Membaca pesan terakhir dan melihat foto Adeeva yang sedang duduk di sebuah kelab membuat hati Leonel bergemuruh sangat hebat. Ternyata Adeeva pergi buru-buru tadi itu mau pergi ke kelab?
Niat ingin mengecek pekerjaan pun Leonel tinggalkan. Mood-nya merasa sudah sangat hambar dan ambyar sekali saat ini. Buru-buru ia mengambil kunci mobilnya di dalam laci nakas dan segera melanggang pergi ke kelab yang biasa dirinya dan Alex bertemu.
Selama perjalanan pun hati Leonel benar-benar kesal. Kenapa juga sih perempuan itu tidak jujur saja mau pergi ke kelab malam. Kan kalau tahu dari awal enggak kesal begini.
***
Kelab Malam.
Alex sudah duduk bersama Adeeva, bahkan Alex memesan jus jeruk untuk dirinya dan Adeeva. Malam ini ia sengaja enggak minum alkohol dulu karena ingin bincang-bincang dengan Adeeva.
Rasa penasaran Alex dengan perempuan asia ini bisa dikatakan sangat menggebu-gebu. Apalagi mendengar Leonel yang menilai sikap Adeeva barbar, tapi bag
Dan pagi ini Marinka pulang dengan wajah yang sangat bahagia. Leonel yang melihat mommy-nya bahagia ikut tersenyum senang.Setelah berpikir keras tadi pagi buta hingga saat ini akan sarapan bersama, ini saatnya Leonel mengatakan di depan mommy-nya.“Mommy kangen sekali denganmu, dear,” ucap Marinka kepada Adeeva yang masih memakan sarapannya dengan diam.Adeeva tersenyum tipis saja dan kembali fokus sarapan.“Mom, sepertinya Leonel akan pindah tinggal di apartemen saja,” ceplos Leonel yang membuat Adeeva menghentikan pergerakan tangannya di atas piring. Adeeva masih tetap menunduk yang membuat Leonel tersenyum menyeringai. “Soalnya kasihan Adeeva dia jauh dari kantor,” tambah Leonel yang membuat Adeeva mendongak dan menoleh ke arah Leonel. Adeeva menunjukkan tatapan tajam penuh permusuhan.Marinka diam sejenak, ada gurat kesedihan mendengar anak dan menantunya akan tinggal terpisah.“Tapikan ada sopi
Sepanjang perjalanan menuju ke apartemen Elizabeth, Leonel diam membisu memikirkan Adeeva yang ia tinggal sendirian di bandara barusan. Kira-kira dirinya keterlaluan tidak, ya? Ah sepertinya setimpal dengan kelakuan Adeeva yang pergi semalam dengan Alex. Biar Adeeva tahu rasa!Elizabeth yang niat kembali dari Paris lusa pun ternyata pagi buta tadi memberikan kabar jika dia sedang kembali ke Barcelona. Leonel pun menggunakan siasat ini untuk membalas sakit hatinya semalam karena Adeeva lebih memilih pergi dengan Alex.Ya, lagi-lagi emang Alex sumbernya. Brengsek memang teman satu itu. Bikin hatinya berkobar-kobar saja.“Honey, produk LV nanti keluarin tas model baru. Katanya itu limited edition.”Elizabeth terus menerocos soal produk tas branded itu. Acara seleksi untuk model victoria secret yang Elizabeth ikutin pun gagal hingga ia harus kembali ke Barcelona.“Ya, nanti beli saja.”Elizabeth girang dan lan
Selesai menekan password pintu apartemen Adeeva, Leonel langsung masuk dan mendapati kondisi apartemen yang kosong. Bahkan Leonel bisa melihat debu yang sudah menebal di semua perabotan milik Adeeva. Leonel langsung mengecek ke kamar namun kosong. Kemudian ke kamar mandi pun kosong.“Kemana perginya Adeeva,” gumam Leonel bermonolog.Memikirkan perempuan itu membuat kepala Leonel pusing sendiri. Bahkan terasa sangat berat juga akan meledak saat ini.Leonel pun langsung berpikir keras untuk mengira-ngira keberadaan Adeeva. Tiba-tiba saja otaknya berpikir tentang Alex. Apalagi Adeeva sangat dekat dengan Alex semalam dan itu kemungkinan besar jika istrinya bersama pria brengsek itu.Untuk memastikan Adeeva ada di kantornya Alex pun membuat Leonel langsung menelepon dengan panggilan video call. Dan yang lebih membuat Leonel geram panggilannya tidak langsung diangkat oleh pria brengsek itu.“Shit! Angkat Lex!”Leonel pun te
