Home / Rumah Tangga / DINIKAHI PRIA PLAYBOY / 006 - Back To Jakarta

Share

006 - Back To Jakarta

Author: Jezlyn
last update Last Updated: 2024-09-06 11:00:37

Pertemuan dengan Ryan kemarin benar-benar membawa efek tersendiri dalam jantungku. Pagi ini yang aku lakukan cuma memegang dada, memastikan kalau diriku nggak jantungan.

"Kenapa, Ki?"

"Ah, enggak, Pak."

Malu.

Ya, aku malu banget sumpah lagi ngelamun tapi ketahuan sama boss besar. Terlebih pipi kayaknya panas banget pula. Buat goreng telur kayaknya mateng nih.

Akhirnya aku berdeham pelan sebelum memutuskan untuk mengajak Pak Haidar buat ngobrol masalah proyek semalam yang dibahas. Terlebih proyek itu tidak bisa selesai di Singapura. Alhasil aku dan Pak Haidar kembali ke Jakarta pagi ini.

"Pokoknya, saya serahkan ke kamu, Ki," kata beliau saat membahas proyek Singapore ini.

"Iya, Pak."

"Nanti saya di Papua itu kurang lebih sebulanan, jadi nanti tolong kamu ajari anak saya masalah kantor di sini. Dia belum terlalu mengusai perusahaan," ujar beliau menceritakan anaknya yang super duper tampan.

"Baik, Pak."

"Tidak salah kalau HR memilih kamu sebagai sekertaris saya. Sudah cantik. Badan oke, mana cerdas, dan yang penting ... seksi."

Sumpah, aku benar-benar terkejut saat Pak Haidar ngomong gitu barusan. Emang sih awalnya beliau memujiku, tapi pas akhiran terkesan mata keranjang tuh boss.

Ck! Ternyata, nggak tua nggak muda namanya boss sama saja. Mereka suka banget menilai sesuatu dari fisik.

"Ngomong-ngomong kamu udah punya pacar belum, Ki?"

Lha, kenapa beliau mendadak tanya begitu? Beliau mau ngelamarku gitu? Oh My God. Beliau itu cocoknya jadi bapakku bukan suami. Haduh, bisa diketawain Bu Tejo kalau begini.

"Hehehe, belum, Pak," jawabku sambil meringis ke arah Pak Haidar yang tengah mesam mesem sendiri. Entah apa yang sedang beliau pikirkan. Yang pasti, please ... jangan coba-coba lamar aku, Pak.

"Saya punya klien. Dia masih muda. Ya ... seusia anak saya lah, kalau kamu mau atau ada minat nanti saya kenalkan, gimana?"

Lha, kenapa boss-ku mendadak jadi biro jodoh begini, sih.

"Hehehe, tidak usah, Pak. Lagipula saya juga nggak terlalu memikirkan pasangan untuk saat ini. Saya lagi mau fokus bekerja dulu."

Dusta.

Biarin aja mulutku berdusta saat ini. Padahal aku lagi ngebet cari jodoh buat dikenalin ke mama. Tapi apa daya, gengsi yang aku miliki terlalu tinggi buat ngaku di depan Pak Haidar.

"Oh ... begitu, yasudah kalau kamu nggak mau."

Mendengar Pak Haidar yang menyerah seperti itu membuatku tersenyum tipis. Tapi ingat, masih sangat terlihat ramah tamah pokoknya. Nggak berani aku jutekin boss. Apalagi beliau boss besar. Owner sekaligus CEO perusahaan yang bentar lagi lengser jabatannya. Sebetulnya sih udah lengser kemarin. Berhubung anaknya cuti jadi beliau terpaksa masuk lagi.

Saat ini mataku ngantuk banget. Rasanya pengin merem banget. Tapi, nggak enak sama Pak Haidar yang tengah duduk di sampingku. Mana beliau sibuk cek-cek email kalau aku perhatiin. Benar-benar dah ini orang udah berumur tapi gila kerjanya nggak diragukan lagi.

Dua jam kemudian.

