Share

Bab 5. Angin Segar

Setelah menelpon Alissa, bukannya bersiap-siap Nicholas malah kembali merebahkan tubuh dan memejamkan mata.

Berbeda dengan Nicholasl, Alissa malah tidak bisa tidur. Setelah mendapatkan perlakuan kasar dari mertua, kini dia juga harus menuruti perintah sang atasan. Rasanya berat, tetapi dia bisa apa?

"Argh kalau bisa rasanya aku ingin kabur saja dari bumi ini."Alissa mendesah kasar. Ia menatap wajah lewat cermin dimana bekas tangan Rahma masih tercetak jelas di sana.

Perempuan itu bangkit dari duduknya dan memeriksa keluar. Ternyata Virgo dan mertuanya sudah tidak ada di rumah itu.

"Ah syukurlah mereka ternyata pergi!" Alissa pun bersiap-siap agar saat Nicholas sampai, tidak harus menunggu terlalu lama. Dia juga butuh waktu lebih untuk memoles wajahnya agar bekas tangan Rahma tertutup sempurna oleh make up. Nyatanya, hampir satu jam menunggu di depan rumah, Nicholas belum kunjung tiba, padahal Alissa sudah memaksakan diri bersiap-siap dengan cepat.

"Ah, tahu gini aku makan dulu," desisnya.

Nicholas membuka mata tatkala jam dinding di ruang tengah berdentang 8 kali dan suaranya mengusik gendang telinga. Pria itu mengucek mata sebelum akhirnya duduk dan menatap jam dinding di kamar untuk memastikan, dan reaksinya langsung kaget kala mengingat janjinya dengan Alissa.

Nicholas menyambar handuk dan masuk kamar mandi. Selesai, ia berganti pakaian dan bersiap-siap pergi ke pesta. Setelah itu mengendarai mobilnya dengan kencang.

"Satu jam, nyatanya sampai lumutan nggak datang-datang," gumam Alissa. Nicholas mengerutkan kening. Ternyata Alissa pandai menyindir.

"Masuk!"

Tanpa banyak bicara Alissa langsung masuk ke mobil dan duduk di samping Nicholas. Mobil melaju kencang di jalanan dalam keterdiaman keduanya. Saat memasuki ruangan pesta seseorang memanggil nama Nicholas. Pria tambun mendekat, langsung membahas masalah bisnis dengan Nicholas.

"Tuan, saya masuk duluan," pamit Alissa karena lelah berdiri terus di samping Nicholas. Pria yang diajak bicara itu mengangguk dan Alissa langsung melempar senyum. Senyum yang merekah di bibir manis Alissa membuat Nicholas langsung berkelana dengan kejadian semalam, dimana dia sudah mereguk manisnya. Andai bisa, ia ingin mengulang kembali momen semalam, tentu saja dalam keadaan yang sama-sama sadar.

"Ah apa yang aku pikirkan?" Nicholas menggeleng untuk menyingkirkan pikiran kotor. Sejak tidur dengan Alissa, otaknya menjadi mesum. Ia kembali fokus dengan pria yang sedari tadi mengajaknya bicara.

"Alissa kau juga datang kemari?" Virgo kaget dan sedikit mendorong seorang wanita yang dari tadi digandeng olehnya.

"Iya Mas aku juga diundang." Tak ingin memperpanjang pembicaraan Alissa memilih berbohong.

"Yasudah kita ke sana yuk!" Virgo tersenyum sambil menggandeng tangan istrinya. Dari luar pintu Nicholas melihat Alissa dan mengerutkan kening. Ia segera mengakhiri pembicaraan dan menyusul ke dalam.

"Hai Nik, apa kabar?" Virgo menyodorkan tangan ke hadapan Nicholas, sayangnya Nicholas enggan menjabat tangan Virgo karena kesal telah menggangu wanitanya.

"Baik." Suaranya terdengar ketus.

"Kapan kamu kembali dari luar negeri?"

"Belum lama." Nicholas melirik tangan keduanya yang tertaut.

"Begitu ya? Oh ya, perkenalkan, ini istri saya ... Alissa, waktu kami nikah kamu sudah berangkat ke Eropa ya? Jadi belum sempat hadir ataupun sekedar kenalan."

