Beranda / Romansa / DIPAKSA JADI TKW / Kehangatan Keluarga

Share

Kehangatan Keluarga

Penulis: Norma Yunita
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-10 21:18:36

Mobil pun menuju pondok dekat kandang unta. Di sana, ada mobil tangki air dan ada seekor keledai terikat sambil asyik mengunyah rumput. Tiba kami di depan pondok. Kami turun sambil menurunkan beberapa barang tapi tidak semua. Di pondok ada seorang pria seperti orang India, rupanya dia yang menjaga pondok sebelah sini, karena pondok satu nya juga dijaga seorang pria, yang tadi sedang memotong rumput dengan mobil khusus pemotong rumput.

Pria itu menatapku. Aku jadi takut, karena kulitnya gosong terbakar matahari dan matanya merah.

"Assalamualaikum," ucap pria itu.

"Wa … waa ... waalaikumussalam," jawabku terbata.

"Ekheemmm!" Majikan pria berdehem

"Ya Abdulgahir, hia min Indunisiy, alyoum jik. (Hai Abdulgahir, dia dari Indonesia, hari ini baru tiba)," tutur majikanku.Iya 

"Salam," kata pria yang bernama Abdulgahir itu sambil mengangguk padaku.

Aku pun hanya mengangguk juga

"Khalas, yalah ruhi indal ghanam! Ayolah pergi ke kandang kambing!" perintah majikanku padanya.

"Thayib," jawabnya sambil berlalu

"Esih, follow me! (Esih, ikut aku!)" kata Nyonyaku.

"Okay, Mom," jawabku patuh.

Sementara anak-anak mereka merecau satu sama lain dan aku tak paham. Namum, aku tau mereka sedang membicarakanku, dilihat dari gerak-gerik mereka yang sesekali melihatku.

"They can't speak English, i hope you will learn to talk Arabic. (Mereka tidak bisa bahasa Inggris, kuharap kamu belajar bicara bahasa Arab)," kata Nyonyaku. Rupanya dia menyadari tanda tanya di benakku perihal anak-anaknya.

"Thayib Madam. (Baik Nyonya)," jawabku langsung mempraktekkan perintahnya. 

Anak-anak itu sudah berlarian ke gurun. Ada yang naik keledai, ada yang saling berkejaran, ada juga yang menembak burung dengan ketapel, mereka begitu ceria. Yang paling lucu tingkahnya dua bocah perempuan kecil yang usianya dua setengah tahun dan satu setengah tahun. Mereka menirukan apa saja yang kakak mereka lakukan. Sementara, aku membantu nyonya menyiapkan makanan. Majikan pria, si baba pergi ke unta-untanya.

"Esih, we will stay here untill night. We will make Barbeque for dinner. (Esih, kita akan tetap di sini sampai malam. Kita akan membuat Barbeque untuk makan malam)."

"Ok, Mom. Let me do it all, you take a rest. (Baik Nyonya, biar saya saja yang lakukan semuanya, Anda istirahat saja)."

"Ok, thank you Esih," jawab Nyonyaku lirih.

Aku pun menyiapkan semuanya dengan telaten. Pekerjaan seperti ini sudah sering ku lakukan. Dulu, aku suka camping sama teman- teman waktu masih gadis, jadi biasa bikin barbeque. Nyonya memperhatikan ku sambil sesekali memberi instruksi. Hmm, aku merasa cepet akrab dengannya, dia ramah dan murah senyum. Baba pun kembali dari kandang unta, membawa sebuah kantung terbuat dari kulit lembu atau sejenisnya, yang berisi susu unta. 

"Ya Salha, srobi hada laban, a jibta lik! (Ya Salha, minum susu unta ini. Aku bawakan untukmu)!" kata Baba seraya menggoyang kantung itu.

Nyonya pun menuangnya ke dalam mangkuk stenlis lalu meminumnya hingga tandas.

"Esih, drink it camel milk. (Esih, minum susu unta ini)," ujar Nyonya. Ia menawarkan padaku.

Dengan ragu, aku menuangnya di mangkuk stenlis sedikit dan meminumnya perlahan. 

"Beeehhhh ... rasanya asam!" Refleks lidahku melet-melet yang sukses membuat kedua majikanku tertawa.

