Share

Bab 6. Bimbang

Nicholas hanya bisa menggeleng saat Virgo menarik tangan Alissa secara kasar menuju mobil mereka. Ia ingin menolong, tetapi Tuan Erwin langsung mencegah. "Jangan! Kau akan menambah masalah jika mendekat!" Pria separuh baya itu menggeleng tegas.

"Mas, pelan-pelan kenapa sih?" protes Alissa saat Virgo mendorong tubuhnya dengan kasar hingga kepalanya terbentur ujung sandaran sofa.

"Heh, kau berkata seperti itu setelah membuatku marah?" Virgo mendekatkan wajahnya pada wajah Alissa lalu tersenyum menyeringai. "Sudah kukatakan jangan pernah mendekati laki-laki manapun!"

"Aku tidak mendekati Mas, tapi tidak sengaja berdekatan karena dia menolongku. Lagipula dia itu atasanku dimana memang harus dekat karena kami bekerja di tempat yang sama. Untuk yang tadi kalau tidak ada Tuan Nicholas pasti aku sudah terjatuh tadi."

"Diam! Jangan pernah sebut namanya lagi di hadapanku, aku muak!"

"Sebenarnya ada masalah apa kau dengannya?" Alissa takut kejadian malam sebelumnya saat dia bersama Nicholas sudah diketahui oleh sang suami.

"Masalahnya hanya satu, kau seolah membuat semua orang merasa aku tidak perhatian denganmu dan dia yang pantas menjadi pendampingmu!"

Alissa membelalak, sesaat kemudian kembali membuka suara. "Biarkan saja, jangan dengarkan kata orang yang penting aku–!"

Plak!

Sebuah tamparan melayang dan mendarat di pipi Alissa hingga pipi itu langsung meninggalkan bekas merah di pipi yang satunya. Lengkap sudah pipi kanan kena tampar ibu mertuanya dan pipi kiri oleh suaminya sendiri.

"Arrgh!" Alissa meringis sambil mengusap pelan pipinya.

"Kenapa kamu akhir-akhir ini berubah kasar seperti ini sih, Mas? Kamu seperti bukan Mas Virgo yang aku kenal."

Virgo tidak menjawab, dia membanting pintu mobil hingga menimbulkan bunyi yang keras dan membuat Alissa terlonjak kaget. Setelah itu ia memutar langkah dan duduk di kursi kemudi. Menghidupkan mesin mobil lalu tancap gas sebelum Alissa sempat memasang sabuk pengaman.

Dalam perjalanan pulang, Virgo tak henti-hentinya mengendarai mobil dengan kecepatan penuh sedangkan matanya menatap datar ke depan dengan sorot mata penuh emosi, tak perduli Alissa sampai berteriak minta berhenti dengan air mata yang berderai karena ketakutan. Dahinya sampai beberapa kali terbentur dasboard mobil dan badannya terpental dari tempat duduknya. Alissa hanya bisa pasrah dengan kemarahan Virgo dan memilih menutup wajah dengan kedua tangan agar tidak lagi melihat bagaimana cara berkendara Virgo yang hampir menabrak beberapa pengendara yang lewat di depannya.

Tidak sampai 1 jam mereka sudah sampai di rumah. Setelah mobil memasuki parkiran, pria itu langsung turun dari mobil dan menghempaskan pintu mobilnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah dengan terburu-buru tanpa memperdulikan sang istri yang masih menangis ketakutan di dalam mobil.

Alissa menyukai air mata lalu turun menyusul sang suami masuk ke dalam rumah. Alissa menghampiri Virgo yang duduk di sofa dimana sang suami duduk sambil memijit pelipisnya.

"Mas maafkan aku, aku harap kamu jangan marah lagi. Apapun akan aku lakukan agar kamu tidak seperti ini. Aku takut Mas jika kamu bersikap kasar seperti tadi," ucap Alissa, wajahnya menunduk dengan posisi berdiri di depan suami dengan tangan yang saling meremas dalam kondisi masih gemetar. Alissa masih tidak berani melihat wajah sang suami yang sedari tadi merah padam.

Virgo menghela nafas panjang sebelum akhirnya menatap wajah sang istri dan mendesah.

"Duduklah!" Perintahnya sambil menepuk sofa di samping ia duduk hingga membuat sang istri langsung duduk di dekat suaminya.

"Lain kali jangan ulangi lagi, sikapmu yang membiarkan pria lain menyentuh dirimu membuat aku merasa dipermalukan di depan orang banyak."

Alissa mengangguk masih dengan wajah yang menunduk. Virgo memegang dagu Alissa dan mengangkatnya hingga posisi wajah mereka saling bertatapan. Alissa yang tak kuasa melihat tatapan Virgo akhirnya memejamkan mata.

"Bikinkan makan malam, aku lapar gara-gara belum sempat makan berat di pesta tadi!"

Alissa mengangguk cepat lalu melepaskan pegangan tangan Virgo dan buru-buru pergi ke dapur. Di sana ia langsung membuatkan spaghetti untuk sang suami. Tidak sampai setengah jam Alissa datang dengan sepiring spaghetti dan air putih di tangan. Ia segera meletakkan pada meja di depan Virgo.

