Share

Bab 5 : Masalah RT Om Susetyo

Sejak kejadian keributan di rumah Subroto dan diikuti dengan pertengkaran antara Luna dan Andrew serta Jessica, membuat hubungan suami istri dari adik bungsu Subroto menuju kehancuran. Setelah satu minggu kemudian, Susetyo kembali ke rumah Subroto seorang diri. Lelaki berusia sekitar 48 tahun itu menangis di hadapan kakak pertama dan keponakan cantiknya.

“Mas, kedua anakku dibawa pergi Jessica. Wanita itu meracuni pikiran kedua putriku dengan mengajaknya pergi bersama lelaki selingkuhannya itu. Sekarang aku harus bagaimana, Mas?” tanya Susetyo dengan suara parau menahan tangis dan kesedihannya melaporkan kondisi rumah tangganya.

Dengan menarik napas panjang, Subroto yang duduk di kursi roda menatap iba pada adik bungsunya. Kemudian, lelaki berusia 60 tahun itu pun berucap, “Setyo..., apa kamu sudah bicara sama istrimu masalah gugatan cerai?”

“Iya Mas, kami sudah bicara masalah gugatan cerai dan Jessica mau rumah kontrakan dan apartemen yang sudah aku balik nama atas nama kedua putriku itu dibagi rata juga. Padahal kami sudah bicara atas harta yang aku bagi ke dia. Kecuali milik kedua putriku, jelas aku tolak keinginannya. Malah dia memfitnah aku, katanya aku menampar dia karena dia tau aku selingkuh dan ingin mengambil apa yang sudah aku berikan ke putriku. Dia sengaja mengajak Andini dan Adinda ikut dia, karena dia mengincar kontrakan 20 kamar itu serta apartemen yang sebentar lagi berakhir masa kontraknya. Aku bingung, Mas...,” keluh Susetyo atas pertengkaran yang berlanjut menjadi gugatan cerai dan perebutan hak asuh anak.

“Sudah, kamu nggak usah pusing. Nanti aku siapkan barang bukti perselingkuhan istrimu. Karena anakmu keduanya baru berusia 15 tahun dan 16 tahun, kita akan laporkan juga ke KPAI perihal perangai istrimu dan keinginannya untuk ambil alih harta kedua putrimu,” ujar Subroto menenangkan adik lelakinya.

“Om, memang dimana sekolahnya Dinda dan Dini? Biar besok di hari Senen, Luna cari di sekolah,” ucap Luna yang duduk menemani Subroto di ruang keluarga.

“Om rasa, mereka pasti sudah di pindahkan sekolahnya. Mereka kan, satu SMA...,” ujar Susetyo.

“Emang kemarin itu, Om udah ke sekolahnya?” tanya Luna menatap tajam ke arah Susetyo.

“Sudah, kata pihak sekolah mereka berdua nggak ke sekolah. Mereka di ajak pergi itu kan, hari kamis. Om cari mereka hari Jumat dan nggak bisa bertemu mereka. Om hanya takut, Dini dan Dinda dibawa keluar kota. Apa lagi kalau Jessica mengajak sekalian lelaki keparat itu,” ungkap rasa kuatir Susetyo.

“Sekarang ini, untuk sementara Om tinggal aja disini temani Papa. Besok di hari Senen, Luna akan cari Dinda dan Dini ke sekolahnya. Kalau mereka ada di sana, Luna akan bawa ke rumah ini. Untuk masalah barang bukti perselingkuhan itu, pasti ada di ponsel mereka. Jadi, laporkan aja si Jessica dan selingkuhannya itu ke polisi, dengan tuduhan membawa kabur kedua anak yang masih di bawah umur. Efeknya juga nggak baik untuk kedua anak perempuan Om, kalau mereka tau hubungan maminya dengan lelaki brengsek itu. Dengan minta bantuan polisi, kita bakal lebih cepat mengetahui keberadaannya,” saran Luna.

Setelah mendengar saran dari Luna, Subroto yang mendukung saran tersebut meminta Dicky untuk menghubungi salah seorang bodyguard bayaran yang bisa melindungi adiknya saat akan melaporkan ke kepolisian.

