Adita mengatur napasnya yang terputus-putus. Dia sudah tidak mampu lagi menandingi tenaga Nicko. Tenggorokannya terasa kering setelah dia berteriak erotis karena ulah Nicko. Mata Adita yang sayu dan memerah karena dia belum tidur dari jam 10 malam tadi. Sekarang sudah pukul 2 dini hari. Nicko masih aktif memegang kendali atas tubuhnya.
Tangan lemah Adita mendorong dada kekar Nicko dengan sisa tenaga akhirnya. " Aku … lelah Nicko …" Adita bersuara lemah.
"Sebentar lagi sayang ..." Wajah Adita kembali memanas mendengar suara serak basah Nicko. Menggoda, itulah yang Adita rasakan.
"Tapi, pelan kan …"
"Ini sudah pelan sayang."
"Pelan kan lagi!"
Nicko menuruti kemauan Adita. Keringat tak henti-hentinya bercucuran. Apalagi dari dahi Nicko yang sering jatuh mengenai wajah Adita. Kasur king size itu terus bergerak. Seirama dengan gerakan yang Nicko buat. Pada akhirnya Nicko memacu cepat gerakannya. Dia sebentar lagi akan sampai di dalam tubuh adita. Tangan Adita menggenggam sprei yang sudah acak-acakan. Satu tangan yang lainnya dia memegang erat bahu lebar Nicko.
"Akh ….." mereka berdua menjerit bersamaan. Cairan cinta Nicko tumpah di dalam tubuh Adita.
Perlahan Adita mengendurkan pegangannya pada Nicko. Dia mengatur napasnya kembali.
"Terimakasih." Nicko mencium kening Adita. "Dan, maaf telah membuat mu teramat lelah seperti ini." Nicko bangkit, dia membiarkan tubuh Adita relaks. Dia mengambil selimut yang terlempar ke lantai. Dan menyelimuti tubuh Adita.
"Besok, belikan aku pil kontrasepsi!" Adita memiringkan tubuhnya. Dia menghadap Nicko yang sedang duduk bersandar di headboard kasur.
"Kontrasepsi?"
"Iya. Tolong belikan di apotek."
Nicko mengangguk.
Setelah mengatakan itu Adita langsung terlelap. Sedangkan Nicko yang masih duduk dia tiba-tiba memikirkan pil kontrasepsi tadi.
*Apakah aku akan membiarkan benih cinta ku hidup di rahim Adita? Atau malah menggagalkannya?* Nicko membatin.
Nicko menatap Adita lekat. Dia mengusap lembut rambut Adita. "Aku menarik perkataan ku kala itu. Bahwa aku tak akan pernah jatuh cinta padamu. Tapi, sekarang seakan aku termakan perkataan ku sendiri. Aku terjebak dalam pesona mu." Gumam Nicko.
Pagi hari telah tiba.
Bel pintu apartemen berbunyi tanpa henti. Sang Tuan rumah pun enggan membukanya. Nicko tak mengetahui kalau pagi ini mommy Dewi dan Naila datang ke apartemennya.
"Kenapa mommy tidak memakai password saja?" Naila memberikan solusi. Dia geram sejak tadi tak ada tanda-tanda pintu akan terbuka. Kakak nya benar-benar keterlaluan! Membiarkan mommy Dewi tercinta menunggu sekian lama.
"Sudah. Tapi password nya diganti. Mommy tidak tau password yang baru nya."
"Ish! Kenapa juga, kak Nicko pakai segala ganti-ganti password?" Naila merasa kesal.
"Mommy coba lagi ya."
Tit. Pintu terbuka. Mommy Dewi tersenyum lega.
"Wah! Mommy masukan password apa mom?"
"Ahaha … tanggal anniversary pernikahan mommy dan Daddy ternyata." Mommy Dewi tertawa geli.
"Kak Nicko ingat rupanya. haha …"
"Ayo masuk!" Ajak mommy Dewi.
"Loh kok sepi banget mom? Pasti kak Nicko belum bangun."
"Aku bangunkan ya." Naila berlari menuju lantai dua.
Mommy Dewi menaruh box makanan di meja makan.
