BAB 4
" Pertengkaran "
Tiga hari pun berlalu, di saat aku libur kerja aku segera bergegas menjemput Nana dan anak-anak untuk pulang lagi ke rumah orangtuaku.
Setelah sampai aku tidak melihat Nana yang entah kemana dia pergi, dia sama sekali tidak mengabari aku selama menginap di rumah orangtuanya.
"Bu, Nana kemana ya?, anak-anak kok ditinggal?" Tanyaku kepada ibu mertua.
"Tadi pagi bilangnya mau ada urusan ke rumah temennya, dia cuma bilang gitu aja." Jawab ibu mertuaku.
Sudahlah, aku tidak mau berpikir macam-macam aku pun langsung memanggil anak-anak dan bermain bersama mereka. Menjelang magrib aku baru melihat Nana yang baru pulang entah dari mana.
Aku segera menghampirinya. Terlihat raut wajahnya yang seperti sangat bahagia setelah seharian keluar rumah dan pulang sudah mau menjelang magrib.
"Na, kamu habis dari mana?, jam segini kok baru pulang? Kan kamu sudah janji hari ini aku jemput pulang ke rumah," tanyaku kepada Nana yang sedang asyik memainkan handphone-nya.
"Kamu tahu gak aku tuh capek, aku mau mandi dulu," jawabnya sambil tidak melihat mataku dan hanya fokus melihat handphonenya.
Entah apa yang dia lakukan seharian, sampai-sampai aku tanya dengan baik-baik pun jawabnya seperti itu, sebenarnya hatiku ingin sekali marah tapi aku tahan karena sedang di tempat orangtuanya tinggal. Biar aku tanya saja nanti setelah dia selesai membersihkan diri.
Aku pun segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib di masjid tempat orangtuanya tinggal. Setelah pulang dari masjid, aku disuguhkan kopi dan gorengan oleh ibu mertuaku. Setiap waktu selalu saja yang menawari aku makan maupun minum, kalau tidak ibuku ya ibu mertuaku.
Jarang sekali aku merasa dilayani sebagai seorang layaknya suami, karena Nana sama sekali tidak pandai memasak, apalagi setelah aku belikan sebuah handphone, dia selalu fokus terhadap handphone-nya, bahkan sampai terlelap tidur selalu disimpan di bawah bantal yang ia pakai.
Aku pun lalu masuk ke dalam kamar, dan melihat Nana yang lagi senyum-senyum sendiri, sedangkan anak-anak lagi asyik menonton kartun kesukaannya di TV.
Mungkin kesempatan aku untuk bertanya sehariannya dari mana saja. Aku pun lalu menghampirinya dan mengambil handphone yang sedang ia mainkan tanpa aku melihat sedikitpun yang ada dalam layar handphone tersebut.
"Apa sih, sopan dong kalau mau ambil barang orang jangan main rampas aja," ucap Nana kesal.
"Kamu kenapa?, kamu marah?, aku ini suamimu yang harus kamu hargai, hanya mengambil handphone saja sikapmu seakan-akan aku ini musuh," tegasku.
Aku melihat wajahnya yang penuh dengan amarah.
"Kenapa?, kamu gak suka aku seperti ini?" ucap Nana.
"Tolong lah, aku ada di sini, aku ini suamimu hargai aku yang ada di hadapanmu, sering aku tegaskan juga kan di saat ada aku gak ada kata asyik main handphone," tegasku lagi terhadap Nana.
"Sudahlah, aku gak mau ngeladenin kamu bertengkar, aku mau tidur, sini handphone aku," jawab Nana sambil membalikan badan lalu menutup kepalanya dengan bantal.
Aku pun langsung keluar kamar dan meneruskan minum kopi di ruang tamu. Sedikit ada lamunan ada apa sebenarnya yang terjadi, kenapa dia bersikap seakan-akan aku ini musuhnya, padahal aku suaminya sendiri yang harus ia layani dengan baik.
Menjelang tengah malam, rasa ngantuk pun mulai terasa, aku melihat anak-anak sudah tidur di kamar neneknya. Lalu aku bergegas masuk ke dalam kamar.Tiba-tiba pemandangan yang sama aku lihat nana senyum-senyum sendiri dengan handphone-nya.
