Kedua mata mereka saling menatap dan mengunci satu sama lain. Kedua telapak tangan milik Leonel kini sudah berada di atas bahu milik Adeeva yang terekspose.
“Kau siap?” tanya Leonel melembut.
“Hm, siap tidak siap hal ini akan terjadi kan? Apalagi kalau kau belum mengecek sendiri pasti tuduhan yang bukan-bukan akan selalu menghampiri diriku.”
Leonel diam. Ia lebih memilih mengusap-ngusap bahu Adeeva yang tampak putih bersih dan sangat mulus ini.
Tangan Leonel pun meraba hingga kini sampai dilipatan handuk milik Adeeva. Tanpa disadarinya ia sudah meneguk air liurnya sendiri menatap wajah Adeeva yang terlihat segar dan menggoda birahinya.
Lain hal dengan Adeeva yang diam saja sambil menatap wajah Leonel itu. Jangan tanya jantung Adeeva saat ini. Rasanya jedag-jedug banget. Kaki bahkan sudah mulai lemas, dan rasanya ingin jatuh namun dengan cepat ditangkap oleh tangan kekar Leonel.
“Kau baik-baik saja?” tanya Leonel yang sudah menangkap tubuh Ad
Setelah berjuang mati-matian, kini Leonel akhirnya berhasil masuk ke dalam Adeeva. Meski saat memasuki milik istrinya penuh perjuangan luar biasa sekali.Bahkan sepanjang usahanya tadi Leonel melihat sang istri terus meringis kesakitan sampai mengeluarkan air mata yang membuat Leonel tidak tega.Namun dengan sabar akhirnya Leonel terus menelesakkan miliknya hingga full masuk meski Adeeva menjerit kesakitan dan air matanya terus keluar dengan deras. Ya, Adeeva pun akhirnya menangis karena benar-benar merasakan sakit dan terkoyak luar biasa saat ini.Leonel pun benar-benar menyesal sudah menghina sang istri dengan berbagai macam kata-kata menyakitkan. Pasalnya, Leonel menyadari dan mengakui jika Adeeva memang masih virgin dan ia adalah pria pertama yang memasuki Adeeva. Ada rasa bangga tersendiri saat ini di hati Leonel.Pria mana yang tidak bahagia jika mengetahui sang istri yang sudah dinikahi ternyata masih virgin. Katakanlah ia menjadi pria egois dan br
Mendengar suara bel yang terus menerus dibunyikan pun membuat Adeeva segera bergegas turun dari atas ranjang menuju ke lemari untuk mengenakan pakaian yang menutupi tubuh polosnya.Meski jujur saja jika Adeeva masih merasakan sakit dan perih yang luar biasa saat ini namun ia tetap memaksa keluar dengan berjalan pelan.Ceklek.Wajah Adeeva langsung berubah datar saat sosok perempuan yang bernama Elizabeth datang dan masuk saja tanpa disuruh.“Leonel mana?”“Kerjalah. Dia kan bukan pengangguran.”“Hei, wanita antah berantah kau kenapa di apartemen kekasihku?”“Hahaha, kau hanya kekasihnya saja sedangkan aku istrinya.” Adeeva pun tak mau kalah menghadapi Elizabeth. Jangan harap jika Adeeva bakalan menjadi perempuan yang pasrah-pasrah saja jika ditindas sama modelan Elizabeth atau biasa yang lagi tren di negaranya dengan sebutan pelakor, ya? Ya pokoknya itulah. Adeeva akan maju memperjuangka
Adeeva masih menangis di kamar. Pasalnya tadi ia sudah berendam sejam dan menggosok-gosok seluruh tubuhnya yang terdapat tanda kiss dari Leonel. Kenapa pula bisa merata begitu coba. Adeeva kesal sama Leonel. Bahkan suara dering ponsel dari Leonel sengaja ia abaikan.“Rasain! Aku kesal!” teriaknya memaki ponsel berdering.Adeeva pun langsung terlentang kembali dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya kemudian dibuka lagi karena bayangan semalam selalu menghantui dirinya. Bahkan semalam ia juga merasakan enak juga nikmat. Ah sial!Merasa lapar pun Adeeva bergegas turun dari ranjang dan menuju ke dapur. Matanya menangkap bekas cangkir kotor dan piring kotor. Adeeva pun segera mencucinya.“Di rumah dulu jarang nyuci piring. Yang nyuci piring pasti Bunda sama Kak Danis, lah di sini nyuci piring,” dumelnya saat menyabuni cangkir kotor itu.Mengingat hanya dua cangkir dan dua piring tak membutuhkan waktu lama untuk mencucinya,