Setelah memakan waktu dua jam lebih, akhirnya kami tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Dan, tujuan utama kami langsung ke kantor. Rasanya ingin protes sekali supaya bisa pulang ke rumah. Tapi semua itu hanya bisa dipendam saja dalam hati. Aku sadar diri karena masih jadi kacung di perusahaan.

"Nanti kamu langsung urus saja, Ki. Sama sekalian penerbangan saya ke Papua."

Ya Allah, Pak. Ngopi-ngopi dulu kek, masa langsung kerja lagi.

Dalam perjalanan menuju kantor, aku memilih diam bersama sopir di depan. Pak Haidar sibuk teleponan entah dengan siapa. Nggak peduli juga diriku.

Kurang lebih dua jam di perjalanan bikin pinggangku rada sakit. Udah dari Singapure dua jaman lebih, ditambah menuju kantor dua jam juga. Empat jam waktuku habis di jalan doang. Kalau begini terus gimana mau dapat jodoh. Benar-benar tua di jalan.

Saat sampai di kantor, aku berjalan cepat menuju ke arah lobby. Dan sialnya malahan ketemu GIBAH SQUAD. Pasti mereka habis pada makan siang nih. Secara ini jam istirahat.

"Hai, Ki," teriak Sofi.

Bibirku langsung tersenyum lebar seperti ada mesin otomatisnya gitu.

"Tumben cepet," kini giliran suara Mbak Sila yang coba ngomong ke aku.

"Iya, kerja rodi nih."

"Tapi gede, kan?" Goda Mbak Sila sambil menaik turunkan alisnya menggodaku. Kayak anak ABG sumpah dia, padahal dia udah emak-emak.

"Betisku nih yang gede, Mbak."

"Hahaha, gapapa dah kalau itu. Yang penting jangan saingin boobs-ku."

"Hahaha, Mbak Sila benar-benar dah jadi duta boobs," celetuk Sofi yang langsung ditempeleng Mbak Sila.

Melihat teman-teman kantor, capek dan sakit pinggangku mendadak hilang. Ya, meski cuma 0,1% doang sih, mayanlah.

"Si boss mau kemana tuh?" tanya Bang Rinto yang mulai mendadak kepo melihat Pak Haidar pergi lagi. Aku hanya mengangkat bahu tak tahu. Lagi pula aku bukan istrinya yang harus tahu beliau 24 jam harus di mana, sama siapa, berbuat apa, dih ngapa mendadak jadi nyanyi lagunya babang tamvan, sih.

Saat di dalam lift. Aku melihat Sofi yang tengah girang seperti ibu-ibu dapat arisan.

"Besok Mas Priyo pulang," ujar Sofi yang merasa girang kalau Priyo akan pulang dinas dari Bali.

"Tembak aja udah," kata Bang Rinto.

"Nah setuju tuh, emansipasi wanita, Sof," dukung Mbak Sila dengan semangat membaranya. "Nanti keburu diembat sama Kiki lho," tambah Mbak Sila mengkompori.

"Dih, kok aku sih, Mbak," balasku tak terima. Lagipula Priyo bukan tipe cowok idamanku juga.

"Huft! Kayaknya emang Mas Priyo suka sama Kiki deh," kata Sofi yang aku lihat langsung cemberut. Bahkan aura bahagianya langsung mendadak ilang 100%.

Melihat aura Sofi yang tak mengenakkan membuatku langsung menarik tubuh Sofi lebih mendekat.

"Nggak usah dengerin Mbak Sila, aku gak suka sama Priyo."

Bisa dilihat dari netra mataku kalau Sofi langsung menoleh dengan wajah girang kembali. Bahkan senyumnya tak pudar-pudar.

"Serius, ya, jangan tikung lho."

"Ededeh, dua wanita jomlo tengah memadu janji. Hahaha."

Mbak Sila kini tengah tertawa ngakak melihatku sama Sofi yang tengah melakukan janji supaya jangan ada saling tikung menikung nantinya.

Lagian Sofi bisa baper banget deh sama omongan Mbak Sila yang suka ngawur itu.

