DOKTER SETAN

DOKTER SETAN

last updateLast Updated : 2025-05-27
By:  ReezUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
14views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Kau bukan siapa-siapa, Radit. Bahkan untuk disesali pun tidak pantas." Kata-kata itu menghantamku seperti palu yang menghancurkan harga diri terakhir yang kupunya. Namun takdir memilih jalan lain. Setelah mati suri di ruang IGD, aku mendadak bisa melihat penyakit sebelum gejala muncul. Bisa menyembuhkan hanya dengan menyentuh. Aku dianggap ajaib, diangkat ke langit, disanjung sebagai harapan baru dunia medis! Sebenarnya, apa yang terjadi?

View More

Chapter 1

Luka di Antara Lampu Neon

“Aku minta maaf, Radit. Tapi kamu bukan tipe laki-laki yang bisa kuandalkan untuk masa depan.”

Kalimat itu menghantam dadaku seperti palu godam yang dipukulkan dengan senyum. Aku menatapnya, Sofia, perempuan yang selama ini kupikir akan bersamaku sampai akhir. Tapi malam itu, di restoran yang tak sanggup kubayar kalau bukan karena voucher promo, semuanya runtuh hanya lewat satu kalimat.

Sofia tidak menunduk dengan rasa bersalah. Justru matanya sibuk melirik ke sekeliling ruangan, mungkin takut ada yang mengenalinya duduk bersama lelaki miskin sepertiku.

“Aku cuma koas,” ucapku perlahan. “Tapi aku punya impian. Aku kerja keras buat masa depan kita.”

Dia tersenyum kecil—bukan senyum bahagia, tapi senyum kasihan. “Kau punya impian, Dit. Tapi aku hidup di dunia nyata.”

Aku meremas ujung meja. Nafasku bergetar, tapi aku tidak ingin membuat keributan. Hanya suara AC dan denting sendok di meja sebelah yang menemani keheningan di antara kami.

Sofia melirik ke arah pintu masuk. Di sana berdiri seorang pria berperut buncit, berkemeja batik mahal dengan jam tangan yang harganya mungkin cukup untuk membayar uang kuliahku sampai lulus. Anwar Fuadi—aku pernah mendengar namanya. Pengusaha properti, duda, dan… hidung belang.

“Aku akan pergi dengannya,” kata Sofia nyaris berbisik, lalu berdiri.

Aku tidak menjawab. Tubuhku seperti tertanam di kursi, beku.

Ketika dia melangkah pergi, aku hanya bisa menatap punggungnya yang menjauh, membawa serta harapan yang kupupuk bertahun-tahun. Aroma parfumnya yang manis masih menggantung di udara, seperti sisa luka yang enggan mengering.

“Maaf, Pak. Mau pesan tambahan?” pelayan menyapaku, menyadarkan aku dari kebisuan.

Aku menggeleng pelan. “Tidak.”

Kakiku lemas saat aku berdiri. Dunia di luar restoran begitu bising—klakson, hujan rintik, dan kehidupan yang terus berjalan, seolah tak peduli ada hati yang baru saja dihancurkan.

Malam itu aku pulang ke kamar kontrakan yang lebih mirip gudang tua. Bau kayu lapuk dan udara lembap menyambutku seperti biasa. Kamar sempit, kasur tipis, dan lampu kuning yang berkedip-kedip. Tapi malam ini, tempat itu terasa lebih kosong dari sebelumnya.

Aku menjatuhkan tubuhku ke atas kasur. Langit-langit retak menatapku diam. Sudah berapa kali aku memimpikan hidup besar dari tempat kecil ini? Sudah berapa kali aku percaya bahwa cinta dan perjuangan cukup untuk membuat seseorang bertahan?

Tanganku merogoh saku dan mengeluarkan selembar foto kecil. Aku dan Sofia, tersenyum lebar di pantai Pangandaran. Aku yang dekil dengan kaus oblong, dia yang manis dengan topi pantai.

Kusobek foto itu pelan. Satu sobekan, dua, tiga. Rasanya seperti menyayat diriku sendiri, tapi aku tak bisa membiarkannya tetap utuh.

Pagi-pagi sekali aku sudah tiba di IGD. Bahkan matahari belum naik sempurna. Aku ingin sendiri. Ingin merasa berguna, meski hanya sebentar.

Aku duduk di bangku pojok, membuka buku catatan. Tapi huruf-hurufnya mengabur. Konsentrasiku hilang.

“Pasien GCS tiga! Trauma kepala terbuka!”

Teriakan itu membangunkanku dari kekosongan. Aku langsung berdiri, bergerak seperti terprogram.

Seorang pria muda didorong masuk, tubuhnya bersimbah darah. Luka menganga di kepala kanannya, parah. Aku melihat tulangnya—tampak jelas dari luka itu. Matanya separuh terbuka, penuh darah.

“Mana dokter jaga?” teriak perawat.

“Belum datang!”

“Aku bantu stabilisasi!” Aku berseru.

Tanganku bekerja cepat—oksigen, tekanan luka, cek pupil. Tapi saat mataku menatap wajah pasien itu, dunia berubah.

Suara-suara mengecil. Warna mengabur. Lalu cahaya—terang, menyilaukan, seperti petir putih meledak di dalam otakku. Aku kehilangan kendali. Tubuhku gemetar.

Aku terjatuh.

Gelap.

Tak seperti malam. Ini gelap total, pekat, kosong. Seperti aku ada di dalam diriku sendiri.

Lalu suara itu muncul.

“Kau kehilangan. Tapi kau akan melihat. Kau akan menyentuh kegelapan mereka dan mengubahnya jadi terang.”

Aku ingin bicara. Bertanya siapa dia. Tapi aku bahkan tak merasa punya lidah.

Cahaya membanjir. Aku kembali.

Aku terbangun di IGD, terbaring di ranjang pasien. Perawat menatapku dengan raut bingung.

“Mas Radit? Astaga, Anda sadar. Anda pingsan tadi. Tapi anehnya... pasien yang luka kepala itu… stabil sekarang. Bahkan lukanya membaik drastis. Dokter jaga bilang itu... nyaris mustahil.”

Aku tak mengerti. Tapi di dalam dadaku ada sesuatu yang berubah. Aku tidak tahu apa, tapi… itu nyata.

Dua hari kemudian, aku kembali bertugas.

Dan entah bagaimana, aku mulai bisa melihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain.

Seorang bapak datang mengeluh pusing. Saat dia bicara, aku melihat urat halus di pelipisnya berdenyut tak wajar. Aku tahu—stroke ringan, dan terbukti saat CT scan keluar.

Seorang ibu datang dengan anaknya. Aku menyentuh bahunya dan seketika tahu ada infeksi paru-paru parah. Aku bahkan bisa mendengar suara napas beratnya dalam pikiranku sebelum ia berbicara.

Aku tidak menebak.

Aku tahu.

Suatu malam, aku menatap wajahku di cermin kamar mandi.

Mataku… berubah. Ada semburat abu-abu, bercampur lingkaran perak samar. Dan refleksi di kaca…

Tersenyum.

Padahal aku tidak sedang tersenyum.

“Apa kau... aku?” bisikku.

Bayangan itu hanya tersenyum lebih lebar.

“Aku adalah dirimu... yang tak pernah kau izinkan hidup.”

Aku mundur, nyaris jatuh. Tapi sesuatu di dalam diriku… justru merasa kuat.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tahu:

Aku tidak lagi sama.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status