"Belum tidur ya?, sudah jam berapa ini, asyik banget lagi chatting sama siapa sih." Tanyaku.
"Temen," jawab nana singkat.
Hingga akhirnya akupun merebahkan badan di sampingnya yang membelakangiku. Diam-diam aku peluk dari belakang dan berkata.
"Na, kayaknya kita sudah lama tidak melakukan, rasanya malam ini aku ingin, mau gak?" Nana pun membalikan badannya, aku fikir dia juga mau melakukannya karena kita sudah lama jarang melakukan hubungan suami istri.
"Kamu tau gak, aku tuh capek dari pagi pulang magrib, harusnya kamu tuh ngerti jangan cuma bisa pengen, pengen dan pengen," ketus nana.
"Astagfirullah, aku ini suamimu na, wajar dong aku minta sesekali dilayani sama kamu, lagian kamu tinggal diam saja biar aku yang memuaskan kamu," jawabku sedikit kesal.
"Lain kali saja aku capek," jawab Nana sambil membalikkan badan membelakangi aku lagi.
Aku pun terdiam, lalu aku mencoba meskipun ada penolakan menggerayangi bagian sensitif Nana, dia menolak dan mengempiskan tanganku yang pelan-pelan aku masukkan ke dalam celananya.
Aku tidak menyerah lalu aku masukkan tanganku ke bagian dadanya, dan dia pun membalikkan badan dan seketika melayangkan tangannya ke pipiku seakan-akan aku berbuat jahat terhadapnya.
"Harus berapa ribu kali aku bilang, aku tuh capek, capek, capek pah," ucap Nana marah.
"Kamu itu istriku, lagian sudah hampir dua bulan kita tidak pernah melakukan hubungan suami istri, kamu ini kerasukan setan apa sampai berani menolak ajakan suamimu sendiri," tegasku.
Aku mencoba becanda dengannya dengan memegang area sensitifnya lagi, saat aku mau menurunkan celana yang ia kenakan, ia langsung menarik kembali celananya ke atas. Kemudian ia terbangun dan lari ke ruang tamu. Aku yang sudah tidak tahan ingin melakukan, disertai rasa amarah yang memuncak, langsung menyusulnya.
"Kamu benar-benar keterlaluan, aku sakit diperlakukan seperti ini oleh kamu. Apa aku harus sabar terus menahan ego kamu yang sudah keterlaluan, bahkan aku minta dilayani pun kamu tidak mau," ucapku.
"Bodo amat, aku sedang tidak ingin melakukan apapun, sudah kutegaskan kalau aku capek. Kamu tuh ngerti gak sih apa artinya cape?" jawab Nana.
Akhirnya aku yang hatinya dirasuki rasa amarah terhadap istriku sendiri hampir saja melayangkan tangan ke pipinya, namun, sejenak aku tersadar dan mengucap istighfar, hingga akupun menahan tangan tepat di depan pipinya. Dia lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu dari dalam.
Aku yang terdiam di kursi ruang tamu merasa teriris hati dengan sikap dan perlakuan istriku sendiri. Kenapa dia seperti itu? Kenapa harus ada penolakan, padahal aku suami sahnya bukan orang lain. Hingga di dalam hatiku bertanya-tanya, mungkinkah dia sudah dipuaskan oleh orang lain sehingga sudah lama tidak ingin melakukan hubungan suami istri denganku?......