Deru napas Leonel sangat terdengar begitu memburu. Bahkan ia memejamkan mata karena tidak bisa mengontrol emosinya saat ini.“Sorry, Lex.”“Kau mencintai Adeeva?” tanya Alex memastikan.“Haha, kau tahukan kalau aku sangat mencintai Elizabeth. Tidak mungkin aku mencintai wanita itu. Yang benar saja kau kalau berbicara.”“Ya sudah kalau begitu. Lagian aku hanya memastikan saja. Soalnya kau sangat tampak emosi saat aku memuji Adeeva.”“Haha, karena dia tidak pantas dipuji.”“Aku tidak paham kenapa kau sangat membenci Adeeva. Tapi lebih heran lagi kau menikahinya. Sungguh aneh bukan.”“Sudah aku katakan jika aku menikahi dia karena kontrak. Aku hanya ingin membuat Mommy bahagia.”“Ya sudah kalau begitu. Jadi aku akan mendekatinya jika memang kau tidak mencinta Adeeva. Kau tidak keberatan bukan? Lagian kalian hanya akting saja depan Aunty Marin
Selesai menghabiskan makanan, Adeeva tidak mau ditinggal oleh Alex karena saat ini ia sangat butuh teman.“Aku ingin nonton film,” ujar Adeeva mengatakan jujur di depan Alex apa yang diinginkannya saat ini. Alex sendiri pun tersenyum dan mengusap kepala bagian atas dengan lembut.“Kau ingin film apa?”“Yang romantis.”Alex langsung mengerutkan kening bingung dan menatap ke arah Adeeva karena ia tidak tahu film-film romantis.“Kau tidak pernah ke bioskop, ya?” tebak Adeeva sambil menelisik manik mata Alex.“Hehe, tidak.”“Sama, sih. Cuma pernah nonton sesekali saja sama keluarga.” Adeeva langsung teringat masa remajanya yang miris soal cinta. Nonton dengan lawan jenis saja tidak pernah, meski pernah itu grandpa, ayah serta Danis. Namun tidak pernah berdua dengan Danis, pasti akan satu keluarga nonton bersama.Merasa memiliki nasib yang sama soal urusan nonto
Leonel berdecih melihat Adeeva menangis. Sejak kapan wanita gila ini jadi gampang nangis? Bukannya dia ini suka melawan dan tidak mau kalah?“Sudahlah tidak usah menangis seperti itu. Kau pikir aku akan kasihan?”Adeeva sendiri mencoba mengumpulkan tenaga untuk melawan Leonel. Akhir-akhir ini ia jarang tidur dan itu membuat tubuhnya lemas, bahkan terasa sakit kepala.“Kau bahkan tidak masuk kantor dan lebih memilih menjual diri kepada Alex. Ck ck.”“Stop Leonel!”“Wow! Kau sudah kembali seperti semula, eh?”Adeeva mengepalkan kedua tangannya kuat dan siap meninju wajah Leonel yang sangat menjengkelkan sekali itu.“Kau tahu? Alex itu playboy. Dia tidak pernah serius dengan wanita jadi kau jangan terlalu senang dulu. Kau paling habis ini dibuang setelah dia kenyang dan bosan menidurimu.”“Jaga mulutmu! Alex tidak seperti itu!”“Hahaha, so sweet s
Tatapan lembut selalu Leonel berikan untuk Adeeva saat ini. Bahkan Leonel tersenyum manis ke arah Adeeva yang dibalas senyuman manis juga oleh perempuan itu.Dengan gerakan perlahan penuh hati-hati, Leonel menurunkan tubuh Adeeva di ranjang king size yang berada di kamar apartemen Alex.Merasa Adeeva sudah terbaring pun membuat Leonel terus mengunci tatapan manik mata Adeeva. Kepala Leonel pun mulai turun hingga kini sudah berlabuh di leher jenjang nan putih milik Adeeva.Leonel langsung mencumbui leher, dan beralih ke bibir ranum milik Adeeva. Leonel memberikan kecupan lembut, hangat, dan mendamba di sana.“Leonel,” lirih Adeeva.“Hmm.”Leonel terus menjelajah dan mengeksplor leher jenjang milik Adeeva dengan sangat lembut hingga ia merasa lupa akan segalanya. Yang diotaknya saat ini hanya terus mencumbu dan mencumbu istrinya.Lain hal dengan Adeeva yang memiliki kesempatan bergerak pun langsung me
