Beranda / Romansa / DOKTER SETAN / Nama yang Tidak Pernah Dicatat

Share

Nama yang Tidak Pernah Dicatat

Penulis: Reez
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 14:49:18

“Siapa kamu sebenarnya?” tanyaku lirih.

Anak kecil itu memiringkan kepalanya. Senyumnya tidak berubah. Seolah dipahat, bukan tumbuh.

“Aku adalah awal dan akhir dari semua yang kamu sebut ‘kemungkinan.’”

Aku menatap matanya. Tidak hitam. Tidak putih. Tapi kosong. Seperti kertas yang belum ditulisi, atau lembar ingatan yang tak pernah dimiliki siapa pun.

Dia melompat turun dari kursi. Langkahnya nyaris tak bersuara di atas lantai logam yang sekarang tampak seperti cangkang kapal tua—berkarat, lembap, bergaung.

“Kenapa semua ini terjadi padaku?” tanyaku lagi, suara mulai goyah.

Ia berhenti berjalan. Menoleh sebentar, lalu menunjuk ke arah kursi yang tadi kududuki. Kursi itu kini kosong. Tapi yang membuat jantungku berhenti berdetak sesaat—di bawah kursi itu, terbuka pintu kecil, seperti lorong ventilasi.

“Terkadang,” katanya sambil berjalan menuju pintu kecil itu, “jawaban hanya muncul saat kamu cukup kecil untuk masuk ke pertanyaannya.”

Ia masuk. Menghilang dalam kegelapan.

Aku menelan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • DOKTER SETAN   Bukan Diriku yang Kembali

    “Radit...”Suaranya seperti ditarik dari kejauhan, seperti bisikan di balik air. Aku membuka mata. Dunia tampak redup, seperti dilihat dari balik kaca buram yang belum dibersihkan bertahun-tahun.“Radit, kamu dengar aku?”Aku mengenal suara itu. Intan.Namun mataku masih berusaha menyesuaikan cahaya. Siluetnya duduk di samping ranjang, tangan hangatnya menggenggam jemariku. Ia mengguncang sedikit, pelan, penuh harap.“Aku di sini...” bisikku, atau setidaknya kupikir begitu. Tapi tidak ada suara keluar.Aku coba bergerak. Tubuhku berat. Setiap otot seperti terikat, ditambatkan ke ranjang dengan beban yang tak kasat mata. Tapi perlahan, sangat perlahan, satu jari bergerak. Kemudian yang lain. Napasku mulai stabil.Monitor di samping tempat tidur mulai berdenting pelan, nada-nadanya menandakan aktivitas vital kembali.Intan menatapku dengan air mata yang mulai menggenang. “Kamu kembali...

  • DOKTER SETAN   Yang Menyamar Menjadi Aku

    “Siapa kamu?”Suara itu keluar dari mulutku sendiri. Atau setidaknya dari tubuh ini—karena saat aku mencoba bergerak, aku tidak bisa merasakan tanganku. Tidak bisa merasakan detak jantungku. Bahkan, napas pun tidak terasa keluar masuk seperti biasa.Pria di balik pantulan kaca bundar itu tersenyum. Matanya cokelat gelap, persis seperti milikku. Bentuk wajahnya serupa, namun ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Sebuah kehampaan di balik sorot matanya, seolah segala hal tentang menjadi manusia telah dikupas habis dan hanya menyisakan... kulit.“Aku adalah kamu,” jawabnya ringan. “Yang dibuang. Yang kamu tolak.”Aku mencoba menoleh ke sekeliling, tapi ruang ini terlalu sempit, terlalu hening. Tidak ada suara mesin, tidak ada cahaya luar. Hanya tembok kelabu tanpa batas dan meja kayu tua ini.“Kamu bukan aku,” kataku dengan suara pelan namun menekan.“Ah, tapi lihat baik-baik. Kulit in

  • DOKTER SETAN    Rekomposisi

    “Aku harus ke sana,” bisikku, meski belum tahu apa yang menungguku di lorong itu.Ruangan rumah sakit mendadak terasa terlalu terang. Terlalu bersih. Terlalu… palsu.Langkahku terasa berat ketika aku turun dari ranjang. Kakiku dingin menyentuh lantai. Monitor di sebelahku masih berbunyi—tapi datar. Seolah tubuhku masih terbaring di tempat tidur, meskipun aku sudah berdiri.Perempuan tadi tak lagi terlihat. Tapi buku kecil itu masih tergenggam erat di tanganku.“Subjek 0.”Apa maksudnya? Aku tak pernah mendaftar jadi relawan. Aku tak pernah ikut eksperimen.Tapi, ingatan… sulit dipercaya. Bahkan, aku tak bisa lagi mengingat wajah ibu dengan jelas. Atau warna asli mata Intan.Aku melangkah ke pintu.Lorong itu menyambutku dengan cahaya temaram kehijauan. Tidak seperti lampu biasa, lebih menyerupai sinar dari dalam ganggang laut—dingin, hidup, tapi tak ramah.Di dinding tertera tulisan besar:REKOMPOSISI: AKSES TERBATAS. HANYA UNTUK SUBJEK AKTIF.Dan saat kakiku melewati ambang pintu, tu