"Kenapa dapur nya berantakan sekali? Apa semalam Nicko mabuk?" Mommy Dewi melihat dua kursi dapur berserakan di lantai.
"Ah … apa ini?" Mommy Dewi menginjak sesuatu. Dia mengambilnya.
"Ini, ikat rambut. Punya Nicko? Dia … dia kan laki-laki. Potongan rambut nya juga undercut. Tidak mungkin dia memakai ini."
Lalu, mommy Dewi melihat sesuatu seperti kain berwarna merah tergeletak di pojok lemari pendingin. Mommy Dewi menatap dengan seksama. "Apa itu saputangan nya Nicko? Kenapa ada di sini?"
Mommy Dewi hendak mengambilnya namun, Naila mengagetkan nya. Mommy Dewi mengurungkan kembali niatnya.
"Mom, kak Nicko tidak mau bangun. Tinggalkan saja makanannya. Antarkan aku ke kampus ya."
"I-iya. Ayo!" Mommy Dewi dan Naila pergi meninggalkan apartemen.
Dibenak mommy Dewi, dia masih menyimpan tanda tanya perihal kain merah itu. Dirinya menerka kalau itu adalah sebuah sapu tangan. Namun sepertinya dia melihat ada tali di sana. Hanya ada satu kata yang sempat terlintas di pikiran mommy Dewi. Yaitu, g-string. Entah mengapa, tiba-tiba saja nama benda itulah yang mommy Dewi pikirkan.
*Apa itu, g-string? Astaga … Mungkin saja itu sapu tangan Nicko.*
"Aku harus berpikir positif!" Mommy Dewi bergumam terlalu keras. Naila pun mendengarnya.
"Hem? Kenapa mom?"
"Ehm, tidak apa-apa." Mommy Dewi tersenyum.
******
Pukul sembilan pagi, Nicko baru saja terbangun. Dia melakukan perenggangan ototnya. Sebelumnya dia mendapatkan telepon dari sekretaris Vans. Kalau dia akan ada meeting dengan klien jam sembilan ini. Namun Nicko menundanya selama sepuluh menit untuk bersiap-siap. Nicko melirik kearah Adita yang masih terlelap. Dia tersenyum dan mencium puncak kepala nya. Nicko pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.
Nicko menuruni anak tangga dengan cepat. Dalam waktu lima menit, Nicko membersihkan tubuhnya. Dan lima menit sisanya adalah waktu untuk berkendara menuju perusahaan Alexander's group. Cukup gesit memang Nicko. Dia pergi begitu saja dari apartemen tanpa sarapan pagi terlebih dahulu. Apalagi dia tak sedikitpun melirik ke arah dapur. Di sana telah ada box makan dari mommy Dewi. Nicko tidak mengetahui itu.
Setelah sampai. Secepatnya Nicko berjalan menuju ke ruangan meeting. Di dalam memang sudah ada lima orang kliennya dan sekretaris Vans juga. Dia duduk di kursi khusus untuk nya.
"Maaf, saya sedikit terlambat."
"Tak masalah tuan Nicholas. Kami mengerti akan kepadatan jadwal anda." Ucap salah satu dari lima kliennya.
Setelah cukup lama berbincang. Akhirnya kelima klien Nicko sepakat dengan hasil meeting pagi ini. Mereka semua berjabat tangan dengan Nicko dan sekretaris Vans. Lalu pergi meninggalkan ruang meeting.
Nicko menghembuskan napasnya lega. Dia melihat arloji nya. "Apa jadwalku selanjutnya Vans?"
"Jam satu siang anda ada pertemuan dengan model terkenal Aprilia. Nona Aprilia akan menjadi brand ambassador minuman buatan Alexander's drink."
Nicko mengangguk.
Selain memegang alih perusahaan Alexander's group, Nicko juga memegang alih perusahaan Alexander's drink. Yaitu perusahaan yang memproduksi minuman berenergi.
Nicko merogoh saku jasnya. Dia mengambil handphone. Nicko menelpon Adita. Namun Adita tidak mengangkat panggilan nya.
"Aku lupa membeli pil kontrasepsi." Gumam nya.
