Laura dibuat dilema oleh lamaran yang dilakukan Sean kepadanya, karena ia baru saja mengenal pria itu dan dengan begitu cepat Sean melamarnya.
Bahkan mereka belum pacaran atau berkenalan secara resmi, Laura hanya bisa terdiam dan menatap tidak percaya ke arah pria di hadapannya.
Satu hal yang berada di pikiran Laura saat ini adalah, jika dirinya menolak Sean, maka hal itu akan membuat pria itu malu di hadapan banyak orang.
"Pak Sean, saya ... ."
Laura takut jika nanti ia sudah menerima lamaran dari Sean dan mereka menikah, Sean akan kecewa jika mengetahui bahwa Laura sudah tidak mempunyai mahkota lagi.
"Aku benar-benar ingin melamar kamu untuk menjadi istriku, karena jika boleh jujur aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama," ujar Sean dengan lantang.
Laura menatap semua orang yang berada di hadapan mereka berdua, begitu banyak tatapan tidak suka yang diberikan kepadanya.
"Tidak perlu kamu pedulikan tatapan dari semua orang yang berada di sini, karena yang akan menikah itu aku dan juga kamu, bukan mereka."
Siapapun wanita yang berada di posisi Laura saat ini, akan merasa bangga dan akan langsung menerima lamaran dari Sean.
"Hei! Jika kalian berdua ingin melakukan lamaran jangan di sini! Kalian sudah mengganggu acara pertunangan anak saya!" tegas Tuan Samudra.
"Pak Sean, aku akan menjawabnya setelah acara ini selesai. Bukankah tidak baik mengganggu acara pertunangan orang lain."
Laura mencoba untuk menasehati Sean, tetapi pria itu bersikeras untuk mendengar jawaban langsung dari wanida di hadapannya.
"Sean, apa yang kamu lakukan!" Diandra dengan cepat menarik Sean dari hadapan Laura.
Tangan wanita itu ditepis kasar oleh Sean. "Jangan pernah menyentuh saya, paham!"
"Aku akan menunggu sampai acara ini selesai dan aku berharap kamu bisa memikirkan semua ini dengan baik."
Laura segera pergi dari hadapan Sean, langkah kakinya menuju ke arah toilet.
Ia menatap pantulan dirinya di cermin. " jika aku menerima lamaran dari Sean, maka para karyawan di kantor akan begitu membenciku. Tetapi jika aku menolak lamaran tersebut, maka aku akan dicap sebagai wanita sok jual mahal dan Pak Sean pasti akan mananggung malu."
Laura benar-benar dibuat bingung dan saat ini kepalanya terasa ingin pecah.
"Tolak lamaran itu!"
Lauda menatap ke arah pintu masuk dan ia terkejut melihat Diandra sedang berdiri di sana dan menatap ke arahnya.
Laura memutar bola matanya malas. "Siapa kamu berani menyuruh aku untuk menolak lamaran itu!"
"Aku adalah ... ."
"Laura, kamu di dalam?"
Suara dari seorang pria di luar, membuat Diandra menghentikan ucapannya.
"Aku katakan sekali lagi, tolak lamaran itu dan pergi jauh dari kehidupan Sean!"
Laura menatap malas kepergian Diandra dari hadapannya, kini ia begitu menyesal menerima tawaran dari Sean dan juga datang ke acara pertunangan mantan kekasih dan sahabatnya.
Ia melangkahkan kakinya menuju ke luar toilet dan terkejut Sean sedang menunggunya keluar.
"Kenapa kamu tidak langsung menerima lamaranku?" tanya Sean.
Laura menjelaskan apa yang berada di pikirannya, tetapi ia menyembunyikan rahasianya.
Karena Laura yakin bahwa semua pria itu sama saja. Mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan dari pasangan mereka, setelah itu mereka meninggalkan pasangan itu dengan rasa sakit yang luar biasa.
Karena masih belum bisa melupakan apa yang Rey lakukan kepadanya, membuat Laura begitu takut untuk menerima orang baru agar dapat mengisi kekosongan di dalam hatinya.
"Jika hanya alasan seperti itu yang kamu berikan, maka aku akan memberikan sebuah jawaban kepada kamu."
Sean menggenggam tangan Laura dengan erat dan membawa wanita itu ke tempat yang cukup sepi.
"Banyak orang yang pacaran setelah menikah dan saling mengenal juga setelah menikah. Bukankah jika mereka bisa, kenapa kita tidak bisa?" tanya Sean.
Laura menggelengkan kepalanya. "Kenapa? Katakan saja dan aku akan mendengarnya."
"Aku punya sebuah rahasia yang tidak mungkin aku katakan kepada siapapun!" tegas Laura.
Laura sedikit terkejut ketika Sean tersenyum ke arahnya. "Simpanlah rahasia itu dan tidak boleh katakan kepada siapapun tentang rahasia yang kamu miliki termasuk aku. Kamu juga harus mengetahui satu hal, bahwa semua orang yang berada di dunia ini memiliki rahasia yang mereka simpan dengan baik dan juga rapih," jelas Sean.