*πππππ*
BAB 5" Mulai bermain api "#Pov nana.Aku merasa risih dan tidak betah tinggal di rumah mertua, rasanya tidak ada kebebasan, tidak ada teman bahkan seharian hanya bermain dengan anak-anak atau cuma mengurung diri di dalam kamar.Rasa itu membuat aku hidup seakan di dalam neraka, meskipun ibu mertua tidak pernah menyuruh aku untuk melakukan tugas pekerjaan apapun di dalam rumah. Entah ada perasaan apa aku tidak bisa mengungkapkan semua isi hatiku terhadap Mas Rafa suamiku sendiri.Akan jadi serba salah kalau aku mengungkapkan semua yang ada di dalam isi hatiku, jadi semua aku pendam saja, biarlah menjadi unek-unek dalam hati yang tidak bisa aku ceritakan. Meskipun kadang-kadang sesekali aku mencari perhatian di media sosial berharap ada orang yang mengerti dengan perasaanku.Seketika ada chat masuk ke dalam inbox media sosialku."Hai Na, apa kabar kamu?" Ucap seorang lelaki yang sepertinya aku kenal."Baik, maaf siapa ya?" Tanyaku seakan tidak mengenali karena takut salah orang."Ini
BAB 6 "Cinta lama bersemi kembali" #Pov nanaPagi hari setelah Mas Rafa berangkat kerja, aku pun langsung memainkan handphone di dalam kamar sambil melihat anak-anak bermain di luar. Entah perasaan apa yang membuatku ingin sekali chat Evan mantan ku di masa pacaran dulu."Mmmh, chat gak ya?" Tanyaku dalam hati.Berkali-kali aku menulis kata-kata lalu aku menghapus lagi dan tidak mengirimkannya, aku bingung harus memulai dari mana dan berkata apa supaya ia membalas chatku, lalu aku menunggu saja siapa tahu Evan ada chat duluan. Beberapa menit kemudian terdengar notifikasi chat dari handphoneku, setelah aku melihat ternyata chat dari Evan, hatiku merasa senang sekali padahal isi chatnya pun belum aku buka."Pagi, lagi ngapain? Maaf pagi-pagi ganggu, apa suamimu sudah berangkat kerja?" Tanya Evan."Lagi ngasuh anak-anak sambil santai aja, jangan tanyakan dia kalau dia jam segini sudah gak ada pulang-pulang nanti malam jadi aku bebas juga bisa chat sama kamu," jawabku sambil senyum-seny
BAB 7" Hubungan Terlarang "#pov nanaNa, hari ini suamimu ada di rumah?" Tiba-tiba Evan chat aku saat Mas Rafa ada di rumah libur kerja."Ada, Van, kamu jangan chat aku nanti aku ketahuan suamiku," jawabku tegas.Evan, yang setiap harinya ada di rumah, dia selalu banyak waktu untuk keluarganya, tapi istrinya malah sibuk dengan pekerjaannya padahal Evan sendiri keluarganya berada, dia menjalankan bisnis ayahnya yang memiliki sebuah toko bangunan besar, jadi dia sehari-hari bebas tidak terikat dengan jam kerja. Istrinya yang sibuk sedangkan suamiku yang sibuk."Aku kangen, Na, aku juga nunggu jawaban dari kamu masalah mau tidaknya kita menjalani hubungan lagi," ungkap Evan."Aku pun sama, Van, kangen banget apalagi beberapa hari ini aku selalu mengenang masa-masa kita pacaran dulu." Jawabku sambil melihat Mas Rafa takut dia bangun.Aku memberanikan diri chat di saat Mas Rafa sedang tidur, entah dia sadar atau tidak tapi terlihat dia sangat kelelahan jadi aku biarkan saja dia istirahat
BAB 8" Pisah ranjang "Menjelang adzan subuh, aku pun terbangun karena sudah terdengar adzan berkumandang. Aku siap-siap untuk pergi ke mushola menjalankan ibadah shalat subuh bersama bapak mertuaku. Setelah selesai, aku melihat Nana masih tertidur lelap dan belum dibangunkan oleh bapaknya. Aku pun tidak berani memaksa untuk membangunkannya karena masih merasa kecewa atas perlakuan Nana semalam. Aku disuguhkan kopi oleh ibu mertuaku sambil merenung di kursi ruang depan."A, ini ibu buatkan kopi, sama goreng uli. Kemarin ibu buat uli buat teman ngopi karena sudah tahu aa bakal datang kesini juga," ungkap ibu mertuaku."Iya bu, terima kasih. Maaf, bisa minta tolong bangunkan Nana? Bu, sudah pagi dia belum shalat subuh. Tadi aa sama bapak coba bangunkan dia tidak mau bangun," pintaku pada ibu mertua."Percuma, dia tidak akan bangun harus ibu siram pakai air baru mau bangun, seharusnya seorang istri bangun duluan siapkan sarapan untuk suaminya, tapi memang sudah sifatnya seperti itu susa