Adeeva terkejut dengan kondisi Alex saat ini. Apalagi melihat kepala Alex yang diperban melingkar membuat Adeeva merasa sedih. Tatapan sendu ia layangkan untuk kekasihnya itu.“Alex,” lirih Adeeva yang mulai berjalan masuk dan mendekat ke arah Alex.Alex sendiri tetap tersenyum manis menatap wanita pujaannya ini. Bahkan Alex merasa tak tega melihat Adeeva bersedih.“Hahaha, bitch bicth!”Adeeva berjengit kala mendengar suara baritone dan sedikit ngebas itu dari arah samping ia berdiri. Perlahan Adeeva menoleh dan terkejut dengan kehadiran Leonel yang sedang duduk di sofa sambil menyesap minuman alkohol.“Le-Leonel,” cicit Adeeva pelan.“Kenapa bitch? Kau kaget melihatku di sini?” Leonel langsung berdiri dari sofa dan berjalan mengarah ke arah Adeeva dengan senyum devilnya.Adeeva menatap aura permusuhan kepada Leonel. Bahkan Adeeva juga melihat dahi Leonel penuh luka dan pipi milik
Sudah hampir seminggu ini Adeeva tidak melihat sesosok Baim datang ke kafenya. Apalagi pertemuan terakhir dia dengan Baim berlangsung tidak baik. Entah kenapa Adeeva menjadi kepikiran saat ini.“Zia, pelanggan aneh itu enggak ke sini?”Zia menggeleng pelan. “Udah hampir semingguan ini dia enggak datang, Kak. Bahkan sore pun tidak datang.”Adeeva yang memang berjaga pagi hingga siang saja tidak tahu kondisi kafe di sore hingga malam hari. Karena Adeeva harus menemani grandma-nya di rumah. Adeeva ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama sang grandma. Akan tetapi hari ini ia sengaja berjaga sampai tutup kafe karena merasa penasaran dengan pria bernama Baim itu.“Apa dia malu mau datang ke sini lagi setelah tahu kalau aku anaknya dari pemilik kafe?” gumam Adeeva, menerka-nerka. “Tapikan kalau emang suka makan di sini tinggal datang aja seperti biasa. Enggak usah pikirin soal keributan kemarin dong. Ih engga
Adeeva menatap bingung ke arah pria itu. Bahkan saat pria itu telepon dengan seseorang menggunakan bahasa sunda membuat Adeeva hanya mengerutkan kening bingung. Pasalnya ia tidak tahu arti yang diucapkan pria yang entah siapa namanya.Setelah selesai berbicara. Pria itu langsung berbalik badan dan menatap Adeeva sengit. Karena ia sudah pasti akan menang dari cewek tengil di depannya ini.“Kita tunggu sebentar lagi pemilik kafe ini akan datang,” ucapnya dengan gaya watados-nya.Adeeva semakin mengerutkan kening bingung kala mendengar ucapan ngawur pria itu. Pemilik kafe-nya ia sendiri. Memangnya menunggu siapa? Apa menunggu ayah Ryan?“Oh ya? Memang siapa nama pemilik kafe ini?” tantang Adeeva, jemawa.“Tentu Pak Ryan Anggara.”“Hahaha, itu Ayah saya.”“Halah, ngaku-ngaku kamu. Bawahan aja bisa belagu begini, ya. Anaknya Pak Ryan itu di luar negeri ikut suaminya. Masa anaknya
Mau tidak mau saat ini Adeeva maju sendiri untuk melayani customer aneh itu. Adeeva sudah siap mendengarkan semua menu pesanan dari mulutnya. Namun, sudah berdiri sekitar sepuluh menitan tidak ada ucapan apapun dari mulut pria itu yang membuat Adeeva dongkol.“Bapak mau pesan apa?” tanya Adeeva kemudian.Tetap saja Adeeva hanya didiamkan oleh pria itu. Dia lebih sibuk membolak-balik buku menu dan dilakukannya berulang yang membuat kepala Adeeva terburu mengebul mengeluarkan asap putih.“Ekhem! Bapak ingin pesan apa? Dari tadi saya perhatikan kalau Bapak hanya membolak-balik buku menu tanpa mau memesan.”Adeeva terkejut kala pria itu justru menaruh buku menu dan berdiri menghadap ke tubuh Adeeva yang tingginya benar-benar lumayan. Adeeva saja sedada pria itu hingga membuatnya langsung mendongak.“Pelayan cerewet! Kemarin-kemarin saja tidak ada kamu suasana kafe ini aman. Saya pikir kamu dipecat hingga saya merasa lega.
