Dua jam kemudian, Mike dan Pupe akhirnya tiba di kediaman Aldy yang menjadi markas pertemuan Pupe dengan anggota keluarga. Di dalam rumah, Jefry dan Gisell sudah tiba sejam yang lalu, meskipun baru landing dari Surabaya. Jefry sedang berbincang ringan dengan Aldy dan Sopian yang sejak tadi memangku anak Jefry, Dion. Sedangka para wanita sedang asik bergosip hingga Mbak Zulfa masuk dan berujar penuh semangat.
“Calon pengantin datang!” kata Mbak Zulfa sedikit berteriak.
Semua orang yang sedang asik berbincang seketika terdiam, termasuk Lissa yang sedang menyanyi dan menatap Mbak Zulfa. Melihat semuanya terdiam, Mbak Zulfa kebingungan dan menatap setiap wajah yang berubah aneh baginya.
“Yeeee ... Ante empup dataaaang! Eneng boyeh emam ayam goyeng endesss!” teriak Lissa kegirangan dan membuat semuanya tertawa.
Nisa yang sudah mencerna ucaan Mbak Zulfa langsung melangkahkan kakinya menuju pintu depan. Terlihat matanya menangkap
Mike dan para pejantan lainnya sedang duduk santai di teras belakang dengan kopi yang masih mengepul bersama banyak cemilan yang dibuat oleh Nisa dan Haruna. Ada juga kue yang beli di toko. Para wanita sedang asik berbincang di ruang keluarga sambil menonton tv yang menayangkan film kartun agar anak-anak tenang, terutama Lissa yang sejak tadi sangat genit dan akhirnya bisa tenang setelah menonto tv. Dengan sabar, Aldo dan Dion menemani Lissa yang banyak ulah. Di tengah bincang keluarga, tiba-tiba Mbak Zulfa datang bersama seorang anak laki-laki yang membuntutinya.“Kak Aldo, ada temannya, nih!” seru Mbak Zulfa yang baru melangkah ke ruang keluarga.Sontak Mata Aldo menoleh ke arah datangnya suara dan tersenyum. Dia bangun dari duduknya dan menghampiri pada sosok yang ada di belakang Mbak Zulfa dan memamerkan gigi putihnya .“Alex!” ucap Aldo yang melihat temannya datang. Benar, yang datang berkunjung adalah Alex. Dia mendapat undangan dar
“Ah ....”Terdengar desahan seorang wanita karena merasakan gerakan semakin kasar dan cepat dari pria yang terus bergerak di atasnya. Wanita itu sesekali menggigit bibirnya karena merasakan sakit sekaligus nikmat yang tengah dia rasakan pada daerah pangkal paha yang dia buka sejak sejam lalu. Pria itu terus bergerak dan sesekali mendongak merasakan nikmat yang sedang dia daki.“Ow, Beb!” geram pria itu tanpa menghentikan gerakan pinggulnya yang justru membuat sang wanita semakin meracau.Keringat telah membasahi tubuh keduanya. Penyatuan yang terjadi antara mereka sudah berlangsung sekitar satu jam. Nampak tubuh wanita mengejang karena mencapai klimaks dan disusul erangan pria itu dengan hentakan kasar serta menyemburkan benihnya di luar milik wanita yang nampak puas dalam wajah lelahnya.“Aaahh ...,” desahnya karena mencapai tepian yang begitu melelahkan.Tubuh besar pria itu ambruk di atas tubuh sang w
Di kediaman Bakkas, Ayumi tampak mondar-mandir sambil memanggil nama putra semata wayangnya yang belum terlihat batang hidung sejak sejam lalu. Awalnya, dia pikir putranya tidur setelah menghabiskan semangkuk bakso buatannya. Namun, ketika dia masuk ke kamar, tak ada sosoknya yang tengah tertidur.“Alex ... Alex ... di mana kamu, Nak!” teriak Ayumi sambil menuruni tangga. Tak berapa lama, Mariana yang tengah bersantai di ruang keluarga bersama Eyodor menoleh ke arah datangnya suara. Terlihat Ayumi yang begitu panik menghampiri mereka.“Ada apa, Nak?” tanya Mariana penasaran.“Alex tak ada di kamarnya, Ma!” jawab Ayumi cepat.“Mungkin sedang belajar,” sahut Eyodor.“Tidak, Opa. Ayu sudah ke sana, tapi tetap tak ada. Tadi setelah makan bakso, Alex langsung masuk kamar dan Ayu pikir dia ingin tidur siang, tapi nyatanya kamar itu kosong,” terang Ayumi yang tak bisa menutupi kecemasannya.
