja sekaligus ngojek lagi. Hatiku sebenarnya ingin sekali tahu kenapa harus uang dulu yang ditanyakan bukan basa-basi sebagai pasangan suami istri.

Setelah selesai menerima uang, Nana langsung tidur kembali tanpa memikirkan aku yang sudah sangat lelah dan berharap ada sikap darinya. Aku melihat dari wajah Nana bahwa ia tidak betah tinggal di rumah orangtuaku, entah apa alasannya padahal yang aku tahu orangtuaku memperlakukannya dengan baik.

Menjelang adzan subuh, aku terbangun dan mengajak Nana melaksanakan shalat berjamaah, tapi setelah dibangunkan berkali-kali dia tetap tidak bangun hanya mengucapkan, "Apa sih, masih ngantuk."

Sebelum aku berangkat kerja, ibu sudah menyiapkan sarapan untukku. Aku melihat Nana sudah terbangun dan mengajaknya untuk sarapan bersama.

"Na, sarapan dulu yuk, ibu sudah siapkan tuh," ucapku.

"Gak ah, lagi gak nafsu makan, anak-anak saja yang makan," jawab Nana.

Setelah selesai makan, Nana masih terdiam di atas kasur dan aku melihat dia melamun seperti ada yang dipikirkannya.

"Na, kamu kenapa? Apa ada masalah?" tanyaku.

Sepertinya dia ingin mengungkapkan sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya, tapi dia tidak berani mengungkapkannya.

"Pah, aku mmmmh aku...."

Seketika ucapannya terhenti, "kenapa-napa?" tanyaku.

"Aku gak betah tinggal di sini, boleh gak aku mau tinggal di rumah orangtuaku?, tapi kalau pun papah gak ikut juga gak apa-apa," ucap Nana.

Aku merasa heran kenapa dia mau tinggal di rumah orangtuanya sementara dia tidak mengajak aku untuk tinggal. Dari situ ada sedikit kecurigaan yang menjadi unek-unek di dalam hatiku.

"Apa tidak bisa tinggal di sini saja, na? Ibu juga memperlakukan kamu dengan baik, anak-anak pun ibu bantu urus, dan ibu tidak pernah menyuruh kamu untuk melakukan apapun," tegasku.

Wajahnya menunjukkan kecewa, dia menunduk lalu aku segera bergegas pergi dan berpamitan untuk pergi kerja.

Setelah larut malam aku seperti biasanya baru pulang, dan malam itu Nana membukakan pintu. Setelah selesai membersihkan diri, aku langsung masuk ke dalam kamar dan melihat Nana yang belum tidur sedang asyik memainkan handphone sambil senyum-senyum sendiri.

Entah sedang asyik chat sama siapa aku tidak terlalu memperdulikan hal itu karena privasinya juga.

"Pah, besok aku nginap ya di rumah orangtuaku dua atau tiga malam saja, tapi kalau papah tidak mau ikut juga tidak apa-apa, aku sama anak-anak saja." Tegasnya.

"Boleh, tapi nanti balik lagi kesini ya," jawabku. Otakku semakin berfikir, ada apa ya, kenapa aku tidak di ajak atau dia ingin aku ikut bersamanya menginap di rumah orangtuanya??? 

*🍁🍁🍁🍁🍁*

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dalam Pelukan Suami Orang    Ending

    BAB 73"Ending"#POV ISNA"Pernikahan ini tidak sah, tidak sah," ucap Evan yang ngos-ngosan datang ke pernikahan Mas Rafa.Semua orang melirik ke arah Evan yang mengacaukan pernikahan Mas Rafa. Mungkin ini satu keajaiban yang diberikan Tuhan untuk keutuhan rumah tanggaku. Aku pun tidak mengerti kenapa tiba-tiba Evan datang tanpa diundang. Plaaaaaaaak!!! Sebuah tamparan Nana melayang ke pipi Evan. "Apa-apaan kamu, Van? Kamu hanya ingin menghancurkan kebahagiaanku di hari pernikahanku dengan Mas Rafa," ucap Nana marah. "Raf, kamu tidak boleh menikahi Nana. Anak yang dilahirkan Nana adalah anak kandungku," ucap Evan kepada Mas Rafa. "Kami sudah melakukan tes DNA dan menyatakan kalau anakku adalah anak kandung Mas Rafa," ucap Nana. "Kamu jangan percaya, Raf. Semua hanya akal-akalan Nana agar bisa menikah dengan kamu," ucap Evan.Semua orang tertuju menyaksikan kegaduhan yang terjadi. Hari yang seharusnya menjadi hari kebahagiaan pasangan menjadi kacau karena kedatangan Evan. Aku pun t

  • Dalam Pelukan Suami Orang    Pernikahan

    BAB 72"Pernikahan""Dan sekarang kalian hanya bisa menyalahkan aku, lalu ke mana kalian semua di saat aku sedang mendekam sendirian di dalam penjara. Apa ada yang peduli satu orang saja dari keluarga?" jawab Nana terhadap Bapak. "Sudah, sudah, sudah, ini rumahku, bukan tempat untuk saling menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kamu juga, Na, bagaimanapun Bapak dan Ibu adalah kedua orangtuamu. Tidak ada yang namanya orangtua durhaka terhadap anak," ucapku. "Pak, bisa ikut Rafa sebentar? Ada yang mau Rafa bicarakan berdua saja," ajakku terhadap Bapak mertuaku. Aku langsung membawa Bapak ke ruang tamu lantai dua. Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan langsung di depan Bapak. "Is, jangan sampai ada yang naik ke atas untuk sementara," pintaku terhadap Isna. "Ada apa, Raf? Jadi maksud kamu mengundang kami sekeluarga ke sini itu untuk apa?" tanya Bapak."Ceritanya sangat panjang, Pak. Tanpa sepengetahuan semua orang, Nana sudah keluar lama dari penjara. Dia dibawa