Selesai berdiskusi soal harta warisan milik Marinka. Kini Adeeva sudah memutuskan dengan sangat bulat jika seluruh harta yang dimilikinya akan ia sumbangkan ke sebuah yayasan. Awalnya, pengacara itu terus membujuk Adeeva untuk terus meneruskan dan mengelola, namun mengingat kata-kata Leonel yang menyakitkan membuatnya benar-benar bulat untuk menyerahkan ke tempat yang tepat. Lagipula jika harta itu diberikan pahala akan mengalir ke Marinka bukan? Dan, Adeeva akan hidup tenang di negaranya sendiri.Selesai urusan harta warisan selesai, Adeeva segera mengurus tiket penerbangan ke Indonesia. Ia tidak sudi menghadiri acara pernikahan sang mantan itu. Adeeva ngeri nanti di sana harga dirinya akan diinjak-injak oleh Leonel ataupun Elizabeth.Entah kenapa sejak pertemuan terakhirnya di depan pintu kamar hotel dengan Alex, pria itu mendadak tidak bisa dihubungi. Padahal Adeeva hanya ingin pamit pergi pulang ke Indonesia. Entah kenapa pria-pria di sini semuanya membuat hati Ade
Alex tersenyum miring kala melihat Leonel meneleponnya. Pria itu segera mengambil dan mengangkat ponselnya dengan gayanya yang sangat santai.“Halo,” sahut Alex dengan santai.“Alex, apa maksudmu pergi bersama Adeeva ke toko tas? Apa emang kalian sengaja membuntutiku?”Mendengar itu sontak Alex langsung tertawa terbahak-bahak, dan cerdiknya Alex telah meloudspeaker panggilan telepon dengan Leonel hingga Adeeva bisa mendengarnya dengan jelas.Alex melihat jika Adeeva ingin menyahuti ucapan Leonel. Namun, Alex menggelengkan kepalanya kepada Adeeva untuk memberikan tanda jika tidak usah terpancing ucapan Leonel yang memang selalu mencari perhatian dirinya—khususnya Adeeva.“Kau benar-benar sangat percaya diri sekali Leon! Aku datang ke toko tas karena memang ingin menjemput kekasihku.”“Apa! Kau sengaja berkata seperti ini agar aku cemburu? Hahaha, itu tidak akan bisa kalian lakukan.”