Adeeva kini masih berpikir keras dan berhasil menemukan ide cemerlang untuk memuaskan sang suami. Adeeva pun menuntun lengan Leonel.“Kau ikut denganku,” ajak Adeeva.Leonel sendiri mengerut bingung dan tetap mengikuti istrinya yang mengajak mendekat pintu. Istrinya mau ngapain, sih.“Nah, sekarang jepitkan saja milikmu di pintu.”“APA! Kau gila Adeeva. Yang ada punyaku bengkak dan patah nanti.”“Ya terus aku harus bagaimana?”“Puaskan dengan mulutmu sama tanganmu itu.”“Aduh tanganku capek Leonel,” keluh Adeeva langsung berakting lemas. “Aku punya ide lain,” ujarnya.“Ide apa? Jangan aneh-aneh.”Adeeva menuntun keluar kamar dan menuju kamar dekat dapur. Adeeva membuka pintu kamar itu hingga membuat hamtaro berlari ke arahnya.“Kau minta bantuan sama kucing kesayanganmu itu untuk oral,” ceplos Adeeva langsun
Mata Adeeva langsung melotot tajam melihat respon Leonel yang seakan ingin membelikan tas itu. Adeeva langsung mendesis pelan dan wajahnya ia buang memilih fokus ke layar tv.“Tentu saja bagus dong honey, kau akan membelikan untukku kan seperti biasa. Soalnya ini keren banget.”“Em … gimana, ya, keuangan kantor lagi kurang stabil.”“Biasanya kau pakai duit pribadi.”“Sekarang seluruh ATM milikku dipegang sama Mommy.”“Aisst … Mommy-mu sungguh keterlaluan. Lalu untuk kesehari-hari kau bagaimana?”“Aku minta sama istriku.”“HEEEEEE.” Adeeva terkejut mendengar penuturan dari Leonel. Kenapa juga namanya dibawa-bawa ke dalam percakapan dua sejoli ini.Posisi duduk Adeeva yang di tengah seperti wasit ini pun membuat Leonel justru memanfaatkan tangan untuk memeluk pinggang Adeeva dari belakang yang tidak bisa dilihat Elizabeth.&ld
Joeyi Agency.Pagi ini Adeeva berangkat kerja diantar oleh Leonel. Sepanjang jalan menuju kantor pun tangan Leonel terus menggenggam tangan Adeeva erat dengan satu telapak tangannya itu. Meski Adeeva menerocos ingin dilepaskan tapi semua itu tidak dihiraukan oleh Leonel.Saat sampai Joeyi, Adeeva merengek agar Leonel segera hengkang ke kantornya sendiri tanpa harus mengantar sampai ruangan segala. Bukan masalah tidak bersyukur tetapi Adeeva malu saja jika menjadi pusat perhatian nantinya.“Jaga diri baik-baik sayang,” ujar Leonel sebelum pergi. Tak lupa ia mengecup kening, pipi, serta bibir sang istri.Setelah selesai dikecup seluruh wajahnya, Adeeva turun mobil dan segera melambaikan tangan dadah kepada Leonel.Melihat mobil sang suami sudah jalan pergi keluar pelataran kantor membuat Adeeva segera masuk Joeyi.Sapaan hormat selalu ia terima sepanjang jalan menuju ruangan kerjanya. Ada sedikit risih mendapat perlakuan seperti in
Setelah mengatakan itu Leonel langsung pergi meninggalkan Adeeva yang masih saja berdiri tak jauh dari pintu.Telinga Adeeva pun mendengar suara pintu apartemen seperti ditendang dari luar. Adeeva merasa sangat bingung sekali saat ini. Kenapa juga Leonel berubah baik di saat dirinya menjalin kasih dengan Alex, sih. Kenapa baiknya nggak dari awal aja pas kenal kan jadi nggak runyam begini.Tak ingin membuat Leonel semakin marah pun Adeeva segera mengejar Leonel yang ternyata pergi ke dapur untuk mengambil air minum dalam kulkas. Adeeva terus mengikuti Leonel di belakangnya dan sedikit ragu saat akan menegur Leonel.Dan saat Leonel kembali berjalan pun Adeeva terus mengikuti di belakang sampai akhirnya Leonel memilih terbaring dan menatap ke Adeeva dengan kedua alis yang saling menyatu. “Kau kenapa mengikutiku terus?” tanyanya.Adeeva diam karena ekspresi Leonel kali ini sangat berbeda saat pulang kerja tadi. Kali ini ekspresi yang ditunjukkan s