"Sudah siap Mas, silahkan dimakan! Aku mau ke kamar dulu untuk mandi dan berganti pakaian," pamit Alissa dan setelah melihat anggukan Virgo ia segera bergegas ke dalam kamar. Meraih handuk dan beranjak ke dalam kamar mandi. Belum sempat ia masuk, matanya lalu berakhir pada kalender yang tergantung di dinding sebelah kamar mandi.

Ia membeku melihat coretan merah di tanggal yang sama dengan sekarang di bulan sebelumnya.

"Harusnya sekarang tanggal aku menstruasi." Pikiran Alissa menjadi kacau kala mengingat dirinya belum datang bulan.

"Bagaimana kalau aku hamil anak Tuan Nicholas?" Pandangannya menatap kosong ke depan. Kalau sampai hal itu terjadi hidupnya pasti kiamat, apalagi Virgo sudah lama tidak memberikan nafkah batin padanya.

"Ya Tuhan semoga nanti atau besok. Bukannya jam menstruasiku memang tidak pasti, ya? Ya, mungkin nanti tengah malam baru datang bulan." Alissa mencoba berpikir positif agar dirinya tidak semakin parno sendiri.

Alissa langsung masuk ke dalam kamar mandi, melepaskan gaunnya yang basah lalu mengguyur tubuh dengan air dari shower. Berharap setelah ini pikirannya ikut adem seiring sentuhan lembut air yang mengenai tubuhnya. Sayang, saat tetes-tetes air itu menyentuh tubuh, pikirannya malah kembali pada saat-saat dirinya mandi setelah tidur dengan Nicholas.

"Ah pikiran itu! Kenapa selalu menggerogoti otakku? Apa karena dosaku pada Mas Virgo, haruskah aku jujur?" Alissa terdiam sejenak. Kepalanya serasa ingin meledak. Ia langsung menggeleng tatkala mengingat sikap Virgo yang menyeramkan tadi.

"Tidak, Mas Virgo tidak boleh tahu, biarlah ini akan menjadi rahasia seumur hidupku." Alissa menyambar handuk lalu melilitkan pada tubuhnya. Segera ia keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Ia mengoleskan sedikit make up lalu kembali ke sisi Virgo.

"Belum habis Mas, apa tidak enak?" Dengan perlahan Alissa duduk. Virgo mengangkat wajah dan memandang sang istri.

"Kau juga belum makan, bukan?" Alissa menggeleng lemah dan Virgo langsung menyuapi Alissa dengan sisa spaghetti di piring.

"Tidak usah Mas, biar Alissa makan roti saja, nant–"

Belum sempat Alissa melanjutkan kalimat penolakannya, Virgo langsung memasukkan garpu berisi spaghetti ke mulut sang istri hingga membuat Alissa terkejut dan tersedak.

"Uhuk-uhuk!" Alissa segera meraih ceret dan menuang air dalam gelas dan meneguknya hingga tandas.

"Kata orang, kalau istri makan sisa suami, maka dia akan menurut pada suaminya."

Penjelasan Virgo membuat Alissa menatap wajah sang suami tidak percaya, lalu mengangguk pasrah. Tak ingin menambah masalah, Alissa pun mengunyah spaghetti yang disuapi suaminya.

"Bagus," ucap Virgo senang karena Alissa menelan makanan sisa darinya. Pria itu menyuapi kembali dan Alissa terus saja menurut meski cara Virgo menyuapi sama sekali tidak ada romantis-romantisnya, bahkan terkesan kasar.

Setelah spaghetti habis, barulah Virgo mengambil gelas berisi air dan minum air putih tanpa ditandaskan isinya. Ia kembali memberikan sisanya pada Alissa.

"Minumlah!"

Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Alissa hanya menurut keinginan sang suami karena takut dimurkai.

Selesai, Virgo meletakkan gelas bersanding dengan garpu di atas piring juga gelas bekas minum Alissa sendiri.

"Kenapa wajahmu pucat? Apa kau sakit?" Virgo mengusap-usap pipi Alissa dengan jari telunjuknya. Alissa meringis karena sentuhan itu menimbulkan rasa perih. Namun, ia mencoba menahannya.

"Sudah lama ya, kita tidak melakukan hubungan suami istri?"

Wajah Alissa bertambah pucat sebab Virgo menyinggung masalah nafkah batin. Sesuatu yang diharapkan sedari dulu kini tidak lagi akibat kebimbangan yang tercipta. Alissa takut di tubuhnya ada benih Nicholas dan malah bercampur dengan benih Virgo sehingga kalau hamil akan membingungkan anak siapa yang dirinya kandung.

"Tapi bukannya ini justru malah bagus? Mas Virgo akan menganggap ini anaknya terlepas anak ini adalah benihnya atau bukan," batin Alissa. Ia memejamkan mata tatkala Virgo mendekatkan wajah dan mengikis jarak. Saat sedang fokus mencium wajah sang istri, tiba-tiba ponsel Virgo berdering.

"Ah, siapa sih yang ganggu?!" kesal Virgo sambil menyambar ponsel dan berdiri.

"Halo!"

"Halo Mas perutku tiba-tiba kram, ini sakit banget Mas, auw–"

"Aku segera ke sana!" Virgo langsung mematikan sambungan telepon dan pergi begitu saja dengan mengabaikan Alissa. Untuk kali ini Alissa menghela nafas lega dengan kepergian suaminya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status