Ting.

Pintu lift terbuka, dan Bang Rinto keluar terlebih dulu disusul oleh Mbak Sila dan Sofi. Mereka bertiga pun melambaikan tangan dadah dengan kompak ke arahku.

"Daaah ... hati-hati di atas sendirian."

Ck! sial. Mbak Sila hobi banget nakutin. Dia tahu aja kalau aku ini orangnya penakut. Tapi kadang suka heran sama diri sendiri pas lembur, rasa takutnya tuh mendadak hilang. Bablas. Entah pergi ke mana.

Ting.

Kini giliranku keluar lift dan berjalan menuju ke arah meja kerja dengan lesu.

"Kerja lagi kerja lagi, gimana mau dapat jodoh," dumelku saat menaruh tas kerja. Untung saja sopir kantor mau mengantarkan koper ke alamat rumah langsung. Huft. Kopernya pulang orangnya masih nyangkut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Kamulah Jodohku [TAMAT]

    10 TAHUN KEMUDIAN.Nama Adeeva Putri Anggara kini sudah meroket ke berbagai penjuru sudut kota Jakarta, dan beberapa kota besar di pulau Jawa. Bisnis makanan yang dikelolanya kini semakin berkembang sangat luar biasa. Adeeva kini menjadi salah satu wanita tersukses di mata orang-orang dan masyarakat karena keahliannya dalam bidang bisnis.Tak heran jika banyak gosip yang melekat pada dirinya dulu sebelum memiliki pendamping hidup. Banyak sekali pria yang mendekati sesosok Adeeva, namun tidak satupun yang berhasil memikat hatinya. Adeeva hanya menganggap jika pria-pria itu cuma mencari sensasi semata karena dirinya sudah mulai dikenal publik.Dia kini habis membuka cabang kafe-nya di kota Semarang. Saat menuruni pesawat, hatinya merasakan gejolak rindu yang luar biasa kepada seseorang yang sudah menemani hari-harinya selama lima tahun terakhir ini. Adeeva rasanya ingin sekali memeluk pria itu dan buah hatinya yang selalu memberikan warna kehidupan.Banyakn

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Keputusan Untuk Tiga Pangeran

    Adeeva kali ini masih merasa bingung dan ragu atas keputusannya. Semenjak malam sabtu kemarin Baim mengutarakan perasaannya itu membuat sabtu pagi ini terasa malas beraktifitas. Adeeva yang biasa rajin sudah berada di dapur kali ini masih berada di atas kasur gulang guling seperti anak remaja yang baru puber.Tak lama pintu kamarnya dibuka dan menampilkan sesosok Kiki dengan gaya khasnya yang selalu mendesah panjang ketika melihat anak perempuannya masih betah di atas kasur.“Kamu enggak ke kafe?” tanya Kiki.“Hari ini Adeeva enggak mau masuk.”“Kenapa?”“Males aja, Bun.”“Galau gara-gara lamaran Baim semalam?”Adeeva diam, ia tidak merespon namun kepalanya langsung kepikiran dengan ungkapan hati Baim semalam. Akan tetapi Alex pun sama sudah mengungkapkan dengan romantis dan sesuai khayalannya. Ditambah Leonel yang tampak amat begitu menyesal telah menyakitinya.&ldquo

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Maaf Aku Telat Mengutarakan Ini Kepadamu

    Jumat pagi ini Baim mendatangi makam istrinya. Tak lupa ia membelikan bunga kesukaan Adiba. Ia menaruh di depan batu nisan Adiba dan menyiramkan air mawar ke atas tanah gundukan itu. Baim berdoa di sana agar kubur istrinya diberikan kelapangan. Ia juga mengusap batu nisan itu lembut sambil memanggil nama Adiba di dalam hati.“Sekarang anak kita sudah besar sayang,” ujar Baim. Seakan-akan mengatakan kepada Adiba yang masih hidup. Mengajaknya mengobrol seperti biasa meski tidak ada respon apapun. “Dia menjadi anak yang sangat begitu menggemaskan. Bahkan sangat cantik seperti kamu sayang.”Baim tersenyum, dan menunduk menatap tanah gundukan yang sudah ia tabur bunga. “Namanya Ayesha seperti yang kamu inginkan. Bahkan ia seperti kamu. Sangat pemilih untuk dekat dengan orang lain. Harus benar-benar kenal dulu baru mau. Tapi, ada yang membuatku heran. Dia bisa dekat dan langsung akrab dengan perempuan bernama Adeeva. Dia dulu perempuan yang sang

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Will You Marry Me!?