Adeeva lidahnya merasa kelu untuk mengatakan kepada Alex tentang hubungan dengan Leonel yang sudah membaik ini. Apalagi melihat cinta tulus Alex menjadi tidak tega untuk mengakhrinya.Katakanlah jika ia sangat gila saat ini karena belum juga mau melepaskan Alex yang memang sangat mengerti kondisinya.Dan tak lama pelayan datang membawakan beberapa menu pesanan mereka berdua. Dan sikap Alex yang sangat manis juga lembut itu membuat Adeeva tersenyum senang. Alex mulai mengiris dan menyendokkan makanan untuk disuapkan ke mulut Adeeva.“Alex ….”“Ini rasanya sangat enak sekali baby girls, kau harus mencicipi ini dan aku jamin nanti kau akan ketagihan.”“Benarkah?”“Hmm.”Akhirnya Adeeva pun membuka mulutnya dan menerima suapan makanan dari tangan Alex. Adeeva tersenyum kala sendok itu terkena sudut bibirnya, dan membuat belepotan.“Alex … ih, kau sengaja kan?
Pada akhirnya Adeeva pun menerima permintaan dari sang ART itu untuk masuk ke rumah yang didesain ala mediterania. Awalnya Adeeva menolak karena ingin langsung pulang saja. Namun, melihat sang ART yang begitu memohon membuat Adeeva terpaksa mengiyakan.“Kalau boleh tahu nama Ibu siapa?” tanya ART itu dengan sopan.“Oh, nama saya Adeeva Putri Anggara, tapi panggil saja Adeeva.”“Nama yang cantik. Hampir mirip sama mamanya Ayesha, ya.”Adeeva mengerut bingung saat mendengar ucapan itu. Adeeva enggak paham kenapa ART ini seperti gencar sekali menjodohkan dirinya dengan bos-nya itu. Padahal baru juga bertemu.“Ibu Adeeva mau minum apa?” tanya ART itu, sambil menaruh bayi gembul itu ke sebuah bouncher. Adeeva yang melihat bayi itu merasa gemas sendiri. Bawaannya pengin gigit pipi yang tampak tembam itu.“Apa aja, tapi air putih saja.”“Kalau begitu saya permisi dulu mau ambi
Sudah hampir seminggu ini Adeeva tidak melihat sesosok Baim datang ke kafenya. Apalagi pertemuan terakhir dia dengan Baim berlangsung tidak baik. Entah kenapa Adeeva menjadi kepikiran saat ini.“Zia, pelanggan aneh itu enggak ke sini?”Zia menggeleng pelan. “Udah hampir semingguan ini dia enggak datang, Kak. Bahkan sore pun tidak datang.”Adeeva yang memang berjaga pagi hingga siang saja tidak tahu kondisi kafe di sore hingga malam hari. Karena Adeeva harus menemani grandma-nya di rumah. Adeeva ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama sang grandma. Akan tetapi hari ini ia sengaja berjaga sampai tutup kafe karena merasa penasaran dengan pria bernama Baim itu.“Apa dia malu mau datang ke sini lagi setelah tahu kalau aku anaknya dari pemilik kafe?” gumam Adeeva, menerka-nerka. “Tapikan kalau emang suka makan di sini tinggal datang aja seperti biasa. Enggak usah pikirin soal keributan kemarin dong. Ih engga