BAB 9 " Seperti malam pertama "Malam pun tiba, entah mengapa Nana menyuruh anak-anak tidur di kamar neneknya. Seketika dia memakai pakaian terbuka dan berdandan lalu masuk ke dalam kamar. Aku yang masih terdiam heran duduk di atas kursi sambil memperhatikan tingkahnya yang seakan-akan berubah drastis.Setelah menghabiskan secangkir kopi, aku pun langsung masuk ke dalam kamar seketika melihat Nana yang sedang terbaring tidak memakai selimut hanya mengenakan pakaian yang sangat terbuka. Rasa dimana aku sangat benar-benar merasa jantungku berdetak yang tidak seperti biasanya.Aku lihat sepertinya dia pura-pura memejamkan mata. Lalu aku pun berbaring di sampingnya. Selang beberapa menit dia pun terbangun dan tanpa basa-basi naik ke atas badanku yang sedang terbaring. Entah sesuatu apa yang merasukinya aku pun terheran. Dia langsung memberikan kedua belahan d*danya mengarah ke bibirku.Tidak menunggu waktu, aku pun langsung menyergap apa yang dia sodorkan ke bibirku. Dia yang biasanya ha
BAB 10" MENIKMATI PERMAINAN "#pov nanaBeberapa minggu kemudian, aku yang sudah tak tahan menahan rindu terhadap Evan mencoba memberanikan diri meminta izin Mas Rafa untuk menginap di rumah kedua orangtuaku.Biasanya Mas Rafa jarang mengizinkan karena aku sulit pulang kalau sudah menginap di rumah orangtuaku. Di sana mungkin aku merasakan ketenangan dan kekeluargaan yang sangat erat meskipun tinggal di rumah kecil, tapi setidaknya anak-anak juga ada yang membantu asuh.Tanpa harus ada drama, Mas Rafa pun mengizinkan aku menginap selama tiga hari dan aku sengaja tidak mengajaknya menginap, karena sudah jelas tujuanku hanya untuk bersenang-senang dengan Evan."Akhirnya, selama tiga hari aku bisa bertemu terus dengan Evan dan bisa memadu kasih juga. Kepuasan yang diberikan Evan membuatku ingin terus melakukan itu dengannya," ucapku dalam hati."Sayang, kamu sudah di rumah orangtuamu," isi chat Evan."Udah, sayang, kita janjian ketemuan?" jawabku."Jadi dong, di rumah Ridwan lagi ya, ak
BAB 11" Berita Duka "Hampir setiap kali aku libur kerja, kenapa Nana selalu tidak ingin menikmati kebersamaan bersamaku ya?" Tanyaku dalam hati."Bu, kenapa Nana setiap hari keluar rumah saat aku sudah berangkat kerja, apa dia seperti itu?" Tanyaku pada ibu yang sedang memasak di dapur."Setahu ibu sih sering, dia pagi-pagi sudah berangkat atau ada yang menjemput, dia bilang ojek yang menjemput kadang bilang saudaranya, tapi ibu juga tidak terlalu banyak bertanya sama dia, ibu cuma tanya sudah izin suamimu atau belum, dia selalu jawab sudah. Jadi ibu biarkan saja dia pergi, kenapa nak? Kalian ada masalah?" Jelas ibu."Tidak bu, tidak ada apa-apa." Jawabku tidak mau ibu kepikiran kalau aku ada kecurigaan terhadap istriku sendiri.Aku kadang terheran juga dengan sikapnya yang kadang baik, kadang juga ada sikap jahat terhadapku. Tapi akhir-akhir ini dia seakan-akan seperti orang yang sedang jatuh cinta. Ya Tuhan, jauhkanlah aku dari pikiran yang tidak-tidak tentang istriku.Dari kejauh