Deg.

Perasaan Nicholas langsung tidak nyaman.

"Oh ya?" tanya Nicholas dengan begitu santai padahal dalam hati ia sangat kecewa menyadari kenyataan. Ia terpaksa mengulurkan tangannya ke depan Alissa. Alissa yang masih menunduk tidak merespon hingga Virgo menyenggol dengan bahunya.

"Ah, iya Mas?" tanya Alissa gugup.

"Perkenalkan dia Niko, kakak sepupuku," ucap Virgo membuat Alissa langsung melirik Nicholas yang masih terlihat syok. Alissa baru mengerti bahwa Nicholas benar-benar tidak tahu bahwa dirinya adalah istri dari adik sepupunya sendiri.

"Dia atasanku Mas, dia yang mengajak aku kemari," jelas Alissa untuk menghindari salah paham ke depannya. Tangan Nicholas yang menggantung di udara, pria itu tarik kembali karena Alissa telah memilih jujur.

"Oh ya? Jadi sekarang kamu yang mengambil alih jabatan paman?" Virgo kaget. Nicholas mengangguk.

"Maaf, saya harus ke toilet sebentar. " Lirikan Nicholas yang tidak biasa membuat Alissa ingin buang air kecil.

"Hem," sahut Nicholas dengan seulas senyuman manis padahal hatinya sangat hancur.

"Perlu saya antar," lirihnya sambil melirik pada Virgo yang malah fokus melirik ke arah lain dan seperti memberi kode.

"Hmm, tidak perlu," jawab Alissa canggung.

"Aku tinggal sebentar ya, Mas," Pamitnya kemudian pada Virgo. Sang suami menatap Alissa lalu mengangguk.

"Aku ke sana dulu!" Nicholas menepuk bahu Virgo lalu menuju Tuan Erwin dan keluarga. Setelah mengucapkan selamat, dia dipersilahkan untuk menikmati hidangan.

Nicholas mengambil minuman lalu meneguk hingga tandas. Saat ia ingin meraih kue untuk disantap, pandanganya lalu teralihkan pada wanita yang tadi sempat dilirik oleh Virgo. Wanita itu kini berjalan ke arah adik sepupunya yang tampak menikmati hidangan. Nicholas menaruh kembali kue tersebut di atas piring dan pandangannya fokus menyorot pada wanita yang berjalan dengan anggun meskipun perutnya terlihat buncit.

"Mas, aku tak suka diabaikan seperti ini." Wanita itu langsung bergelayut manja pada lengan Virgo. Nicholas masih terus menatap mereka dengan rasa penasaran.

"Kalau benar Alissa istri Virgo lalu siapa wanita itu?" batinnya, pikiran berjalan, tetapi matanya terus fokus menatap dua manusia berlainan jenis itu sambil berpikir keras hingga membuat sebuah guratan di dahi Nicholas tercetak.

"Anak ini nggak bisa jauh-jauh dari kamu loh, Mas." Perempuan di samping Virgo mengusap perutnya lalu memeluk Virgo dari belakang, bahkan beberapa kali mencium kening Virgo.

"Astaga!" Kali ini Nicholas syok melihat kejadian itu, lebih syok dari saat mengetahui bahwa Alissa sudah bersuami.

"Artinya Virgo mengkhianati Alissa, kurang ajar sekali dia mempermainkan wanita. Sepertinya dia harus diberi pelajaran." Nicholas mengepalkan tangan. Saat Virgo menoleh ke arahnya dia pura-pura tidak melihat.

Sementara itu Alissa yang berada di ambang pintu tertegun melihat banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Dia berpikir apakah ada yang salah dengan penampilan dirinya kali ini. Dia yang pikirannya mendadak kacau karena menjadi pusat perhatian orang banyak, langsung tidak bisa fokus, sehingga saat melanjutkan langkah tak sengaja menyenggol bahu seorang pelayan yang lewat di depannya. Minuman yang berada di dalam nampan tumpah mengenai gaun Alissa beserta lantai.

"Ah, maafkan aku," sesal Alissa yang memang tidak sengaja. Saat ia menunduk untuk membantu pelayan membereskan pecahan gelas, kakinya malah menginjak gaun yang dikenakan dan terpeleset.