"You don't like?" (Kamu ga suka)?" tanya nyonya.

"You don't like? (Kamu gak suka?)" tanya Nyonya.

"Ehmmm." Aku hanya nyengir kuda.

"Ok, no problem. Later, you will like it and want to drink every day. (Ok, tidak apa-apa. Nanti, kamu akan suka dan ingin meminumnya setiap hari)."

Aku hanya mengangguk

Magrib tiba, kami berkumpul di depan pondok. Lalu datang kedua tukang sawah. Baba memerintahkan putra sulungnya untuk mengumandangkan azan. Lalu kami sholat jamaah di samping pondok dengan sajadah hamparan pasir. 

"Yaa Allah, ini pertama kalinya aku sholat di hamparan pasir. Rasanya begitu berbeda, seperti ada yang menelusup halus kedalam hatiku. Aku merasa damai, tak seperti sholat ku sebelumnya di Indonesia yang bolong-bolong. Astaghfirullahalazdim, Bimbing hamba Yaa Allah, agar bisa sholat lima waktu dengan baik. Ampuni dosa-dosa hamba selama ini, teguhkan iman dalam dada hamba dan jangan Kau goyahkan lagi. Hamba mohon jaga dan lindungi anak hamba disana," kataku dalam hati. 

*ربنا اتنا فى الدنيا حسنه وفي الاخره حسنه و قنا ءذاب النار اللهم صل على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين امين اللهم امين*

Kami pun memulai barbeque nya. Kemudian kami makan sambil bercanda dan tertawa, karena tingkah bocah-bocah itu menggelikan.

"Keluarga yang hangat," gumamku dalam hati.

Kami pun bersiap pergi dari sawah ini. Baba memerintahkan kedua tukang sawahnya untuk menaikkan barang-barang ke bagasi mobil. 

Setelah selesai kami pun pergi meninggalkan pondok. Kembali, mobil ini meluncur di tengah gurun pasir. Namun, kali ini aku tidak bisa menikmati pemandangan karena gelap malam. Tibalah kami di jalan raya, lalu mobil melaju agak cepat. Anak-anak sudah pada tidur, dua bocah perempuan itu duduk di depan bersama orang tuanya sedang yang tiga duduk bersamaku di belakang. Nyonya dan baba asyik ngobrol entah apa, aku hanya menyimak namun tak faham. Mobil berhenti di sebuah mini market pinggir jalan, Baba turun sendiri dan masuk kedalam mini market. Tak lama, baba kembali membawa bungkusan lalu melajukan mobilnya lagi. 

Sampailah kami di keramaian, ada gedung-gedung dan bangunan-bangunan megah, ada pula pertokoan. Ramai sekali orang berlalu-lalang. Yang pria memakai jubah putih panjang dan sorban melambai, seperti kerudung sebagaimana Baba berpenampilan. Yang perempuan memakai pakaian besar serba hitam dan bercadar, seperti nyonyaku. Mobil tetap melaju perlahan, hingga memasuki pagar sebuah rumah yang seperti benteng. Halamannya sangat luas, dan berdiri megah sebuah rumah di tengah halaman, mobil pun berhenti. 

 "MasyaAllah besar sekali! ini rumah apa stadion?" gumam batinku takjub.

Kami turun dan masuk rumah. Kuteringat nasihat ustazah di PT sebelum terbang. Bahwasanya ketika sampai di rumah majikan, harus berdoa memohon kepada Allah agar rumah ini membawa berkah dan kenyamanan untukku dan keluarga majikan.

Kurapalkan doa sebagai mana anjuran ustazah. Saat aku baru menginjak kaki di negeri ini pun, aku bersholawat kepada Baginda Rasulullah Saw, demikian anjuran ustazah. Alhamdulillah aku mengingatnya.

"Esih, clean your self and go sleep!" (Esih, bersihkan dirimu lalu pergilah tidur)!" 

"Thayib, Madam!" (Baik, Nyonya)!" jawabku sambil mengangguk.

"Mama, you can call me Mama! My kids, they call me Yumma."(Mama, kamu boleh panggil Mama. Anak-anak, mereka memanggilku Yumma)."

"Thayib, Mama, (Baik, Mama)," kupatuhi mandat beliau.

