Share

DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN
DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN
Автор: Nova Irene Saputra

Ke mana Yuda?

🏵️🏵️🏵️

“Ke mana mempelai laki-lakinya?” Pertanyaan itu yang dilontarkan saudara dari pihak Papa dan Mama kepadaku.

Duniaku terasa berhenti saat mengetahui Mas Yuda tidak kunjung menunjukkan diri saat resepsi pernikahan kami akan dimulai. Aku tidak mengerti, kenapa laki-laki yang mengaku sangat mencintaiku tersebut tega melakukan sesuatu yang sulit diterima akal dan pikiran. Apa ia tidak menghargai hubungan suami istri yang baru resmi kami sandang?

Aku tidak percaya dengan apa yang Mas Yuda lakukan saat ini, sama sekali tidak mencerminkan sikap yang ia tunjukkan sejak dulu. Aku tidak ingin percaya dengan apa yang terjadi. Aku berharap bahwa ini hanyalah sebuah mimpi buruk.

Ternyata ini bukan mimpi, tetapi benar terjadi. Mas Yuda kini tidak berada di sampingku. Ia telah pergi meninggalkan acara yang telah lama kami nantikan. Ia tidak menepati janji untuk tetap setia mendampingiku hingga akhir hayat.

Aku tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran Mas Yuda. Ia dengan tega meninggalkanku di hari pernikahan kami. Setelah acara ijab kabul selesai, ia meminta izin ke belakang sebentar. Namun, sudah berlalu hampir setengah jam, ia tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Semua keluarga berusaha mencari keberadaan Mas Yuda, tetapi tidak seorang pun yang berhasil menemukannya. Orang tuaku mulai panik, itu sangat jelas terlihat dari wajah mereka. Dadaku terasa sesak dan tidak tahu harus berkata apa.

Aku tidak tega melihat kesedihan di wajah Papa dan Mama. Pertanyaan bertubi-bertubi harus mereka terima dari tamu undangan. Orang tua Mas Yuda juga mengaku tidak mengetahui keberadaan anaknya saat ini. Mereka berusaha menguatkanku.

“Gimana ini? Pernikahan macam apa ini? Nggak mungkin Nayla tetap duduk di pelaminan tanpa mempelai laki-laki.” Aku mendengar ocehan saudara dari pihak Papa.

“Laki-laki macam apa yang telah menikahi Nayla? Tidak bertanggung jawab sama sekali. Katanya saling mencintai, tapi mana buktinya? Bisa-bisanya menghilang di hari pernikahan.” Terdengar ungkapan saudara dari pihak Mama.

Aku berusaha menghubungi Mas Yuda, tetapi nomor ponselnya tidak aktif. Sementara orang tuanya mencoba menelepon teman-teman Mas Yuda, tetapi tetap tidak ada yang dapat memberitahukan di mana keberadaan pria tersebut.

Kamu di mana, Mas? Jangan siksa aku seperti ini. Hatiku tidak sanggup. Kenapa kamu tega pergi di hari bahagia kita? Apa salahku? Mana janjimu yang ingin menjadikan aku sebagai ratu di istana cintamu? Kamu benar-benar tidak mengerti dengan perasaanku.

Aku tidak kuasa menahan air mata yang telah tumpah membasahi pipi. Aku tidak kuat menghadapi apa yang ada di depan mata saat ini, pelaminan megah tanpa mempelai. Aku tidak kuasa dihadapkan pada situasi seperti ini.

Selama setahun menjalin hubungan dengan Mas Yuda, ia tidak pernah menunjukkan sesuatu yang mencurigakan. Kami berdua tetap baik-baik saja, bahkan ia selalu menunjukkan kasih sayang dan rasa pedulinya kepadaku.

“Nay, kamu nggak apa-apa?” Tasya—sahabat terbaikku, menghampiriku yang sedang terisak karena tidak kuasa menahan tangis.

“Mas Yuda ninggalin aku, Sya.” Air mataku kini menganak sungai dan sulit untuk dibendung.

Tasya langsung meraih tubuhku dan berusaha menenangkanku. “Kamu harus kuat, Nay. Aku tahu ini sangat berat, tapi untuk sekarang kita nggak tahu harus berbuat apa.”