Nicko berdiri. Dia meninggalkan ruang meeting dan masuk ke dalam ruangan kerja miliknya. Tak lama, seorang wanita masuk ke dalam.
"Tuan muda." Wanita itu menunduk hormat.
"Pesanan kalung anda sudah selesai." Sang wanita memberikan kotak berwarna merah pada Nicko.
Nicko tersenyum lalu mengangguk.
*Nanti malam aku akan mengajak mu dinner romantis berdua, Adita. Dan meyakinkan perasaan ku bahwa aku benar-benar tertarik pada mu.* Nicko membatin senang.
"Ehm … Terimakasih Mona."
"Sama-sama tuan muda. Kalau begitu saya permisi." Wanita dewasa nan cantik yang bernama Mona itu pergi.
Nicko merasakan getaran di saku jasnya. Handphonenya bergetar. Dengan sigap dia mengambilnya. Nicko mengira itu adalah Adita yang meneleponnya tapi ternyata bukan. Sebuah pesan singkat dari mommy Dewi tersampir di layar kunci handphone.
"Apa? Mommy membawakan aku sarapan tadi pagi?"
"Astaga … aku bahkan tidak mengetahuinya. Bagaimana ini?" Nicko berpikir cemas.
"Bagaimana mommy bisa tau password apartemen ku yang terbaru? Dan, ya Tuhan! Apa mommy juga melihat dapur ku yang berantakan?" Segala tanda tanya bersarang di pikiran Nicko.
"Tunggu. Semoga saja mommy tidak melihat g-string Adita! Argh …. Bagaimana aku bisa lupa untuk mengambilnya! Bahkan aku tak tau dimana letak g-string itu sekarang."
Nicko menelepon mommy Dewi untuk memastikan semuanya. "Halo mom."
"Mommy tadi pagi mengirimkan sarapan buat aku?"
"Iya. Mommy sudah taruh di meja makan."
"Maaf mom. Aku bangun kesiangan."
"Iya tak apa nak."
"Ehm … terimakasih mom. Sudah mau kirim sarapan."
"Ahaha … iya Nicholas …."
"Ya sudah mom. Aku matikan ya. Have a nice day mom." Nicko mengakhiri panggilan nya.
Di sisi lain.
Sekarang sudah hampir tengah hari. Adita baru saja membersihkan tubuhnya. Dengan masih ada handuk yang bertengger di kepalanya. Adita pergi ke dapur untuk membuat makanan. Sesampainya di dapur, Adita menutup mulutnya yang terbuka. Dia kaget melihat keadaan dapur yang berantakan karena ulahnya dan Nicko bergelut hasrat kemarin malam. Mata Adita melihat sebuah box kotak di atas meja. Dia menghampiri nya.
"Apa ini?" Adita membuka nya. Lalu dia tersenyum manis.
"Apa Nicko yang menyiapkan ini?"
Adita merapikan dapur terlebih dahulu. Terutama para kursi yang berserakan. Lalu Adita mengambil kain merah di pojok lemari pendingin.
"Benar-benar si Nicko! Seenak jidat dia melempar g-string aku!" Ucap Adita kesal.
Adita membuang g-string nya. Yang memang sudah ada bagian yang robek karena Nicko menarik paksa nya semalam. Lalu, Adita mengambil vakum cleaner. Dia membersihkan seluruh ruang dapur. Barulah dia menyantap makanan yang ada di box tadi.
****
"Hai Nicko." Sapa Aprilia. Dia baru saja sampai di restoran yang telah direncanakan untuk mengadakan pertemuan.
"Maaf membuat mu menunggu lama." Aprilia tersenyum.
"Hem … langsung saja. Aku tak suka membuang waktu."
"Ya, ya. Kau tak pernah berubah. Selau saja dingin, dan to the points."
"By the way, kenapa tidak kamu saja yang menjadi brand ambassador produk minuman kamu? Aku yakin, fans mu tak sedikit Nicko."
Nicko berdecak. "Kau tak mau uang?"
Aprilia tertawa kering.
"Baiklah …" dia menggelengkan kepalanya.