"Na'am, Mama!" kata nyonyaku dan aku menirukannya. 

"Na'am, Mama!" lidahku terasa kaku untuk menyebut kata yang begitu sederhana.

Artinya sama saja antara 'Thayib dan Na'am, hanya penggunaannya nya harus sesuai kalimat. 

********** 

Aku tidur sekamar dengan anak-anak yang besar. Sementara yang balita tidur dengan kedua orangtuanya. Hari ini begitu lelah, setelah melewati banyak hal dari pagi saat tiba di bandara, di rumah nenek, lalu ke sawah. Energiku banyak terkuras. Aku harus istirahat agar bisa bangun untuk sholat subuh dan memulai pekerjaanku. Kurapalkan doa tidur dan memohon kepada Allah.

Yaa Allah, hamba mohon bangunkan hamba saat azan subuh. Hamba ingin menunaikan kewajiban hamba padaMu. Bimbing hamba memperbaiki diri dan meraih ridhoMU. Dan tolong jaga anak hamba Saheer, dekatkan dia dengan orang-orang yang menyayanginya. Serta jauhkan dia dari segala mara bahaya, aamiin.

Bersambung....

Part selanjutnya berjudul #Konflik. Bagas, suami Esih, selalu menggangu Esih yang sudah nyaman berkerja. Namun, itulah jalan bagi kehidupan baru Esih yang akan mengenal sosok rupawan bernama Hamid! Tunggu ya readers, salam hangat 😘

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIPAKSA JADI TKW   Rencana Hamid. 11

    Kuhentakan kaki dengan kesal, kulihat Hamid masih menertawakanku. "Apaan begitu? Ktaanya i love you, lihat aku kesasar bukanya ditunjukkan jalan yang benar,malah di ketawain, dasar borokok!" rutukku sambil jalan ke pos alias dapur kilat Akhirnya sampai juga aku di pos, sudah ada Badriah lagi bersama Yani dan Yanti. Niat hati ingin curhat ke Yani dan Yanti tentang kejadian sama Hamid tadi, tapi kuurungkan karena ada Badriah. "Assalamualaikum ... ." sapaku kepada mereka bertiga. "Waalaikumussalam ... ." jawab mereka serempak. "MTab, udah kesini, Yan?" Tanyaku pada Yanti. "Udah, nampannya juga di bawa." jawab Yanti. "Kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu, Sih?" Yani bertanya. Emang paling peka teman yang satu ini. "Aku nyasar, mau balik sini malah ke kandang unta!" gerutuku kesal sendiri mengingat Hamid menertawakanku. Sontak mereka bertiga tertawa "Kok, bisa nyasar, kamu kan udah biasa di sini?" tanya Yani lagi. "Aku ga perhatiin jalan." jawabku "Makanya non, j

  • DIPAKSA JADI TKW   Hadiah Dari Hamid

    Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah hampir habis kontrak kerjaku di rumah Baba Saleh dan mama Salha. Aku senang karena akan segera pulang dan bertemu putraku yang lama kurindukan.Dia pasti sudah besar usianya 2, 5 th saat aku pulang nanti . Aku tak sabar ingin segera memeluk nya.Tapi disisi lain aku juga berat meninggalkan keluarga ini, mereka sangat baik padaku. Anak-anak juga akrab dengan ku, meski mereka kadang nakal dan membuat ku repot, tapi aku bahagia bersama mereka. Kami sudah menjadi keluarga selama dua tahun ini, sungguh berat rasanya berpisah dengan mereka. Namun, aku tetap harus pulang untuk mengurus perceraianku dengan mas Bagas. Aku yakin Mas Bagas sudah mengurus nya, jadi saat aku pulang, aku hanya tinggal ambil akta cerai di pengadilan agama dan tanda tangan saja. Aku tidak menyangka pernikahanku dengan Mas Bagas berakhir seperti ini.Aku bersyu