Alex terkekeh sendiri melihat wajah Adeeva yang tampak menggemaskan itu. Alex pun berdeham sebelum menjawab ucapan Adeeva barusan.“Ya, semoga saja nanti kau mau menerimaku agar bisa menjadi tambatan hatimu,” ujar Alex yang membuat Adeeva langsung bungkam seribu bahasa. Bahkan wajahnya terasa sudah panas karena jawaban dari Alex barusan. Adeeva tersipu malu mendengarnya.“Maksudmu apa mengatakan begitu?” tanya Adeeva malu-malu.“Maksudku jika kau menerima cintaku kembali otomatis kau lah yang menjadi tambatan hatiku.”Adeeva tersenyum malu, pipinya benar-benar sudah merah akibat ucapan Alex yang membuatnya benar-benar salah tingkah kali ini.Bahkan mereka berdua sudah keluar dari toko tas dan berjalan bersama menyusuri trotoar untuk mencari restoran. Adeeva merasa gerogi sendiri saat tangannya digenggam erat oleh Alex. Bahkan Adeeva benar-benar tidak kuasa untuk tersenyum. Ia dari tadi mengulum senyumnya sekuat m
Hari ini Ryan harus kembali ke Indonesia meninggalkan Adeeva sendirian. Ada rasa khawatir di relung hatinya. Ryan takut jika Adeeva disakiti lagi oleh begundal Leonel.“Kamu yakin sendirian? Biar nanti Ayah telepon asisten Ayah buat ubah jadwal lagi.”“Adeeva yakin kok, Yah. Jadi tenang saja, ya.” Adeeva terus menyakinkan Ryan jika dirinya baik-baik saja sendirian di sini. Terlebih Adeeva tidak takut jika harus menghadapi Leonel lagi. Lagian kalau Adeeva amati jika Leonel hanya pria rapuh yang terkejut mengetahui berbagai berita mendadak terus menerus. Adeeva bisa memaklumi.Ryan mengembuskan napas dengan kasar. Ia pun akhirnya pamit pergi dari hotel. Adeeva niatnya ingin mengantar sampai bandara, tapi Ryan menyuruhnya untuk istirahat saja agar tidak terlalu capek.Saat sudah pamitan dan pelukan cukup lama dengan Ayahnya. Kini, Adeeva pun keluar hotel menuju ke salah satu toko tas untuk membeli koper kecil. Apalagi saat menuj
Tiba di Barcelona, baik Adeeva dan Ryan sama-sama diam saja meski dalam hati tak karuan melihat Leonel yang datang bersama Elizabeth. Bahkan dalam hati Ryan ingin menonjok pria bule itu yang sudah tega dan jahat mempermainkan perasaan anaknya sampai separah ini. Dulu meski ia playboy tapi tidak sejahat Leonel. Gonta-ganti pasangan sebelum memiliki status itu hal yang sangat wajar, tapi setelah memiliki komitmen dengan Kiki, ia berusaha setia dan menjaga komitmen itu sendiri.Lain hal dengan Adeeva yang tampak masa bodoh dengan kehadiran mantan suaminya. Tujuan Adeeva ke sini hanya untuk menjalankan wasiat mendiang Marinka. Terlebih pemakaman akan dilakukan setelah Adeeva dan Leonel bisa hadir.Mengingat kedua orang itu sudah hadir membuat prosesi pemakaman segera dilakukan. Saat tiba di sana, Adeeva meletakkan foto Marinka, dan disusul dengan Leonel yang menaruh bunga di atas batu nisan.“Mom, kuyakin kau perempuan baik. Pasti Tuhan akan menempatkanmu di s
Mendengar cerita sang anak membuat Ryan sedikit khawatir jika ada teroris yang masuk ke kafenya. Ia pun berniat akan ikut memantau kafe secara langsung, tapi kalau pagi ia harus bekerja.“Ayah dengar begitu jadi khawatir.”“Khawatir kenapa?”“Takut dia teroris.”“Makanya jangan keseringan nonton berita gitu ah, jadi parno sendirikan?” omel Kiki.Pasalnya akhir-akhir ini Ryan lagi suka nonton berita tentang terorisme hingga otaknya merasa ke distrak.Kiki yang melihat sang suami suka parno langsung mengomeli agar tidak memperkeruh suasana. Terlebih Adeeva baru saja sembuh dan mulai melupakan bayang-bayang mantan suaminya. Jika dibebankan berita berat seperti ini ngerinya akan menambah beban pikiran.“Kayaknya bukan, deh. Soalnya itu cowok kayak manusia galau gitu. Ngelamun aja seperti orang habis putus cinta gitu.”“Nah, kalau ini Bunda setuju. Siapa tahu itu cowo