Nicko tersenyum senang. Setelah dia dan model Aprilia sepakat tentang kerjasamanya. Nicko segera mempersiapkan tempat untuk dinner malam ini.
******
Nicko mengecek seluruh persiapan untuknya dinner dengan Adita. Dari mulai instrumen romantis dari piano dan biola, kemudian menu makanan nya. Terakhir, kalung indah yang mewakilkan perasaannya pada Adita. Dia juga memerintahkan Mona, si desainer profesional untuk mendandani Adita agar dapat berpenampilan lebih feminim. Apalagi Adita dulunya adalah seorang wanita bar-bar sekaligus seorang DJ di klub malam.
"Semoga semuanya dapat berjalan sesuai ekspektasi ku." Nicko tersenyum melihat tempat romantis yang terdiri dari dua kursi dan satu meja hanya untuk dirinya dan Adita.
Nicko mengendarai mobil nya ke apartemen. Dia sendiri yang akan menjemput Adita. Setelah Mona menelepon kalau dia sudah merubah tampilan Adita bagaikan bidadari hati. Membayangkan itu, Nicko tak sabar untuk melihatnya secara langsung. Setelah sampai, Nicko segera masuk ke dalam apartemen. Dia kembali tersenyum. Adita ternyata telah berdiri tak jauh dari pintu. Memang benar apa yang dikatakan Mona, Adita sangatlah cantik malam ini.
Nicko menghampiri Adita, dia melihat tangan Adita memegang sebuah map merah. Seketika jantung Nicko berdegup kencang. Bukankah itu adalah map penyerahan saham Chris untuk dirinya setelah dia memenangkan tantangan itu? Dan, apa Adita mengetahuinya?
"Apa ini Nicko? …" Adita bertanya pelan. Suaranya bergetar menahan tangis.
Tubuh Nicko meremang. Adita telah mengetahui perihal tantangan itu sebelum Nicko sendiri yang memberitahu nya.
"A-aku … bisa jelaskan Adita."
Tersirat rasa murka di wajah Adita. Tangannya mengepal kuat meremas map merah. Dadanya naik turun mengontrol amarh yang meledak-ledak. "Kau melakukan ini Nicko? … hah? Aku ternyata hanya sebuah mainan." Adita tersenyum meringis.
"Dengarkan aku Adita! Aku hanya …"
"HANYA MENGINGINKAN AKU SEBAGAI MAINAN MU!" Suara Adita menggelegar keras.
"Sialan kau Nicko! Harusnya aku tidak percaya dengan semua omong kosong mu!"
"Adita dengarkan aku dulu!"
"Dengarkan? Heh! Yang ada jika aku mendengarkan perkataan mu itu. Aku akan semakin terperosok dalam kebohongan yang kau buat Nicko!"
"Benar-benar bajingan!" Adita mendorong tubuh Nicko. Dia ingin pergi dari apartemen Nicko sekarang juga. Namun, tangan Nicko dengan sigap mencekal Adita. Dia mengangkat Adita di atas pundaknya. Nicko dengan cepat membawa Adita masuk ke dalam kamar.
"Lepaskan aku Nicko! Sialan kau! Lepaskan!" Adita terus memberontak. Dia berulang kali memukul punggung Nicko.
"Diam atau ku lemparkan kau dari atas tangga!" Nicko berucap geram. Disangka akan membuat Adita diam dan ketakutan, Adita justru menjadi lebih beringas dan ganas.
"Silahkan saja. Kalau kau berani tuan Nicholas! Bahkan aku sekarang ingin pergi saja dari dunia ini!"
Setelah sampai di kamar Adita, Nicko melemparkan tubuh wanita nya di kasur. Nicko mengunci pintu kamar. Dia menatap tajam Adita yang tengah terjerembab di atas ranjang. Nicko menarik perkataan nya tempo hari di klub, bahwa dia tidak akan pernah menyukai Adita dan akan menelantarkannya setelah tantangan dua bulan ini selesai. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Nicko memonopoli kehidupan Adita dan mengklaim wanita itu miliknya seutuhnya. Dia termakan perkataannya sendiri.