'Kamu tidak akan pernah mengerti rahasia apa yang sedang aku miliki, karena rahasia itu mungkin saja kamu tidak akan menerimaku atau melamarku untuk menjadi istrimu,' batin Laura.
"Aku juga memiliki satu rahasia dan sampai saat aku menyimpan rahasia itu begitu dalam dan bahkan aku sendiri hampir melupakan rahasiaku itu."
Kini Laura mulai berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Sean. Mungkinkah ia mampu melupakan semua itu? Tapi bagaimana bisa ia melupakannya.
"Ayo kita masuk, acara lamaran itu hampir selesai dan aku menunggu jawaban darimu."
Laura berjalan berdampingan dengan Sean menuju ke tempat acara dan menyaksikan Rey dan juga Emily yang saling berpelukan satu sama lain.
Laura berpikir jika Rey bisa melupakannya dan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, kenapa Laura tidak bisa membalasnya dengan cara yang jauh lebih baik.
Terlebih lagi Laura yang telah dikhianati oleh Rey dan kini ia sadar bahwa ia tidak pantas memiliki pria sampah seperti Rey.
Tetapi Laura juga sadar bahwa posisi mereka berdua begitu berbeda. Jika saja Laura kehilangan kesuciannya, mungkin kini ia akan menerima lamaran dari Sean.
Setelah acara lamaran selesai, Laura meminta kepada semua orang untuk tetap berada di dalam ruangan.
Kini ia akan menjawab lamaran yang diberikan Sean kepadanya. Apapun keputusan yang diambil oleh Laura, menurutnya itu adalah keputusan terbaik.
"Sean melamar aku di tempat ini dan meminta aku untuk menjawab lamaran tersebut."
Sean berjalan ke depan menuju ke arah Laura, kini keduanya saling menatap satu sama lain.
"Aku tidak begitu mengenal Sean dengan baik dan yang aku tahu Sean adalah atasanku di kantor." Laura menceritakan kisahnya berkenalan dengan Sean.
Semua orang yang berada di sana masih menunggu apa yang akan dikatakan oleh Laura, bahkan saat ini Rey sudah mengepalkan kedua tangannya.
"Sejujurnya aku tidak bisa menerima lamaran dari orang yang tidak aku kenal atau pria yang saat ini menjadi atasanku!"
Terlihat dengan jelas bahwa ada beberapa orang yang begitu senang mendengar apa yang dikatakan oleh Laura, sedangkan sebagian orangnya lagi tidak begitu senang dengan penolakan Laura.
Karena menurut mereka, Laura adalah wanita yang tidak pantas bersanding dengan Sean seorang CEO muda.
Berbeda dengan Sean. Tatapannya seketika berubah, saat ini ia merasakan jantungnya berdetak jauh lebih cepat. Entah kenapa, ia begitu takut dengan jawaban yang akan Laura berikan.
"Kamu menolakku?" tanya Sean.
Keterangan dari dokter membuat Laura terdiam, karena hampir saja ia kehilangan bayinya."Kesehatan kamu begitu penting. Karena jika kesehatan kamu menurun, maka dipastikan bayi di dalam kandungan kamu tidak akan baik-baik saja," ujar dokter.Laura hanya terdiam. Ia terlalu memikirkan hubungannya dengan Sean, sampai melupakan bahwa dirinya sedang tidak sendiri.Setelah dokter keluar, Laura menatap ke arah Raisa. "Tolong tinggalkan aku sendiri, karena saat ini aku benar-benar ingin sendiri," pintanya.Tatapannya beralih ke tangan yang digenggam erat oleh Raisa. "Jangan memikirkan apapun, aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa."Walaupun baru pertama kali bertemu, tetapi Raisa sudah menganggap Laura sebagai saudaranya sendiri.Setelah Raisa keluar, Laura turun dari kasur dan menatap pantulan dirinya di cermin. "Maafkan aku, belum bisa menjaga dirimu baik-baik."Tangannya bergerak mengelus perut yang perlahan mulai membesar, ia selalu merasa merasa bersalah kepada anak yang masih belum diteri
Ruangan makan terlihat begitu sepi, hanya ada beberapa karyawan dan OB yang tersisa, karena sudah pergantian sift.Dikarenakan staf OB yang masih kurang, membuat mereka harus bekerja full selama satu hari dan dihari berikut mereka akan libur.Malam sudah larut, Laura dan Raisa ke kantin perusahaan dan bersiap untuk makan malam.Tetap ia berlari dan bersembunyi ketika melihat Emily, rambutnya yang basah dan terlihat jelas bahwa dirinya baru selesai mandi."Apakah aku harus mengakhiri semua ini? Apakah sudah saatnya aku melupakannya, tetapi begitu berat menerima semua yang telah terjadi.""Apakah dia tidur dengan suamimu?" tanya Raisa.Saat melihat Laura bersembunyi, Raisa juga ikut bersembunyi bersamanya, bahkan ia juga menatap Emily yang asyik mengambil makanan sambil tersenyum.Laura terdiam cukup lama hingga sentuhan dari tangan Raisa membuatnya sedikit terkejut.Hembusan nafas berat terdengar dari arah Laura. "Ada apa?" Raisa kembali memberikan pertanyaan yang sama."Aku bingung ha