BAB 12"Kecurigaan Mas Rafa"#POV NANA"Na, sampai kapan kamu akan terus bersembunyi dari aku? Apakah kamu sudah bosan denganku?" Tanya Evan di chat handphoneku."Kenapa, Van? Aku sedang berduka, seharusnya kamu mengerti keadaanku sekarang. Aku tidak bisa pergi kemana-mana sebelum 40 hari berkabung atas kematian nenekku," jawabku tegas."Aaaaaaaagh, sudahlah, kamu hanya mencari alasan. Sejak awal, kamu memang tidak menginginkanku," marah Evan."Jangan egois, Van. Tolong pahami sedikit perasaanku. Di sini juga ada Mas Rafa, aku tidak bisa diam-diam pergi meninggalkan rumah," jawabku penuh dengan kekecewaan.Setelah nenek meninggal, hampir setiap hari Mas Rafa ada waktu untukku. Dia hanya memiliki satu pekerjaan tetap dan selalu pulang sore karena rumah sedang berduka dan diadakan tahlilan beberapa hari.Sudah kubilang ke Evan bahwa aku sedang berduka, tapi dia tetap tidak mau mengerti keadaanku sekarang. Aku jadi bingung harus berbuat apa.Dia selalu menghubungiku tidak sesuai dengan k
BAB 62#POV ISNA "Jahatnya Ibu Mertuaku""Mas, kalau kamu ingin tahu yang sebenarnya apa yang aku rasakan setelah kita liburan dari rumah ibu, ini aku perlihatkan kepadamu begitu banyak ibu mengirimkan pesan setiap saat, kamu coba lihat saja satu per satu." Ucapku di pagi hari sambil menyuguhkan segelas kopi kepada Mas Rafa, sambil aku melihat pemandangan di teras lantai dua vila yang begitu indah dan udara yang sangat segar di pagi hari. "Kenapa kamu tidak cerita, Is?" Tanya Mas Rafa. "Bagaimana aku mau cerita, Mas, sedangkan aku dalam keadaan syok setelah mendengar ucapan dokter bahwa aku tidak akan bisa hamil. Dan ibu terus saja mendesak aku supaya kamu menikah lagi dengan wanita lain." Jawabku. "Ibu benar-benar jahat, Is. Aku tidak menyangka semuanya. Aku akan coba berbicara sama ibu nanti." Ucap Mas Rafa. "Kamu jangan menyalahkan ibu juga, Mas. Aku juga ada salahnya. Namun, aku sudah memaafkan sikap ibu terhadapku. Sekarang kita sudah suami istri lagi. Dan aku berharap kita
BAB 61"Ingat Mas!!!! Masa Idah Belum Habis" #POV ISNA Tiba-tiba ada pesan masuk ke handphoneku dari Evan. Aku mencoba membukanya, siapa tahu penting."Is, benar dugaan kamu selama ini. Yang kemarin kita temui di kafe, dia adalah Nana. Malam ini dia mengajakku bertemu dan mengakui kalau dia adalah Nana. Aku akan coba mengorek informasi darinya agar kamu mempunyai bukti yang kuat untuk mengungkap siapa dia sebenarnya," ucap Evan."Aku akan bayar kamu berapapun yang kamu minta, Van. Aku ingin kita bekerja sama mengungkap siapa Riska sebenarnya dengan bukti-bukti yang kuat. Tapi aku minta kamu jangan coba-coba mengkhianati aku, karena aku bisa berbuat apa saja, termasuk melenyapkan orang," ucapku tegas."Begini saja, Is, aku tidak akan minta sepeser pun uang dari kamu. Aku hanya ingin kita saling menguntungkan. Aku sekarang lelaki baik-baik, Is. Aku hanya ingin mendapatkan Nana kembali ke pelukanku bagaimanapun caranya. Aku benar-benar terpesona melihat kecantikan dia sekarang. Dan pos
BAB 60"Firasat Wanita Tidak Pernah Salah"#POV ISNA"Mas, mas, kamu kehilangan anak di bawa sama ibunya saja paniknya setengah mati, sedangkan kehilangan aku tidak ada panik-paniknya sama sekali," ucapku sedikit kesal membalas chat Mas Rafa. "Kalau kamu sayang sama anak-anak, kamu datang ke sini sekarang juga, jangan bawa calon istri kamu, Mas. Sendiri. Kalau tetap membawanya, aku akan membenci kamu selamanya," ancamku terhadap Mas Rafa. "Tidak menunggu waktu lama, akhirnya Mas Rafa datang sendirian ke taman tempat aku dan anak-anak olahraga. Sepertinya dia menuruti apa yang aku katakan. "Mir, aku titip anak-anak dulu ya, aku mau bicara dulu dengan Mas Rafa," pintaku kepada Mira. Mas Rafa yang terlihat tidak seperti biasanya, selalu ceria di hadapanku, sekarang dia terlihat sedikit murung. Entah mungkin banyak pikiran atau apa. Aku segera memegang tangannya dan membawanya ke tempat yang agak sepi."Bagaimana, Mas semalam? Tidurnya nyenyak? Bahagiakah kamu bersamanya sekarang?