  • Dalam Pelukan Suami Orang    Hasil Test DNA

    BAB 71"Hasil Test DNA"#POV ISNA Tidak terasa waktu yang begitu singkat, setelah sehari semalam aku dibahagiakan oleh Mas Rafa, pagi ini aku harus segera pulang ke rumah. Rasa ingin selamanya selalu berdua dengan Mas Rafa membuatku merasa pupus harapan setelah Mas Rafa mengajakku untuk pulang ke rumah. "Kenapa murung, sayang?" tanya Mas Rafa. "Mas, bisa nggak sih kita liburan setahun gitu? Waktu terasa sangat singkat. Aku masih ingin terus berdua sama kamu, Mas," ucapku merajuk. "Ini kan kita berdua, sampai kapan pun kita akan tetap berdua, sayang," ucap Mas Rafa sambil mengusap-usap kepalaku. "Darimana saja kalian? Kenapa semalaman tidak pulang?" ucap Ibu yang sudah menunggu kami di depan rumah. "Kita suami istri, Bu. Kita bebas mau pergi ke mana saja atau tidak kembali sama sekali juga," jawab Mas Rafa dengan terlihat kesal. "Rafa, kamu dengerin Ibu. Ibu belum selesai bicara," ucap Ibu mertuaku."Apalagi sih, Bu? Masalah Nana, apa masalah lain? Rafa sama sekali tidak mencint

  • Dalam Pelukan Suami Orang    Takkan Pernah Terlupakan

    BAB 70"Takkan Pernah Terlupakan"#POV ISNAMentalku semakin hari semakin drop melihat Mas Rafa seperti satu keluarga yang baru mendapatkan kebahagiaan. Rasa cemburu selalu datang di saat Mas Rafa dipaksa untuk menemani Mbak Nana mengasuh bayi yang baru dia lahirkan. Ya Tuhan, apakah aku bisa merasakan sebahagia Mbak Nana sekarang bisa melahirkan seorang bayi yang sangat cantik? Aku hanya bisa melihat dari kejauhan. Kadang sesekali aku mengintip melihat Mbak Nana sedang mengasuh bayinya. Seperti kebahagiaanku kurang lengkap tanpa kehadiran seorang anak yang lahir dari dalam rahimku sendiri. "Mas, maaf ya kalau sikapku agak sedikit overthinking. Aku merasa cemburu, Mas. Aku merasa jadi istri yang tidak berguna karena tidak bisa memberikan kamu keturunan," ucapku kepada Mas Rafa. "Kenapa harus berbicara seperti itu, Is? Semua tidak akan merubah apapun, termasuk perasaanku terhadap kamu. Kita berdoa saja semoga suatu saat nanti kamu bisa mempunyai anak. Tidak ada yang mustahil juga k

  • Dalam Pelukan Suami Orang    Test DNA

    BAB 69"Test DNA"#POV ISNAWaktu yang tidak terasa, aku juga menghadapi sikap dan sifat Mba Nana serta ibu mertuaku yang tak kunjung pulang selama di rumah ini. Untungnya, aku selalu menyibukkan diri di kantor dan tidak terlalu menanggapi orang-orang di rumah. Mau seperti apapun pembelaan Mba Nana, cari perhatian, dan lain-lain, aku tidak mau banyak berpikir. Yang aku pikirkan, semakin lama perut Mba Nana semakin membesar. Aku harus siap dimadu oleh Mas Rafa. Rasa sakit yang tidak ingin aku rasakan. Namun, Mas Rafa harus tetap bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Aku selalu berharap tidak ada yang berubah apabila nanti Mas Rafa sudah menikahi Mba Nana. Pastinya, kalau sudah menikah, akan ada tumbuh benih-benih cinta di antara mereka. Mau tidak mau, aku harus berdamai juga dengan kakakku sendiri, dengan catatan dia tidak berusaha membuat Mas Rafa meninggalkan aku. "Is, kamu nggak kerja hari ini?" tanya Nana di ruang keluarga. "Gak, Mba. Aku libur. Aku mau rebahan seharian

  • Dalam Pelukan Suami Orang    Rumahku Seperti Neraka Untukku

    BAB 68"Rumah Seperti Neraka Untukku"#POV ISNAKehadiran ibu mertuaku di rumah menjadi beban tambahan dalam hidupku. Bukan aku tidak senang, namun karena sikap ibu yang lebih memihak kepada Mba Nana. Dan Mba Nana juga sangat mencari perhatian dari ibu. Mungkin saja sudah ada yang dia rencanakan, yang pasti aku akan lebih hati-hati. Karena aku tahu dia pasti ingin aku bisa keluar dari rumah ini. "Ya ampun, Nana, ngapain pagi-pagi kamu capek-capek masak? Kan ada ART, kenapa tidak suruh dia saja?" ucap ibu saat aku dan Mba Nana memasak untuk sarapan. Awalnya dia hanya menonton aku yang sedang memasak. Melihat kehadiran ibu, dia langsung pura-pura memasak dan menyuruh aku untuk duduk. "Isna, apa kamu tidak kasihan? Lihat itu perutnya Nana yang semakin membesar. Harusnya jangan capek-capek, apalagi sampai kamu suruh mengurus pekerjaan rumah," ucap ibu lagi."Gak apa-apa, Bu. Isna kan harus pergi ke kantor, jadi biar Nana yang siapkan sarapan untuk keluarga ini. Gak capek kok, Bu, Nana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status