Share

DIRTY ROMANCE
DIRTY ROMANCE
Author: Kumara

GURU MUDA

Author: Kumara
last update Last Updated: 2021-06-16 07:46:45

Janu berjalan gontai menuju ruang kerjanya. Hari ini pun terasa berat. Sebagai guru muda di Sekolah Menengah Atas, tiap hari adalah tantangan baru baginya. Menghadapi tingkah pola murid-muridnya dan juga menyiapkan materi pelajaran setiap hari bukanlah persoalan gampang. Khususnya menjelang akhir semester genap seperti sekarang, ada banyak raport yang harus dia kerjakan.

Pria berkacamata itu duduk di kursinya dengan lesuh. Meja kerja yang berisi komputer dan alat-alat tulis tampak berantakan, semuanya diletakkan secara sembarangan. Sesaat pandangannya terlempar keluar jendela ruang kerja yang penuh buku itu, terutama buku pelajaran kimia. Lalu matanya terarah kepada tumpukan formulir di atas sudut kanan meja, formulir pendaftaran masuk universitas milik kelas 12 IPA 3 yang sudah setahun dia bina.

Ini adalah tahun pertama dia mendapat kesempatan menjadi wali kelas sejak resmi menjadi guru lima tahun yang lalu. Jari-jarinya yang lentik bergerak membuka satu per satu lembar formulir itu. Keningnya berkerut lantaran ada formulir yang kurang. Sekali lagi Janu memeriksa lembar demi lembar, tak kunjung dia temukan nama yang dia cari. "Mana Mika?" gumamnya bingung.

Seolah tak mau cepat menyerah, Janu memeriksa lembaran itu sekali lagi. Masih nihil. Hatinya mulai cemas. Kemungkinan yang terburuk mulai muncul di kepalanya.

Tiga bulan terakhir memang sikap Mika mendadak berubah. Padahal sejak kelas sepuluh, dia adalah salah satu siswa andalan yang cukup berprestasi. Selain dia jadi lebih murung, prestasinya juga turun cukup signifikan. Dia kerap absen, bahkan tak ikut kegiatan klub apapun. Beberapa kali Janu melihat Mika hanya duduk diam di pojokan, tak bicara, tak merespons.

Tepat pada saat itu, salah seorang murid kelas 12 yang dia kenal melintas di depan pintu ruang kerjanya. Murid perempuan itu berpakaian kasual, tampaknya sedang datang untuk mengembalikan buku-buku yang dia pinjam dari perpustakaan sebab di pelukannya dia membawa beberapa buku. Janu segera berlari keluar menghampiri.

"Bapak mau tanya, apa kamu pernah ngeliat Mika sejak kelulusan?" tanya Janu.

Murid perempuan itu berpikir sejenak. "Mika ..., Mika di kelas kita kan, Pak?"

"Iya. Mika yang mana lagi. Dia nggak ikut kumpulin formulir pendaftaran buat kuliah. Apa kamu tau kabar dia? Kayaknya dia sejak kelulusan belum pernah datang ke sekolah lagi."

"Wah saya kurang tau soal itu, Pak. Tapi ... setau saya Mika emang nggak mau lanjut kuliah, kami pernah ngomong soal ini di kelas. Dia bilang dia emang nggak niat buat lanjut kuliah."

"Hah? Yang benar?" Janu terlihat lumayan terkejut.

"Iya, Pak. Sayang juga sih, dia kan pintar. Tapi ..., saya juga nggak bisa berbuat apa-apa. Hehe, maaf ya, Pak."

Wajah Janu berubah murung. Matanya sesaat menerawang. "Makasih kalau gitu, Bapak akan coba cari tau apa rencana dia untuk ke depan."

Janu kembali ke dalam ruang kerjanya. Pria bertubuh tinggi tegap itu menghela napas. Dia tak bisa abai begitu saja dengan murid didikannya. Terlebih murid potensial seperti Mika. Walau dia pendiam dan cenderung sulit berbaur, Mika bukan siswa nakal pembuat onar, dia selalu serius mengerjakan tugas. Akan sangat disayangkan kalau dia tak melanjutkan pendidikan.

Janu mengeluarkan ponsel pintar lalu mencari berkas berisi alamat dan nomor orang tua Mika. Panggilannya tak direspons. Sekali lagi Janu mengembuskan napas panjang. Sepertinya dia harus datang sendiri ke rumah Mika.

Mendadak hatinya menjadi gelisah dan gugup. Bagaimana cara dia bicara dengan Mika dan orang tuanya? Dia belum berpengalaman perihal situasi seperti ini. Dan lagi, Mika bukan gadis yang ceria, sulit untuk mengajaknya bicara terbuka.