"Sialan! Kenapa kau membawaku kesini hah?!" Adita bangkit dia mendekati Nicko. Meluapkan semua kekesalannya.
"Apa ada tantangan lagi hah? Apa teman-teman mu itu menantang mu untuk menjadi kekasihku? Ahahaa … benar-benar manusia biadab kau Nicko!"
"Dengarkan aku Adita. Aku tau hubungan kita ini berawal dari sebuah tantangan. Tapi aku benar-benar menyukaimu sekarang! Aku menyukaimu Adita!"
PLAAK!
Adita menampar pipi Nicko dengan keras. Amarahnya sudah berada di puncak tertinggi. "Seringan itu kau mengatakan kalau kamu menyukaiku? Sekarang kau berbicara seolah kau menyukaiku! Lalu di tempat lain dan di hari lain, kau akan berbicara bahwa aku adalah sampah rongsokan yang harus dibuang sejauh-jauhnya!"
PLAAK!
Adita menampar sisi lain pipi Nicko. Kedua Pipi Nicko memerah sekarang, bukan karena Nicko sedang menahan malu melainkan bekas tamparan tangan lentik Adita.
"Silahkan saja kamu menamparku Adita, memukul ku bila perlu. Tapi tolong percayalah padaku. Aku memang menyukaimu. Malam ini, aku akan mengungkapkan perasaan ku. Dan memberitahukan mu soal tantangan ini."
Mendengar celotehan Nicko, Adita tertawa keras. Dia mengusap sudut matanya yang berair karena tawanya yang terlalu lepas.
"Ya, kau tau aku bukan wanita lemah Nicko. Sekarang aku semakin mengetahui karakter ku. Aku kuat sekaligus bodoh. Ahahaa …"
"Bodohnya aku termakan oleh perkataan manis mu. Aku tau, aku masih memiliki sari manis dari dalam tubuhku. Maka dari itu, kamu enggan membuang ku sekarang." Adita tersenyum miris.
BUGH!
BUGH!
Adita melayangkan dua tinju di rahang Nicko. Dia tak peduli apapun sekarang. Hanya ada amarah yang Adita rasakan. Ayo Adita! Laki-laki di depan mu ini adalah seorang yang bajingan. Habisi dia!
"Kau boleh memukuliku Adita. Tapi, setelah ini kau harus percaya padaku!"
"Heh! Kalau aku tidak mau bagaimana?"
"Maka aku akan memaksa mu percaya padaku!"
"Truth or dare?" "Dare!" Laki-laki itu menjawab dengan suara lantang. "Wow! You're gentleman bro!" Decak kagum dari temannya itu membuat laki-laki yang sedang menenggak wine nya tersenyum devil. "Yah! Aku bukan seorang pengecut! Katakan, apa tantangan nya!" "Mudah. Bisakah kau menaklukkan DJ bar-bar itu?" Chris, si penantang mengarahkan matanya pada seorang DJ wanita yang sedang memutarkan musik klub. "Hanya dia? Heh! Mudah bagiku. Apa imbalannya?" "Saham ku 3% dan kapal pesiar Daniel yang terbaru." "Hem…" Dia terlihat sedang mempertimbangkan apa yang diucapkan Chris. "Oke. Deal!" "Tapi, jadikan juga dia simpanan mu selama 2 bulan. Jika kamu berhasil aku akan menambah saham ku senilai 2%. Bagaimana?" "Simpanan? CK! Aku terima itu!" "Oke,oke. Kita Cheers untuk memberikan semangat kepada teman kita yaitu, Nicholas!" Kini Daniel bersuara. Tiga gelas berisi minuman alkohol itu saling berdentingan. Lalu mereka meminumnya sampai tandas. Sesekali mata tajam Nicholas melir