Seminggu sudah berlalu dan seminggu lagi, Mike akan mengucapkan janji suci serta menjadikan Pupe sebagai istrinya. Semua persiapan sudah matang di mana proses ijab qobul akan berlangsung di kediaman sederhana Pupe di Bogor. Menjelang hari bahagia yang segera tiba, wajah sumringah Mike terlihat jelas dan membuat Jovan ikut tersenyum ketika mendapatinya sedang bersenandung di ruangannya.Not sure if you know thisBut when we first metI got so nervous I couldn't speakIn that very momentI found the one andMy life had found its missing pieceSo as long as I live I love youWill have and hold youYou look so beautiful in whiteAnd from now 'til my very last breathThis day I'll cherishYou look so beautiful in whiteTonight”&n
Di Bogor, Pupe sudah mulai menjalankan proses pingitan, di mana sang calon pengantin tak dibolehkan keluar rumah, apalagi bertemu calon suaminya selama waktu yang ditentukan. Adat tersebut biasanya dilakukan bagi pasangan pengantin yang menggunakan tradisi adat Jawa. Biasanya, keduanya tidak boleh bertemu sampai acara pernikahan tiba. Tradisi ini wajib dilakukan oleh pengantin yang menikah dengan adat Jawa. Tetapi, banyak juga pengantin yang melakukan pingitan meski tidak menggunakan adat tersebut saat menikah.Selain itu, saudara kembar dari almarhum ayah Pupe sudah datang berkunjung untuk memastikan segala urusan yang berkaitan dengan kelengkapan pernikahan telah rampung. Dia sangat bahagia karena anak satu-satunya saudara kembar dia segera menikah dan sempat terkejut karena calon suami berasal dari kalangan orang kaya yang terdengar tak wajar memilih Pupe dari kalangan orang biasa.“Pe, kamu jangan ada keluar rumah selama dipingit,” ujar Farhat yang seda
Viona melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju ruang keluarga di mana Alice tengah menonton tv. Berjalan cepat Viona terus saja mengumpat tak jelas dan membuat seorang pembantu di rumahnya sembunyi guna menghindar karena tak ingin menjadi sasaran kemarahan Viona yang siap meledak. Alice yang melihat Viona berkata kasar mengerutkan kening karena bingung sekiranya berita apa yang dibawa Viona. Dia mendudukkan tubuhnya kasar ke sofa sambil meletakkan handphone miliknya ke meja. Alice menatap gerak-gerik Viona dan berujar."Kamu kenapa, sih, masih siang sudah marah-marah?" tanya Alice pada Viona yang kini menatapnya kesal."Aku kesal, Ma. Kesal banget malah!" sahutnya cepat, tapi tak jelas apa maksudnya dan membuat Alice semakin penasaran."Kesal kenapa lagi kamu, huh?" ucap Alice dengan suara terdengar tak tertarik."Barusan aku dapat kabar kalau Mike akan melangsungkan pernikahannya minggu depan!" jawab Viona geram dengan wajah teramat kesal."APAAA?" seru Alice
Haruna sedang duduk sambil menggerakkan jari-jari lentiknya di sebuah papan ketik laptop yang dia bawa ke teras belakang di kediamannya. Baru setengah jam yang lalu dia melakukan video call pada ayahnya, Reyhan. Saat ini dia berada di Jerman dan mengabarkan akan datang ke Jakarta pada hari kamis pagi bersama ibunya, Maureen, untuk menghadiri pernikahan Mike dan Pupe. Setelahnya, Haruna terpaksa melanjutkan pekerjaan kantor karena ada beberapa dokumen yang belum selesai dan harus dia kerjakan agar bisa diserahkan pada Aldy esok hari. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Haruna berencana akan ke grosir untuk membeli beberapa kebutuhan bulananya yang sudah habis seperti pembalut dan lotion. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 3 sore dan pekerjaan Haruna akhirnya selesai.“Akhirnyaaaaaa ... selesai juga!” gumamnya lega melihat pada layar sebuah lembar kerja yang sudah tersusun rapi hasil dari sepuluh jarinya yang menari-nari.Tangannya dengan cepat mematikan
Tenggorokkan Franda tercekat, Nafasnya memburu dengan degup jantung yang berdetak kencang dan susah dikendalikan olehnya. Sangat jelas, kepala Franda menggeleng pertanda dia mengerti dan menolak keras ucapan Wiwik barusan.“Kaubicara apa, huh?” kata Franda seolah tak paham dengan kalimat Wiwik barusan.“Kurasa semua sudah jelas, Mas. Tak usah dipaksakan. Aku tak akan menjadi duri dalam daging antara kau dan Via. Kalian saling mencintai dan sudah lama bersama. Aku hanya orang baru bagimu. Semua juga terjadi hanya karena perjodohan keluarga kita, bukan karena cinta,” tutur Wiwik panjang lebar dan tak ingin menutupi apa yang dia rasakan kini serta menjadi bebannya.“Tidak semudah itu kita membatalkannya, Wik!” sungut Franda.“Tentu mudah. Kita akan katakan pada keluarga jika tak saling cinta. Kalau perlu biar aku saja yang akan mengatakannya pada Ayah dan Ibu. Bagaimana?” ucap Wiwik yakin tanpa senyum terukir d