"Auw!" serunya sambil berusaha menahan keseimbangan tubuh. Kakinya terkena pecahan gelas dan terluka.

Nicholas berlari dan menangkap tubuh Alissa hingga Alissa berada dalam dekapannya. Alissa mendongak, menatap wajah Nicholas dan sebaliknya. Untuk sesaat pandangan mereka bertemu. Sedetik kemudian Alissa mengerjapkan mata dan langsung melepaskan diri dari pangkuan Nicholas.

"Terima kasih atas pertolongannya Tuan," ucap Alissa dengan suara gugup, tangannya dengan cepat mengusap-usap baju yang basah lalu berjongkok dan menarik pecahan kaca yang menancap di kaki dengan wajah meringis.

"Bajumu basah," ucap Nicholas sambil melepaskan jas yang yang melekat di tubuhnya dan memakaikan pada Alissa. Sekali lagi Alissa mengucapkan terima kasih.

"Nanti jasnya akan saya kembalikan di kantor," ucap Alissa sambil bersedekap dengan posisi menunduk.

"Coba aku lihat lukamu!"

"Tidak usah Tuan, hanya luka kecil saja." Alissa mencoba tersenyum untuk menghalau kegugupannya.

"Wah itu baru yang namanya pasangan romantis."

"Sepertinya mereka saling menyayangi."

"Iya ya, mereka cocok ya, kenapa Tuhan tidak menjodohkan mereka saja?"

Entah karena tidak tahu bahwa Alissa adalah istri Virgo atau malah justru karena tahu Virgo mengkhianati istrinya, beberapa tamu undangan yang kesal malah mendukung Nicholas dengan Alissa.

”Seperti pangeran dan permaisuri, yang satu cantik, dan yang satu gantengnya nggak kaleng-kaleng," ucap salah seorang dari mereka lalu terkekeh.

Mendengar ocehan orang-orang yang seakan mau menjodohkan Alissa dengan kakak sepupunya, Virgo langsung menghempaskan tangan Desi dan berjalan cepat ke arah Alissa dengan mata memerah menahan amarah. Sampai di sisi Alissa, Virgo langsung menarik tangan Alissa ke luar ruangan.

"Buka jasnya!" perintah Virgo dengan nada suara kasar.

"Tapi Mas–"

Bukan maksud ingin membantah perintah Virgo, tetapi Alissa tidak ingin orang-orang melihat lekuk tubuhnya yang tercetak begitu jelas akibat gaun yang basah, terutama di bagian dadanya. Apalagi saat menyadari Virgo sendiri tidak memakai jas ataupun jaket di luar kemejanya yang bisa menggantikan milik Nicholas.

"Tidak ada tapi-tapian!" bentak Virgo sambil menarik paksa jas Nicholas dari tubuh sang istri hingga Nicholas sangat kaget dengan sikap Virgo yang mendadak kasar.

"Aku tidak ingin ada bau tubuh laki-laki lain di tubuhmu," jelas Virgo setelah berhasil melepaskan jas milik Nicholas.

Alissa tidak lagi bicara sepatah katapun. Ucapan Virgo mengingatkan dirinya pada malam terlarang dengan Nicholas. Dalam hati berpikir kalau sampai Virgo tahu akan hal itu maka sudah dipastikan suaminya akan lebih murka dari saat ini.

"Terima kasih atas bantuannya, lain kali kalau masih ada aku tidak usah membantu istriku," ujar Virgo sambil mengembalikan jaket Nicholas pada kakak sepupunya dengan cara melempar kasar. Tatapan yang tadinya ramah kini menyiratkan aura permusuhan.

"Ternyata dia bisa cemburu juga," batin Nicholas dengan senyum meremehkan.

"Kita lihat saja nanti apakah Alissa bisa bertahan dengan pria sepertimu," ujar Nicholas dalam hati.

Pengkhianatan Virgo pada Alissa seperti angin segar bagi Nicholas untuk merebut Alissa dari tangan suaminya. Baginya lelaki seperti Virgo tidak pantas mendapatkan istri seperti Alissa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status