Adeeva menatap bingung ke arah pria itu. Bahkan saat pria itu telepon dengan seseorang menggunakan bahasa sunda membuat Adeeva hanya mengerutkan kening bingung. Pasalnya ia tidak tahu arti yang diucapkan pria yang entah siapa namanya.Setelah selesai berbicara. Pria itu langsung berbalik badan dan menatap Adeeva sengit. Karena ia sudah pasti akan menang dari cewek tengil di depannya ini.“Kita tunggu sebentar lagi pemilik kafe ini akan datang,” ucapnya dengan gaya watados-nya.Adeeva semakin mengerutkan kening bingung kala mendengar ucapan ngawur pria itu. Pemilik kafe-nya ia sendiri. Memangnya menunggu siapa? Apa menunggu ayah Ryan?“Oh ya? Memang siapa nama pemilik kafe ini?” tantang Adeeva, jemawa.“Tentu Pak Ryan Anggara.”“Hahaha, itu Ayah saya.”“Halah, ngaku-ngaku kamu. Bawahan aja bisa belagu begini, ya. Anaknya Pak Ryan itu di luar negeri ikut suaminya. Masa anaknya
Mau tidak mau saat ini Adeeva maju sendiri untuk melayani customer aneh itu. Adeeva sudah siap mendengarkan semua menu pesanan dari mulutnya. Namun, sudah berdiri sekitar sepuluh menitan tidak ada ucapan apapun dari mulut pria itu yang membuat Adeeva dongkol.“Bapak mau pesan apa?” tanya Adeeva kemudian.Tetap saja Adeeva hanya didiamkan oleh pria itu. Dia lebih sibuk membolak-balik buku menu dan dilakukannya berulang yang membuat kepala Adeeva terburu mengebul mengeluarkan asap putih.“Ekhem! Bapak ingin pesan apa? Dari tadi saya perhatikan kalau Bapak hanya membolak-balik buku menu tanpa mau memesan.”Adeeva terkejut kala pria itu justru menaruh buku menu dan berdiri menghadap ke tubuh Adeeva yang tingginya benar-benar lumayan. Adeeva saja sedada pria itu hingga membuatnya langsung mendongak.“Pelayan cerewet! Kemarin-kemarin saja tidak ada kamu suasana kafe ini aman. Saya pikir kamu dipecat hingga saya merasa lega.
Selesai berdiskusi soal harta warisan milik Marinka. Kini Adeeva sudah memutuskan dengan sangat bulat jika seluruh harta yang dimilikinya akan ia sumbangkan ke sebuah yayasan. Awalnya, pengacara itu terus membujuk Adeeva untuk terus meneruskan dan mengelola, namun mengingat kata-kata Leonel yang menyakitkan membuatnya benar-benar bulat untuk menyerahkan ke tempat yang tepat. Lagipula jika harta itu diberikan pahala akan mengalir ke Marinka bukan? Dan, Adeeva akan hidup tenang di negaranya sendiri.Selesai urusan harta warisan selesai, Adeeva segera mengurus tiket penerbangan ke Indonesia. Ia tidak sudi menghadiri acara pernikahan sang mantan itu. Adeeva ngeri nanti di sana harga dirinya akan diinjak-injak oleh Leonel ataupun Elizabeth.Entah kenapa sejak pertemuan terakhirnya di depan pintu kamar hotel dengan Alex, pria itu mendadak tidak bisa dihubungi. Padahal Adeeva hanya ingin pamit pergi pulang ke Indonesia. Entah kenapa pria-pria di sini semuanya membuat hati Ade
Alex tersenyum miring kala melihat Leonel meneleponnya. Pria itu segera mengambil dan mengangkat ponselnya dengan gayanya yang sangat santai.“Halo,” sahut Alex dengan santai.“Alex, apa maksudmu pergi bersama Adeeva ke toko tas? Apa emang kalian sengaja membuntutiku?”Mendengar itu sontak Alex langsung tertawa terbahak-bahak, dan cerdiknya Alex telah meloudspeaker panggilan telepon dengan Leonel hingga Adeeva bisa mendengarnya dengan jelas.Alex melihat jika Adeeva ingin menyahuti ucapan Leonel. Namun, Alex menggelengkan kepalanya kepada Adeeva untuk memberikan tanda jika tidak usah terpancing ucapan Leonel yang memang selalu mencari perhatian dirinya—khususnya Adeeva.“Kau benar-benar sangat percaya diri sekali Leon! Aku datang ke toko tas karena memang ingin menjemput kekasihku.”“Apa! Kau sengaja berkata seperti ini agar aku cemburu? Hahaha, itu tidak akan bisa kalian lakukan.”