BAB 59"Dan Terjadi Lagi"Aku terharu melihat pertemuan Cila dengan Riska. Cila yang sudah lama tidak bertemu dengan ibunya sendiri seakan-akan bertemu dengan kebahagiaannya. Namun, sayangnya Riska bukanlah ibu kandung Cila. "Cila, sayang, dia bukan mamah, dia Tante Riska," ucapku memberikan pengertian kepada Cila. "Gak apa-apa, Mas, nanti kan aku juga akan jadi ibunya Cila. Jangan merusak kebahagiaan anak, kasihan Cila, Mas," jawab Riska. "Aku cuma takut kamu keberatan, Ris, dengan kehadiran anak-anakku, tapi aku sangat bersyukur kalau kamu bisa menyayangi mereka juga," ucapku. "Yaaaah, bukan mamah ya, maaf ya Tante, habisnya Tante mirip sekali dengan mamah," ucap Cila sedikit kecewa. "Tidak apa-apa, sayang. Cila mau menganggap Tante mamah juga boleh kok," ucap Riska sambil kembali memeluk Cila.Mungkin Riska bisa jadi ibu yang baik juga buat anak-anak, meskipun ya aku tahu bagaimana sikap dia selalu menggodaku. Namun, aku berharap dia hanya nakal terhadapku dan tidak melak
BAB 58"Pertengkaran"#POV ISNAMas Rafa seperti terbakar api cemburu melihat aku bersama Evan, lelaki yang merebut istrinya dulu, dan sekarang dia menyangka kalau Evan lagi-lagi merebut orang yang dia sayangi juga. Untuk saat ini mungkin aku tidak akan menjelaskan apa-apa terhadap Mas Rafa. Aku tidak peduli dia berpikir aku wanita yang murahan ataupun hal-hal buruk yang ada dalam pikirannya. "Sudah, sudah, sudah, daripada jadi salah paham, Van, ayo kita pindah meja saja," ajakku sambil menarik tangan Evan. Mas Rafa semakin terlihat marah melihat aku menggandeng tangan Evan. Evan yang tidak melawan dan hanya pasrah pun menuruti untuk mengikuti aku pindah meja. Masih ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan juga terhadapnya. Setelah pindah, aku melihat sepertinya Mas Rafa masih melihat-lihat ke arahku. Aku tahu kamu masih sangat menyayangiku. Tapi apakah kamu juga memikirkan perasaanku melihat kamu jalan berdua dengan Riska? "Dia itu Nana, Is. Aku yakin sekali dia Nana," ucap Evan
BAB 57"Salah Paham"#POV ISNAAwal kenal, aku biasa saja melihat Mas Rafa dengan Riska berduaan, karena memang tujuanku ingin mendekatkan mereka berdua. Namun, firasatku mengatakan ada yang janggal dengan Riska.Aku hanya ingin mengungkap kebenaran, kenapa tiba-tiba ada orang yang persis mirip dengan Mbak Nana hadir dalam kehidupanku dengan Mas Rafa. Dan secara kebetulan, Mbak Nana sudah berbulan-bulan keluar dari penjara. Kalau saja Mbak Nana masih ada di penjara, mungkin aku orang pertama yang akan menjadikan Riska istri kedua Mas Rafa. Karena tekanan dari ibu mertuaku yang setiap saat selalu menghantui pikiran agar Mas Rafa menikah lagi dengan wanita lain. Sudahlah, semua hanya masa lalu yang mungkin tidak akan bisa diulang lagi. Harus aku jadikan pelajaran saja bahwa rumah tangga yang dicampuri orang tua pasti akan berantakan. Namanya ujian rumah tangga, kalau sampai orang luar tahu, yang ada bukan kasihan, tapi penasaran saja dan ikut campur di dalamnya."Bi, Mira dapat kabar