“Tamu udah makin ramai yang datang, Sya. Apa yang harus aku lakukan? Aku nggak mungkin duduk di pelaminan tanpa Mas Yuda. Aku nggak akan sanggup jika para tamu bertanya nanti.”

“Tapi pilihan terbaik saat ini hanya satu, Nay. Kamu harus tetap duduk di pelaminan dan berusaha memberikan penjelasan kepada mereka yang bertanya.” Tasya memberikan jalan keluar yang sangat sulit menurutku.

“Itu nggak mungkin, Sya.” Aku membenamkan wajah ke dada Tasya.

Tiba-tiba terdengar suara pembawa acara memintaku menuju pelaminan. Aku dengan langkah berat dan penuh air mata, segera berjalan menuju pelaminan tanpa laki-laki yang sudah resmi menjadi suamiku.

🏵️🏵️🏵️

Aku berusaha tegar ketika para undangan bertanya tentang keberadaan Mas Yuda. Aku kembali melihat kesedihan di wajah orang tuaku tercinta. Pertanyaan pun makin banyak yang ditujukan para tamu undangan kepada mereka. Namun, keduanya tampak berusaha untuk tersenyum.

Aku merasa menjadi anak durhaka. Padahal selama ini, aku tidak pernah membuat malu orang tua. Papa dan Mama bahkan mengaku sangat bangga memiliki anak tunggal seperti diriku. Mereka juga bersyukur dan memuji prestasi yang aku raih sejak SD hingga lulus kuliah.

Akan tetapi, aku tidak bangga lagi dengan apa yang telah kudapatkan dulu. Aku telah menghancurkan kepercayaan Papa dan Mama. Anak yang mereka banggakan selama ini, sekarang memberikan luka yang sangat menyakitkan.

“Ini pernikahan langka, ya, Pak. Pernikahan tanpa mempelai laki-laki di pelaminan.” Aku mendengar beberapa orang tamu melontarkan kalimat tersebut di depan Papa dan Mama.

Orang tuaku berusaha memberikan penjelasan. Ada tamu yang mengerti dan turut merasakan apa yang kualami saat ini. Namun, tidak sedikit yang tertawa dan tersenyum setelah Papa atau Mama bercerita tentang apa yang terjadi.

“Lain kali kalau mau nikah, pilihlah suami yang bersedia diajak duduk di pelaminan,” ucap seorang tamu kepadaku sambil tersenyum.

Aku sakit dan malu menghadapi semua ini. Hatiku seperti tercabik-cabik sembilu yang sangat tajam, kemudian disiram dengan air garam, perih. Mas Yuda membalas cinta tulus yang kuberikan dengan sebuah penderitaan dan pengkhianatan.

Ini bukan hari bahagia untukku, tetapi awal dari kesengsaraan. Hati siapa yang tidak hancur ketika ditinggal pergi oleh pasangannya di hari pernikahan? Aku tidak akan pernah memaafkan apa yang kurasakan saat ini. Mas Yuda harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi.

Aku telah menciptakan luka yang sangat mendalam di hati kedua orang tuaku. Mereka pasti merasa terpukul dan sangat malu dengan pengkhianatan yang Mas Yuda lakukan. Papa dan Mama tertunduk setiap tamu melontarkan pertanyaan.

Kejahatan apa yang telah aku perbuat hingga mendapatkan balasan sesakit ini? Apa yang harus kulakukan setelah kejadian ini? Sanggupkah aku bertahan untuk menghadapi semua yang terjadi? Apakah diriku harus pergi untuk selamanya agar terbebas dari penderitaan?

Tidak! Aku tidak mungkin melakukan hal itu. Aku tidak sanggup menambah luka di hati Papa dan Mama. Perbuatan Mas Yuda sudah cukup membuat nama mereka tercoreng dan menanggung malu yang sangat besar. Aku tidak akan menambah beban penderitaan mereka.

Aku harus berusaha memberikan kekuatan kepada Papa dan Mam walaupun kenyataannya, aku pun sangat rapuh. Entah bagaimana caranya aku bersikap seperti biasa lagi terhadap Papa dan Mama. Apakah mereka masih akan tetap menyayangiku seperti dulu?

Mas Yuda! Aku sangat membencimu. Kamu telah melukai perasaan orang tuaku. Aku tidak akan memaafkan apa yang kamu lakukan kepada keluargaku. Semoga hatimu tidak tenang setelah melakukan kejahatan ini.

==========

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status