Namun tak ada pilihan, mungkin satu keputusannya hari ini bisa mengubah masa depan Mika. Itulah yang membulatkan niatnya.

***

Mata elang Janu menyisir kawasan rumah Mika. Dia tak yakin benar apakah rumah yang dia datangi sungguh rumah Mika. Rumah sederhana itu berada di kawasan kumuh, terletak di salah satu barisan bedeng.

Beberapa bocah ingusan tengah bermain sepak bola di jalan yang sempit. "Ini betul rumah Mika?" Janu memberanikan diri bertanya kepada mereka.

"Iya! Panggil aja, Om! Mika! Mika!"

"Mika! Mika ada tamu!"

Bocah-bocah itu bersahut-sahutan memanggil Mika. Janu lumayan canggung dibuat mereka sebab mata para tetangga jadi tepat mengawasi dirinya.

"Ya ...?"

Pintu rumah petak kecil itu terbuka, Mika keluar dengan mengenakan baju tidur lusuh. Rambutnya agak berantakan, wajahnya kusut. Janu menatapnya kikuk, ini pertama kali dia melihat Mika dalam tampilan seperti ini.

Sekejap dia lupa Mika adalah muridnya atau bisa dikatakan mantan murid, dia tampak dewasa dan alami. "Pak Janu?!" Mata Mika membulat. "Ngapain di sini?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIRTY ROMANCE   JALAN YANG DITAKDIRKAN

    "Bisa kita bicara bentar?" tanya Janu lagi, mulai mendesak.Rossa melirik om dan tantenya lagi. "Sebentar ya, Om," katanya."Jangan lama. Sebentar lagi jadwal penerbangan kita!" tegas sang Om.Rossa mengangguk pelan lalu ikut berjalan bersama Janu menuju pintu keluar bandara. Untuk beberapa lama mereka hanya berdiri berhadapan saling memandang seolah menunggu siapa yang akan bicara lebih dulu."Kamu harus betul-betul pergi sekarang?" tanya Janu akhirnya."Ya. Kayak yang aku bilang kemarin di rumah Bapak, om aku pindah tugas ke Kalimantan.""Kamu nggak akan kembali lagi?"Helaan napas Rossa menjadi lebih panjang. "Aku nggak tau soal itu, belum aku pikirkan.""Bukannya kamu bilang kamu mau lepas dari jerat om kamu? Terus kenapa kamu ikut pergi?"Alih-alih terharu dengan perhatian yang diberikan Janu, amarah Rossa justru meninggi. "Emangnya ada pilihan lain buat aku?! Emangnya aku udah lulus?! Selama aku masih di bawah peng

  • DIRTY ROMANCE   LOVE WILL FIND A WAY

    Hampir satu menit lamanya Mika terdiam memandang pintu rumah bundanya dengan mata kosong. Apa yang terjadi terakhir kali mereka jumpa masih membebani hati, tapi dia kuatkan juga niatnya lantas mengetuk pintu kemudian."Bun ... Bunda ..." sapa Mika ragu-ragu.Ternyata sang Bunda tengah memasak di dapur ketika pintu dibuka oleh Mika sebab tak dikunci. "Mika! Bunda kira kamu nggak akan ke sini lagi ..." ucap Bunda terlihat agak canggung."Ya Bunda juga nggak berusaha untuk menghubungi aku," sahut Mika sambil duduk di sofa tua.Kompor yang masih menyala dipadamkan lebih dulu untuk kemudian Bunda ikut bergabung dengan Mika di ruang depan. "Mika ..." Suara bunda Mika terdengar lesu. "Bunda malu," ungkapnya sambil duduk di depan Mika."O, Bunda masih bisa ngerasa kayak gitu? Wajarlah," sahut Mika agak sinis, amarahnya belum padam sepenuhnya."Kamu ke sini mau ngomel-ngomel lagi? Bunda kan udah mengakui kesalahan ...""Nggak, kok. Aku juga ud