Tak sekalipun ada rasa takut di dalam diri Nicko. Dia telah merencanakan langkah selanjutnya. Semua sudah tersusun sedemikian rupa di otak cerdiknya. "Kau ingin keluar bukan? Tapi, dengan satu syarat!" "Apa syaratnya sialan?!" "Mudah. Hanya perlu kamu patuh pada ku. Itu saja." "Apa maumu hah?!" Ternyata Adita masih terbakar amarah. Nicko tak gentar melaksanakan rencananya. "Aku akan mengatakan sesuatu padamu. Ini penting Adita!" Sejenak, Nicko tidak mendengar suara Adita. Apakah wanitanya baik-baik saja di dalam? Seketika pikiran Nicko menjadi kalang kabut. Dia memasukkan kunci di knock pintu. Bersamaan dengan Adita mulai bersuara lagi. "Baiklah. Tapi, buka kan pintu ini terlebih dahulu." Nicko memutar kunci pintu. Dia membuka pintu dengan perlahan dan. Bruakk! Adita menendang pintu dengan keras. Sampai Nicko jatuh terpelanting ke lantai. Dengan cepat Adita berlari keluar kamar meninggalkan Nicko yang tersungkur di lantai. "Sialan kau Adita!" Nicko segera bangun. Dia
Nicko melihat tubuh Adita yang sudah sangat memprihatinkan. Bagaimana seluruh tubuh indah itu terdapat tanda kepemilikan di mana-mana. Malam ini, Nicko dan Adita bertarung hawa nafsu dengan dahsyat. Nicko tidak bisa mengelak. Dia juga terhanyut dalam suasana intim ini. Adita yang sangat ganas menyerang Nicko membuat laki-laki itu, sulit untuk menghindar. Nicko tau, ini merupakan pengaruh dari obat perangsang gairah yang Adita minum. Tapi, yang masih menjadi pertanyaan di pikiran Nicko. Bagaimana bisa wanita nya mendapatkan obat seperti itu? Apakah Adita membelinya? Tapi, kapan? Bukankah selama tiga hari berturut-turut Adita dikurung di sini? "Aku akan mengecek lagi rekaman kamera pengawas." Nicko segera memakaikan piyama tidur Adita. Setelah itu, dia pergi dari sana. Nicko segera membersihkan tubuhnya. Dia melakukan semua kegiatan rutinitas nya dengan sangat kompeten dan ulet. Sekarang, Nicko berada di ruang kerja pribadi miliknya. Jari-jarinya yang terampil menekan keyboard laptop d
Adita melihat tubuh Nicko tersungkur di lantai kamarnya. Laki-laki itu sepertinya tidak merasakan kesakitan. Secepatnya Nicko berdiri. Dia menatap wajah Adita dengan sangat tajam. Bersamaan dengan itu, Adita menjadi salah tingkah. Apakah Nicko akan memarahinya? "Ehm … aku minta maaf Nicko. Aku, tidak sengaja tadi." Adita berkata dengan suara yang pelan. Setelah itu dia menundukkan kepalanya. "Kau tau apa yang telah kau lakukan sayang?" Nicko melipat tangannya di dada. "I-iya. Aku tau Nicko. Aku meminta maaf padamu. Aku tau aku salah. Aku telah lancang terhadap mu." "Bukan yang itu sayang." Nicko mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia memegang dagu Adita. "Ini perihal kemarin malam. Apa yang kamu lakukan? Hem?" Suara Nicko yang terdengar halus namun penuh dengan rasa intimidasi. Membuat Adita menelan ludahnya dengan susah payah. "A-aku hanya mandi saja. Aku … merasa kepanasan." "Yakin seperti itu? Kamu tidak mencoba untuk membohongi ku kan, sayang?" Deg! *Membohongi? Se
"Nicko angkat dulu handphone mu ini!" Adita semakin cemas. Dia masih belum siap untuk berurusan dengan keluarga Alexander's. Nicko menyenderkan tubuhnya. Dia menghembuskan napas malasnya. Jari nya menggeser tombol hijau di layar handphone. Dan langsung terlihat wajah Naila dari layar. "Naila?" Nicko terkaget. Kenapa adiknya memakai handphone mommy Dewi untuk menelepon nya? Apalagi ini adalah panggilan video. Jarang sekali Naila melakukan nya dengan Nicko. Mereka memang sering kali tidak rukun. Hanya bertengkar dan bertengkar setiap harinya di mansion Alexander's. "Kamu kenapa pakai handphone mommy? Dimana mommy?" "Kakak jadi ikut ke Bali tidak? Besok kita akan berangkat." Adita membekap mulutnya. Dia sepertinya mengenali suara itu. Tapi Adita tidak mengingat nya sama sekali. "Mommy sedang membantu Daddy mencari sesuatu. Aku sedang berkemas kak. Mommy yang menyuruh aku menelepon kakak." *Pasti Daddy lupa menaruh pengaman rudalnya. Aku yakin, daddy dan mommy akan kemba