BAB 56"Cila Seperti Bertemu Ibu Kandungnya"Sudah beberapa minggu aku berpisah dengan Isna. Rasa yang tidak bisa dibohongi adalah aku sangat menyayangi dia. Namun, ketika sebuah rumah tangga ada pengkhianatan, rasanya seperti hati ini benar-benar hancur. Kenapa laki-laki harus dituntut egois? Laki-laki tidak boleh membiarkan wanitanya disentuh orang lain, sedangkan aku sendiri seenaknya menyentuh wanita lain. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Apa yang sudah aku lakukan dan apa yang sudah Isna lakukan adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal. Apakah aku harus melupakan semua kenangan indah bersama dia dan memulai hidup baru lagi? Aku cuma takut gagal saja. Sudah berkali-kali rumah tanggaku harus patah di tengah jalan. Aaaaaaaaaaagh!!!! Ke pekerjaan pun jadi tidak fokus. Yang ada malah selalu kepikiran. Apa aku coba buka blokir Isna saja dan meminta dia kembali?.Jangan raf, dia sudah melakukan kesalahan. Jangan sampai kamu ampuni dia. Kalau kamu kasih kesempatan, nantinya
BAB 55"Bertemu Mas Rafa dan Riska"#POV ISNAUntuk sementara, aku urungkan niat dulu untuk mencari pekerjaan. Fokus sekarang menemukan keberadaan Evan di mana. Pagi ini aku akan ke kantor polisi untuk memastikan apakah benar Mba Nana sudah keluar dari penjara. Sengaja aku menyewa mobil seharian untuk pulang pergi dan mencari keberadaan Evan. "Mir, kamu ada kerjaan nggak hari ini?" tanyaku kepada Mira. "Kebetulan aku lagi cuti tahunan, Bi. Tadinya aku mau pulang kampung. Tapi kalau Bibi mau ditemani keluar, aku mau kok, Bi. Gampang, nanti masalah pulang kampung bisa Mira undur dulu," jawab Mira. "Temani Bibi ya cari informasi tentang Mba Nana. Siapa tahu Bibi nemu titik terang," pintaku kepada Mira. Setelah Mira mengiyakan, aku langsung siap-siap untuk pergi ke kantor polisi di mana Mba Nana pernah ditahan.Berkali-kali aku coba menghubungi Mas Rafa, namun semua akses sudah dia blokir. Jadi, aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Sudahlah, lebih baik aku cari kebenarannya dulu
BAB 54" Aku Tidak Sebodoh Itu"#POV ISNADengan penuh rasa penyesalan, aku hanya bisa menyaksikan dari jendela melepas kepergian Mas Rafa setelah menceraikanku. "Apa yang sudah kamu lakukan terhadap suami kamu, Isna? Sampai-sampai dia mengembalikan kamu ke sini," tanya Bapak. "Isna ketahuan selingkuh, Pak. Mas Rafa memergoki aku sedang bersama lelaki lain," jawabku. "Astagfirullah, kelakuan kamu sama kakak kamu sama saja. Kenapa kamu lakukan semua itu, Is? Apa yang ada dalam pikiran kamu? Bukankah rumah tangga kamu baik-baik saja sebelumnya?" ucap Bapak sedikit marah. Aku yang tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya hanya bisa mengeluarkan air mata di hadapan Bapak. "Sudahlah, Pak. Apa yang sudah terjadi biarlah terjadi. Ini harus kita jadikan pelajaran juga. Jangan sepenuhnya menyalahkan Isna. Mungkin dia melakukan semua itu juga ada sebabnya," ucap Ibu membelaku. "Bu, Bu, anak sudah membuat muka kita malu, masih dibela juga," jawab Bapak.Aku langsung merangkul pangkuan