Alex terkekeh sendiri melihat wajah Adeeva yang tampak menggemaskan itu. Alex pun berdeham sebelum menjawab ucapan Adeeva barusan.“Ya, semoga saja nanti kau mau menerimaku agar bisa menjadi tambatan hatimu,” ujar Alex yang membuat Adeeva langsung bungkam seribu bahasa. Bahkan wajahnya terasa sudah panas karena jawaban dari Alex barusan. Adeeva tersipu malu mendengarnya.“Maksudmu apa mengatakan begitu?” tanya Adeeva malu-malu.“Maksudku jika kau menerima cintaku kembali otomatis kau lah yang menjadi tambatan hatiku.”Adeeva tersenyum malu, pipinya benar-benar sudah merah akibat ucapan Alex yang membuatnya benar-benar salah tingkah kali ini.Bahkan mereka berdua sudah keluar dari toko tas dan berjalan bersama menyusuri trotoar untuk mencari restoran. Adeeva merasa gerogi sendiri saat tangannya digenggam erat oleh Alex. Bahkan Adeeva benar-benar tidak kuasa untuk tersenyum. Ia dari tadi mengulum senyumnya sekuat m
Hari ini Ryan harus kembali ke Indonesia meninggalkan Adeeva sendirian. Ada rasa khawatir di relung hatinya. Ryan takut jika Adeeva disakiti lagi oleh begundal Leonel.“Kamu yakin sendirian? Biar nanti Ayah telepon asisten Ayah buat ubah jadwal lagi.”“Adeeva yakin kok, Yah. Jadi tenang saja, ya.” Adeeva terus menyakinkan Ryan jika dirinya baik-baik saja sendirian di sini. Terlebih Adeeva tidak takut jika harus menghadapi Leonel lagi. Lagian kalau Adeeva amati jika Leonel hanya pria rapuh yang terkejut mengetahui berbagai berita mendadak terus menerus. Adeeva bisa memaklumi.Ryan mengembuskan napas dengan kasar. Ia pun akhirnya pamit pergi dari hotel. Adeeva niatnya ingin mengantar sampai bandara, tapi Ryan menyuruhnya untuk istirahat saja agar tidak terlalu capek.Saat sudah pamitan dan pelukan cukup lama dengan Ayahnya. Kini, Adeeva pun keluar hotel menuju ke salah satu toko tas untuk membeli koper kecil. Apalagi saat menuj
Tiba di Barcelona, baik Adeeva dan Ryan sama-sama diam saja meski dalam hati tak karuan melihat Leonel yang datang bersama Elizabeth. Bahkan dalam hati Ryan ingin menonjok pria bule itu yang sudah tega dan jahat mempermainkan perasaan anaknya sampai separah ini. Dulu meski ia playboy tapi tidak sejahat Leonel. Gonta-ganti pasangan sebelum memiliki status itu hal yang sangat wajar, tapi setelah memiliki komitmen dengan Kiki, ia berusaha setia dan menjaga komitmen itu sendiri.Lain hal dengan Adeeva yang tampak masa bodoh dengan kehadiran mantan suaminya. Tujuan Adeeva ke sini hanya untuk menjalankan wasiat mendiang Marinka. Terlebih pemakaman akan dilakukan setelah Adeeva dan Leonel bisa hadir.Mengingat kedua orang itu sudah hadir membuat prosesi pemakaman segera dilakukan. Saat tiba di sana, Adeeva meletakkan foto Marinka, dan disusul dengan Leonel yang menaruh bunga di atas batu nisan.“Mom, kuyakin kau perempuan baik. Pasti Tuhan akan menempatkanmu di s