  • DIRTY ROMANCE   KETERBUKAAN

    "Mas baru pulang?" sapa Mika yang sedang menuruni tangga untuk ke dapur, dan tepat saat itu pintu utama terbuka dan Janu masuk dengan muka datar.Sesaat Janu cuma terdiam, menatap Mika dengan wajah tanpa ekspresi. Yang terbayang di pikirannya hanya pengakuan Rossa tadi. Perlukah untuk menanyakannya langsung kepada Mika? Janu sendiri tak tahu mesti berbuat apa sekarang."Mas kenapa? Mau makan? Aku siapkan dulu ya." Mika yang kebingungan pun bergegas untuk mencairkan suasana yang kaku.Setelah Mika sampai di pantri, Janu ikut menghampiri. Dia kumpulkan nyali untuk membuka keresahan yang tertimbun di dadanya. "Ka ...""Hm?" toleh Mika terheran-heran. "Mas mau minum teh?"Janu menggeleng. "Ada sesuatu yang serius yang harus Mas tanyakan ke kamu,""Apa? Ngomong aja, Mas. Ada apa?" Mika menunggu dengan perasaan tak nyaman dan was-was."Kamu ada hubungan sama Raga?" tanya Janu tepat pada sasaran.Seketika wajah Mika memucat, tangannya

  • DIRTY ROMANCE   KEPUTUSAN MENDADAK

    Rossa sedang asyik membaca sebuah novel ketika pintu kamarnya dibuka oleh tantenya."Kamu nggak belajar, Ros?" tanya tante Rossa pelan."Udah tadi. Mau rehat sebentar, Tan," sahut Rossa tanpa beralih dari novel yang dia pegang.Tante Rossa menarik napas sebentar lalu duduk di tepi tempat tidur Rossa. "Ros ... Tante mau ngomong sesuatu sama kamu, om kamu belum cerita ya?""Hm?" toleh Rossa penasaran."Itu ..." Tante Rossa menggaruk tengkuknya ragu-ragu. "Om kamu pindah tugas, Ros. Kayaknya kita bakal pindah bulan depan."Novel di tangan Rossa otomatis berpindah ke atas kasur, sejenak tubuh Rossa membeku. "Hah?! Pindah gimana? Ke mana?!" Matanya melotot, mukanya mulai pucat."Ya ke luar kota," jawab Tante dengan entengnya. "Ke Kalimantan.""Kalimantan?! Jauh banget!" pekik Rossa panik. "Terus sekolah aku gimana, Tan?!""Ya mau nggak mau kamu harus ikut pindah. Ini om kamu nanti mau ke sekolah kamu buat ngurus perpindahan."

  • DIRTY ROMANCE   LUKA BELUM SEMBUH

    Air muka Raga sedikit berubah mendapat pertanyaan bernada seperti itu dari Mika. "Kenapa kamu penasaran?""Jangan salah paham, ya! Bukan ada maksud aku buat ... menggoda kamu! Jangan mikir ke arah sana!" ujar Mika langsung membuat klarifikasi."Hm, siapa juga yang bilang kamu menggoda aku? Nggak ada yang bilang begitu, berarti kan kamu yang ngarep aku mikir ke arah sana.""Heh! Enak aja! Maksud aku tuh ... kamu kan udah ditinggal sama mantan tunangan kamu, apa iya kamu nggak pernah terpikir tentang dia?"Ekspresi Raga terlihat menjadi lebih murung ketimbang sebelumnya, wajah milik seseorang terbayang di benaknya, seseorang yang sudah setengah mati dia coba untuk lupakan."Nggak perlu dibahas," tandas Raga tegas."Kenapa?" Mika masih penasaran."Kalau kamu cuma penasaran doang, jangan ditanya. Kecuali kamu mau bantu aku buat melupakan dia."Mika tertohok mendengar serangan mendadak dari Raga, maka tak dia lanjutkan lagi rasa ing

  • DIRTY ROMANCE   BUNDA SAMA SAJA

    Menjelang mendekati rumah ibunya, langkah Mika perlahan melambat sebab dia sadari ada sesuatu yang lain di depan pintu rumah ibunya, terdapat sepasang sepatu asing di teras. Sepasang sepatu laki-laki.Kayak bukan sepatu Ayah, dan kalaupun Ayah, ngapain dia di sini?batin Mika terheran-heran. Dia melangkah lebih dekat, dan dia dengar suara dari dalam. Sayup-sayup mulanya, tapi lama-lama kian keras."Kamu bilang mau kasih uang itu secepatnya buat aku!"Suara seorang laki-laki, hati Mika berdegup ganjil. Suara itu tidak dia kenali."Kamu tau kan? Anak aku juga perlu kuliah, dia nggak bisa minta uang dari suaminya terus ..."Kenapa cara bicara Bunda lain banget?batin Mika lagi."Itu bukan urusan aku! Kamu kira uang lima ratus ribu aja cukup?!"Mendengar suara pria itu meninggi dan menjadi lebih intens, Mika langsung membuka pintu tanpa pikir panjang. Seketika dia membeku tatkala dilihatnya ibunya sedang berdua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status