“Dicky, coba kamu hubungi orang untuk antar adikku ke kantor polisi,” perintah Subroto.

“Baik, siap Tuan,” jawab Dicky yang selalu berada di ruangan mana pun tempat Subroto berada.

Sekitar satu jam kemudian, seorang lelaki bernama Simon ke rumah mewah Subroto dan menemani Susetyo untuk melaporkan perihal istrinya yang telah membawa kedua putrinya.

Hari pun berganti, keesokan harinya Luna yang berjanji ingin mencari kedua saudara sepupunya pun, menyempatkan diri mampir ke sekolah kedua saudara sepupunya. Sekitar pukul setengah sembilan, wanita cantik itu memenuhi janjinya untuk bertemu kepala sekolah kedua saudara sepupunya. Di ruang Ibu Tiur, selaku kepala sekolah, Luna memberitahukan perkara yang terjadi di rumah tangga Susetyo atas perceraian kedua orang tua anak didiknya.

“Maaf, kalau saya boleh tau. Ibu Luna ini selaku apanya? Apa Ibu Luna kemari selaku calon ibu tirinya?” tanya lembut kepala sekolah tersebut yang membuat Luna terkejut bukan kepalang.

“Apa? Ibu tiri mereka?!” jawab Luna terkejut dan tampak risi di pandangi oleh ibu kepala sekolah tersebut.

Luna yang saat itu menggunakan pakaian kantor berupa blazer berwarna coklat muda dipadu dengan kemeja berwarna krem serta celana panjang kain berwarna krem ditambah syal di bagian leher serta rambut panjangnya yang dibiarkan terurai, membuat Luna yang berdandan lengkap cocok menjadi mama muda bagi kedua saudara sepupunya karena jarak umur di antara mereka yang terpaut cukup jauh.

“Iya, soalnya ... Ibu Jessica sempat cerita kalau suaminya selingkuh dengan wanita cantik dan meminta pada kami, pihak sekolah untuk bisa menjaga kedua putrinya,” jawab Ibu Tiur dengan santainya.

“Bu Tiur..., apa yang dikatakan oleh Jessica itu bohong besar! Dan masalah usia saya yang terpaut sekitar 11 tahun dengan kedua saudara sepupu saya itu, dikarenakan jarak usia papa saya dan papanya Andini yang tak lain adalah adik kandung papa saya, berjarak sekitar 12 tahun. Karena Papa saya anak pertama sedangkan papanya Dinda anak bungsu,” urai Luna dengan wajah kesal.

Dalam hati, Luna pun menggerutu, ‘Sialan..., dia pikir gue tante-tante. Masa iya sih, wajah gue keliatan kayak tante-tante sih.., bikin kesel aja nih, kepala sekolahnya. Pagi-pagi udah buat bete.’

Sejenak kepala sekolah dari kedua saudara sepupu Luna pun berucap, “Maaf Bu Luna, karena kedua anak didik kami di sekolah ini telah di titipkan oleh Ibu kandung mereka, maka saya tidak bisa memberikan izin pada Bu Luna untuk membawa dari sekolah ini.”

Mendengar penjelasan dari kepala sekolah yang terlihat berbelat-belit, Luna pun menghubungi Susetyo yang telah melaporkan Jessica atas tindakan perselingkuhan dan ingin mengambil alih harta yang telah di berikan pada kedua putrinya.

“Pagi Om Setyo, Luna sekarang di sekolah Dinda. Bisa Om ke sini sekalian bawa surat dari kepolisian atas perselingkuhan maminya Dinda dan Dini?” tanya Luna dalam sambungan telepon dengan sesekali memandang ke arah Tiur, sang kepala sekolah.

Setelah menghubungi Susetyo, Luna pun berkata dengan Tiur, “Ibu ... Barusan saya hubungi papinya Dinda dan Dini. Nanti Ibu akan lihat surat laporan kepolisian atas mami saudara sepupu saya. Ibu akan lihat kelicikan wanita itu yang selingkuh dan tinggal satu atap dengan kedua sepupu saya. Jelas ini bisa membuat mental kedua adik sepupu saya akan rusak jika tinggal bersama maminya.”