Waktu terus berjalan. Sekarang, matahari sudah tepat berada di tengah-tengah. Tanpa condong ke kiri ataupun ke barat. Cahaya panas matahari pun semakin terik. Sejak pagi, Adita masih berada di dalam kamarnya. Tak sedikitpun dia berkeinginan untuk keluar. Hanya berbaring, berguling dan jungkir balik. Sampai pada akhirnya kram perut nya datang membuat Adita diam tak berkutik. Rasa sakitnya melampaui penderitaan dirinya. Kram perut akibat bawaan dari menstruasi. Adita memegangi perutnya dengan erat. Tubuhnya berbaring meringkuk di atas kasur guna mengurangi nyeri yang ada. Keringat dingin pun tak henti-hentinya keluar dari dahi Adita. Wanita itu benar-benar menahan rasa nyerinya. Di tempat lain. Perusahaan Alexander's group tepatnya. Nicko menyenderkan tubuhnya di kursi jabatan nya. Dia merenggangkan otot lehernya yang sedikit pegal karena terus-menerus menatap layar laptop sejak pagi. Dia melihat jam tangannya. "Em, Pukul 12 siang." Dia bergumam. "Apa Adita sudah makan? Apa y
"Aaahhh …" Adita tidak sengaja mendesah kuat. Dia belum menyadari kalau Nicko sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya akibat suara sensual nya yang dia keluarkan begitu saja. Nicko tersenyum. Dia sudah mengerti sekarang. Dengan gerakan yang dapat membangkitkan gairah Adita, Nicko mengusap paha Adita yang hanya memakai hot pants berwarna hitam. Lidahnya kembali menyapu perut Adita. Lagi-lagi Adita mendesah kuat tanpa sadar. *Disaat kau sedang kedatangan tamu bulanan seperti ini, kamu justru semakin menggoda Adita. Sialan!! Apa yang harus aku lakukan?!* Nicko memejamkan matanya. Sambil melakukan tugasnya meringankan sakit perut Adita, dia juga mendengarkan sahutan suara sensual Adita yang sedari tadi keluar masuk telinga nya. Sudah dipastikan telinga Nicko memerah sekarang. Tak henti-hentinya jakun Nicko naik dan turun. *Damn! Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi! Kau sungguh menggoda Adita!* Nicko beralih mengurung Adita di bawah kungkungan nya. Dia melihat mata Adita
Setelah kegiatan yang cukup panas, Adita akhirnya kembali terlelap dalam keadaan tanpa mengenakan busana atasan. Dia tertidur di dalam pelukan hangat Nicko. Skin to skin tadi membuat Adita mengeluarkan tenaganya untuk menahan gejolak hasrat yang sudah menggebu-gebu. Dan pada akhirnya Nicko mengakhiri menggoda Adita. Puncaknya mereka masuk ke dalam alam mimpi sambil berpelukan mesra. Tak terasa, waktu terus berjalan. Matahari pun mulai menggelap. Berganti dengan cahaya rembulan. Perlahan sepasang mata dengan bulu mata lentik hitam mulai terbuka. Alisnya menaut menstabilkan cahaya redup yang baru saja ia lihat. "Kenapa gelap seperti ini?" Nicko menggeser tangannya yang menjadi bantal Adita. Wanita cantik itu masih terlelap. Nicko merilekskan tangannya yang sedikit kaku. Setelah itu, dia berjalan untuk menyalakan lampu kamar. Dia juga menutup jendela kamar. Agar angin malam tidak masuk begitu saja. Nicko duduk di tepi ranjang. Dia membelai rambut panjang Adita. Nicko mendekatkan wa