  • DOKTER SETAN   Nama yang Tidak Pernah Dicatat

    “Siapa kamu sebenarnya?” tanyaku lirih.Anak kecil itu memiringkan kepalanya. Senyumnya tidak berubah. Seolah dipahat, bukan tumbuh.“Aku adalah awal dan akhir dari semua yang kamu sebut ‘kemungkinan.’”Aku menatap matanya. Tidak hitam. Tidak putih. Tapi kosong. Seperti kertas yang belum ditulisi, atau lembar ingatan yang tak pernah dimiliki siapa pun.Dia melompat turun dari kursi. Langkahnya nyaris tak bersuara di atas lantai logam yang sekarang tampak seperti cangkang kapal tua—berkarat, lembap, bergaung.“Kenapa semua ini terjadi padaku?” tanyaku lagi, suara mulai goyah.Ia berhenti berjalan. Menoleh sebentar, lalu menunjuk ke arah kursi yang tadi kududuki. Kursi itu kini kosong. Tapi yang membuat jantungku berhenti berdetak sesaat—di bawah kursi itu, terbuka pintu kecil, seperti lorong ventilasi.“Terkadang,” katanya sambil berjalan menuju pintu kecil itu, “jawaban hanya muncul saat kamu cukup kecil untuk masuk ke pertanyaannya.”Ia masuk. Menghilang dalam kegelapan.Aku menelan

  • DOKTER SETAN   Lantai Tiga Belas

    "Radit... bangun..."Suara itu terdengar lirih, seolah tertiup angin, tetapi cukup kuat untuk menarikku kembali dari jurang kesadaran. Mataku terbuka pelan. Bau antiseptik menusuk hidung, disusul sensasi dingin pada ujung jari dan pergelangan tangan—infus.Aku di ranjang rumah sakit.Namun ada yang janggal. Langit-langitnya terlalu rendah. Cat tembok mengelupas. Tak ada monitor. Tak ada alat bantu medis lain. Hanya aku. Dan keheningan.Aku mencoba bangkit, tetapi tubuhku berat. Otot-ototku menolak. Seperti baru saja diguncang sesuatu yang lebih besar dari mimpi buruk.“Lantai... berapa ini?” gumamku, setengah sadar.Tak ada jawaban. Namun saat menoleh, aku melihat sesuatu yang lebih membuatku ingin pingsan kembali.Kamar ini tidak memiliki pintu.Hanya jendela di dinding, dengan tirai robek melambai pelan, seolah disentuh angin dari dunia yang tak terlihat.Aku berusaha berdiri. Perlahan. Lututku gemetar, tapi cukup kuat menopang. Aku mendekati jendela. Di luar, bukan kota. Bukan pema

  • DOKTER SETAN   Aktivasi

    “Kamu tidak akan suka apa yang terjadi setelah ini.”Suaranya seperti gema dari dalam rongga kosong. Dia—makhluk yang mengenakan wajahku—menatapku tanpa kedip. Bibirnya menyusun kalimat tanpa tekanan emosi, seperti membaca skrip yang sudah ribuan kali diputar dalam ingatannya.“Aku tidak peduli,” kataku pelan, walau bibirku terasa kaku. “Kalau memang harus diakhiri, biar aku yang mengakhirinya.”Dia mengangguk, seolah menyetujui. Tapi kemudian tertawa kecil, nyaris tak terdengar.“Kau pikir ini tentang mengakhiri?”Seketika kursi yang didudukinya melayang ke belakang, masuk ke dalam dinding. Lalu aku merasakan tekanan di pelipis. Sesuatu menusuk ke dalam tengkorak, bukan fisik—tapi seperti memori yang sedang dibongkar dengan paksa. Suara mesin berdengung, naik turun, lalu berhenti di frekuensi yang menusuk gendang telinga.Layar muncul di hadapanku, menggantung di udara.Rekaman hitam putih. Aku—atau versi diriku—berjalan menyusuri lorong rumah sakit tua. Tangannya membawa pisau bedah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status