    Setelah menikmati makan bakso bersama, mereka langsung berkeliling bangunan di kota tua. Bahkan Alex kini lebih memeluk pinggang Adeeva sangat posesif.Merasa lelah berkeliling dari bangunan satu ke yang lainnya membuat mereka duduk di sebuah bangku yang berada di sana.Alex tiba-tiba langsung menyelipkan rambut Adeeva ke belakang telinga. Tatapannya langsung berubah serius namun masih menunjukkan kelembutan.“Adeeva ….”“Hmm.”“Kamu tahu kan kalau aku ke sini untuk melamarmu?”Adeeva mengangguk. “Iya, aku tahu kok.”Alex langsung merogoh ke saku jaket kulit yang dipakainya. Alex mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah dan segera berlutut di depan Adeeva yang tengah duduk.Merasa terkejut dengan tindakan Alex membuat Adeeva langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Mata Adeeva bahkan sangat berkaca-kaca melihat sikap Alex yang sungguh sangat romantis.

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Terima Kasih Sudah Buat Tertawa

    Setelah kepergiaan Adeeva dari kantornya, Baim langsung termenung mendengar penuturan dari perempuan itu. Perempuan yang baru dikenalnya beberapa waktu silam. Meski dalam hati ada ketertarikan kepada perempuan itu, namun masih ada ketakutan yang hinggap di benaknya. Baim takut menyakiti hati perempuan itu jika suatu saat mengingat almarhum istrinya. Apakah nanti perempuan itu akan menerimanya jika suatu saat nanti Baim masih terus mengingat Adiba? Meski sesosok Adiba sudah tiada, akan tetapi tetap saja takut melukai perasaan Adeeva.Tak ingin pusing pun membuat Baim langsung mengempaskan perasaan itu. menghilangkan benak Adeeva di pikirannya dan terus fokus bekerja untuk masa depan Ayesha nanti. Baginya, Ayesha lebih penting dan utama dibanding perasaan hatinya.Lain hal dengan posisi Adeeva yang masih termenung di depan kantor Baim. Ia sudah bisa menyimpulkan perasaan Baim kepadanya. Pria itu hanya menganggap teman saja tidak lebih dari situ. Adeeva pun akhirnya manta

  • DINIKAHI PRIA PLAYBOY   S2 - Harus Diuji Satu-Satu Mana Yang Terbaik

    Adeeva tidak menjawab apapun atas permintaan kesempatan kedua yang diucapakan oleh Leonel. Adeeva hanya tersenyum dan menyuruh pria itu untuk pergi kembali hotel agar bisa istirahat. Bukan ia labil atau bagaimana. Akan tetapi ia tidak tega melihat mata lelah di wajah Leonel. Ia mencoba bersikap biasa selayaknya teman. Adeeva hanya ingin bersahabat dengan berdamai dengan masa lalunya tidak lebih. Meski masih memiliki perasaan kepada pria itu, akan tetapi itu hanya sekadar sisa-sisa yang dulu saja.“Apa tujuan dia ke sini?” tanya Kiki.“Meminta kesempatan kedua, Bun.”“Jangan kamu kasih, Adeeva!” sambar Ryan, yang sedang fokus menikmati nasi goreng buatan Kiki.Adeeva yang masih sibuk berkutat di dapur pun menoleh ke arah meja menatap Ryan yang sedang menatapnya. Adeeva hanya menghela napas panjang.“Tapi dia bilang menyesal gitu, Yah,” ujar Adeeva kemudian.“Menyesal terus nanti begitu lag

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status