Ternyata bukan awal yang baik untuk pekerjaan barunya, ini adalah awal yang buruk.Laura memang diterima baik oleh rekan kerjanya, tetapi tempatnya bekerja begitu melelahkan.Ia harus melayani tamu yang menelfonnya setiap menit, bahkan tidak memberikannya waktu untuk beristirahat."Laura, kamar 601, tolong bersihkan kamar mandinya!"Ingin membantah tetapi hal itu tidak mungkin ia lakukan, karena ini hari pertamanya bekerja.Tubuhnya menegang ditempat, ketika melihat pria yang begitu ia cintai berjalan masuk ke kamar 601 dengan wanita yang ia kenal.Tubuhnya lemas, kepalanya terasa begitu pening. "Laura, kamu baik-baik saja?"Robert ketua OB yang baru saja keluar dari ruangan, terkejut melihat Laura yang hampir terjatuh."Aku baik-baik saja, terima kasih pak."Dengan langkah pelan dan tubuh yang masih gemetar, Laura mencoba untuk melangkah maju ke depan.Salivanya susah untuk ditelan, ia mencoba untuk bertahan dan melihat apa yang mereka lakukan.Tetapi ia tidak bisa masuk hingga sampa
Keduanya duduk saling menatap satu sama lain, tetapi berbeda dengan tatapan dari Diandra."Kamu hamil?" tanya Diandra.Laura benar-benar merasa sial, ia tidak pernah berpikir akan bertemu dengan Diandra di tempat kerjanya."Anak Sean? Atau anak orang lain?"Jantungnya berdetak jauh lebih cepat, ia tidak mungkin menjawab bahwa bayi yang berada di dalam perutnya adalah anak orang lain."Aku punya sebuah cerita. Waktu itu aku ingin mengatakannya, tetapi dicegat oleh Sean," jelas Diandra.Ekspresi wanita cantik itu berubah menjadi serius, menunggu ucapan selanjutnya dari wanita di hadapannya."Tahukah kamu, kenapa Sean tidak pernah melupakanku, karena anaknya pernah ada di rahimku!" tegasnya.Seketika Laura merasa dunianya runtuh, ia tidak pernah menyangka dengan ucapan yang keluar dari mulut Diandra.Wanita di hadapannya itu tertawa. "Kamu pasti tidak percaya dengan apa yang aku katakan, benar?""Jelaskan saja apa yang ingin kamu katakan, Diandra!"Diandra mengatakan, bahwa anak yang ber
Pagi yang begitu cerah dan awal yang indah bagi Laura untuk memulai aktivitasnya.Hari ini adalah hari pertamanya untuk masuk kerja, ia bangun lebih awal dan mempersiapkan diri untuk menghadapi semua rekan kerja di tempat yang baru."Aku nggak pernah meminta dan berharap yang lain, aku hanya berharap agar semua orang di tempat kerjaku dapat menerima aku apa adanya.Laura melangkahkan kakinya keluar dari kontrakan dan berjalan menuju ke tempat kerja.Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, ia tiba di tempat kerjanya yang baru.Terlihat seorang wanita cantik yang sedang menatap ke arahnya sambil tersenyum ramah ke arahnya."Laura?" tanyanya.Anggukkan kepalanya pelan. "Iya, saya Laura.""Hai, nama saya Sinta dan saya sebegai menejer di sini," jelasnya.Tanpa menunggu lama Laura langsung membalas jabatan tangan dari atasannya."Mari, ikut saya ke ruangan."Selama langkah kakinya menuju ke ruangan sang atasan, ia bertegur sapa dengan para karyawan yang sudah tiba lebih dulu."Saya sudah m
Beberapa hari setelah keluar dari kantor, Laura benar-benar menjalani hari-harinya sendiri tanpa ditemani oleh sang kekasih.Kekasihnya kemarin pergi dinas ke luar kota selama dua minggu dan hari ini Lauren memutuskan untuk pindah apartemen dan benar-benar menghilang dari kehidupan Sean.Mungkin di saat seperti ini ia harus belajar untuk melupakan kekasihnya, karena hanya dengan begitu Sean bisa menemukan wanita yang jauh lebih baik darinya."Maaf, di mana barang yang akan kami bawa?" Laura memesan tim pengangkut barang karena ia akan memindahkan semua, barangnya ke apartemen yang baru.Kemarin saat dirinya ingin menghilang dari Sean, tetapi pria tampan itu malah menemukannya dengan sangat mudah.Laura benar-benar lupa, bahwa kekasihnya itu memiliki bisnis lain selain mempunyai perusahaan yang besar."Semua ini!"Ia melangkah keluar dan akan meninggalkan apartemen yang memberikannya banyak kenangan.Laura hanya akan menitipkan kunci apartemen kepada satpam, karena ia sudah mengetahui