Mendengar penjelasan dari Luna, Tiur yang awalnya memegang teguh pada permintaan Jessica yang ingin anak-anaknya untuk tidak bisa bertemu dengan Susetyo dan anggota keluarga Susetyo akhirnya beranjak dari tempat duduk dan keluar ruangan kerjanya dan meminta pada salah seorang guru memanggil kedua siswi kelas 1 dan 2 SMA tersebut.

“Ibu Siska, tolong panggil Dinda dan Dini. Minta mereka ke ruang saya,” perintah Tiur pada seorang guru yang ada di ruang guru.

Tiur kembali ke ruangannya dan duduk di kursinya. Luna yang telah mendengar kepala sekolah tersebut memanggil kedua saudara sepupunya pun, tersenyum manis dan berkata-kata pada Tiur.

“Terima kasih, Bu..., telah memberikan kesempatan saya untuk bertemu dengan kedua adik saudara sepupu saya,” tutur Luna ramah.

“Iya sama-sama. Saya seharusnya juga tidak hanya mendengar dari satu pihak. Di kemudian hari jika ada persoalan seperti ini, saya akan lebih netral,” jawab Tiur.

Beberapa menit kemudian, kedua siswi cantik yang tak lain adalah Andini dan Dinda mengetuk pintu ruang kepala sekolah.

Tok ... Tok ... Tok ...

“Ya masuk,” jawab Tiur dari dalam ruangannya.

Kedua remaja putri yang cantik jelita itu masuk ke ruangan kepala sekolah dan terkejut saat melihat kehadiran Luna yang dikenalnya sebagai kakak sepupu mereka.

“Selamat pagi Buu..., Kak Luna?!” pekik kedua remaja putri yang telah berada di ruang kepala sekolah terkejut dengan kehadiran Luna.

“Kalian duduk sini,” perintah Tiur pada dua anak didiknya.

Kedua kakak beradik nan cantik jelita itu duduk pada sofa panjang menatap tak percaya atas kehadiran Luna di ruang kepala sekolah. Setelah Luna menjelaskan semuanya, salah seorang adik sepupunya pun berbicara tentang yang terjadi pada diri mereka.

“Kak Luna..., tolong hubungi Papi. Mami mengancam kami akan membawa keluar kota kalau sampai menghubungi papi. Kami juga dengar, kalau besok kami akan di ajak ke notaris. Kata teman mami yang namanya Om Andrew, apartemennya udah ada yang mau beli,” ucap Dinda dengan kepolosannya.

Mendengar semua yang dituturkan Dinda, ibu Tiur selaku kepala sekolah semakin percaya atas hal yang dikatakan Luna atas diri Jessica. Walaupun di depan mata anak didiknya yang tampak baik-baik saja di sekolah, ternyata batinnya mendapat ancaman dari orang terdekatnya akibat sebuah perceraian yang diakibatkan dari sebuah perselingkuhan. Setelah itu, Luna pun berbicara dengan kedua saudara sepupunya yang masih remaja.

“Papi kalian lagi menuju sekolah ini, jadi kalian nggak perlu takut lagi. Karena, mami kalian juga sudah dilaporkan ke polisi atas perselingkuhannya dan hilangnya uang deposito atas nama papi kalian yang di ambil sama mami kalian dengan memalsukan tanda tangan dan surat pernyataannya. Jadi, kalian akan aman,” tegas Luna memperjelas kesalahan atas diri Jessica, mami kedua sepupunya.

Tak lama berselang, Susetyo yang dihubungi oleh Luna telah sampai ke sekolah itu dan menemui kedua putri tercintanya. Dengan berurai air mata Susetyo meminta izin pada Tiur, untuk mengajak kedua putrinya pulang ke rumah mereka dan meminta izin beberapa hari tidak sekolah. Sementara Luna, tepat pukul 10 pagi meninggalkan sekolah kedua adik saudara sepupunya menuju kantornya diantar oleh sopir pribadinya dengan perasaan bahagia karena telah menyelesaikan permasalahan pamannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status