  • DIPAKSA JADI TKW   Mas Bagas Minta Ijin

    Suara adzan subuh berkumandang bersahutan dari berbagai mushola dan masjid di lingkungan rumah jaddah. Aku pun membuka mata malas, mataku masih ngantuk, rasanya baru sebentar tidur. Dengan setengah sadar ku bangkit dari gumulan selimut tebalku. Pelan-pelan menuju kamar mandi untuk gosok gigi, lalu berwudhu dengan air hangat yang mengucur dari keran merah dan biru menyatu sempurna. Aku pun sholat di ruang tv, seperti semua perempuan di rumah ini sholat. Sedang para lelaki, mereka sholat di masjid. Usai sholat kulakukan aktivitas pagi seperti di rumah majikanku di Tabarjal. Cuaca di Nabq jauh lebih dingin dari Tabarjal, mungkin karena letaknya dekat dengan gurun pasir dan bebatuan yang menyerupai gunung , dalam bahasa Arabnya yakni Jabal. Aku sudah mengenakan baju tiga lapis di dalam dan satu baju tebal di luar serta syial di leher. Tak ketinggalan kaos kaki tebal melengkapi atribut musim dinginku agar tubuh ini terasa hanagat. Namun, masih saja terasa din

  • DIPAKSA JADI TKW   Godaan Adik Nyonya

    Pagi hari yang dingin bahkan serasa membeku, suhu minus 7°. Usai sholat subuh enaknya mah tidur lagi, tapi tidak baik tidur selepas subuh karena rezeki akan menjauh.Kusiapkan sarapan untuk kami semua dengan menu 'kubs' sejenis roti, dengan teman-teman nya yakni zaitun, mentega, keju, selai strawberry, dan minyak zaitun sebagai cocolan dan toping. Kubuat juga susu, teh dan gahwa. Yakni kopi yang di panggangan tidak sampai hitam, hanya kuning kecoklatan, kemudian digiling kasar dan diseduh dengan tambahan sejumput kapulaga, samasekali tidak memakai gula. Usai membuat sarapan, aku meletakkannya di ruang keluarga. Sambil menunggu mereka bangun, aku mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa ke Nabq dan keperluan untuk di mazra'ah /sawah. Kudengar mereka sudah bangun dan membersihkan diri, sementara duo bocil tahu-tahu memegangi rokku. "Ahla biikkumm, sobahal khair ya h

  • DIPAKSA JADI TKW   Konflik

    Setahun berlalu, tinggal bersama keluarga Baba Saleh dan Mama Salha memberikan warna tersendiri dalam hidupku. Mereka menganggapku seperti keluarga sendiri, dan anak-anak mereka juga sangat dekat denganku. Apalagi aku sudah lancar bahasa Arab, jadi mudah berkomunikasi dengan seluruh keluarga majikan.Awal aku datang ada MTab, Fahad, Abir, Demah, Wujdan, dan satu lagi masih dalam kandungan mama Salha. Kini, dia sudah berusia sembilan bulan, namanya Sultana. Tentu saja, Sultana akan segera punya adik. Ya, Mama Salha hamil lagi. Usia kandungan anak ketujuh itu sudah empat atau lima bulan. Terbayang betapa repotnya aku kerja sendiri mengurus keperluan mereka. Namun, Alhamdulillah karena mereka baik dan gaji lancar serta kebutuhanku semua mereka penuhi, jadi aku tak mengapa walau harus capek kerja.Yang justru membebani pikiranku tak lain dan tak bukan adalah suamiku Mas Bagas! Tiap bulan selalu minta dikirim uang, untuk Sahee

  • DIPAKSA JADI TKW   Kehangatan Keluarga

    Mobil pun menuju pondok dekat kandang unta. Di sana, ada mobil tangki air dan ada seekor keledai terikat sambil asyik mengunyah rumput. Tiba kami di depan pondok. Kami turun sambil menurunkan beberapa barang tapi tidak semua. Di pondok ada seorang pria seperti orang India, rupanya dia yang menjaga pondok sebelah sini, karena pondok satu nya juga dijaga seorang pria, yang tadi sedang memotong rumput dengan mobil khusus pemotong rumput.Pria itu menatapku. Aku jadi takut, karena kulitnya gosong terbakar matahari dan matanya merah."Assalamualaikum," ucap pria itu."Wa … waa ... waalaikumussalam," jawabku terbata."Ekheemmm!" Majikan pria berdehem"Ya Abdulgahir, hia min Indunisiy, alyoum jik. (Hai Abdulgahir, dia dari Indonesia, hari ini baru tiba)," tutur majikanku.Iya"Salam," kata pria yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status