Miranda segera merapikan barang-barangnya di kamar mess yang disediakan oleh yayasan Mentari Bunda untuknya dan Mahesa. Di dalam ruangan kamar itu terdapat dua buah kasur berukuran kecil, satu buah lemari pakaian, meja dan kursi kerja serta satu buah kamar mandi di dalam. Miranda tak heran mengapa ada dua kasur, tadi Ridwan sudah menjelaskan bahwa satu kamar ini seharusnya memang di huni oleh dua orang.Dengan posisi kasur yang terpisah seperti ini, Miranda akan mengajarkan Mahesa untuk mulai tidur sendiri. Artinya tak lagi satu ranjang denganya, harapanya Mahesa bisa lebih mandiri ke depanya.Sprei di kasur tersebut juga sudah diganti baru jika dilihat dari penampakanya yang bersih dan beraroma harum. Saat Miranda membuka lemari untuk memasukan baju-bajunya, ternyata telah disediakan juga stok sprei sebagai pengganti apabila yang dipakai kotor. "Semuanya diperhatikan sedetail itu" ucap Miranda pada dirinya sendiri."Mahe, ayo bersihkan diri dulu sebelum istirahat" Ucap Miranda pada a
Miranda merasa sedikit gugup hari ini. Ini adalah hari pertama dirinya mengajar TK di Yayasan Mentari Bunda milik Om Samuel. Waktu untuk mengajar Miranda di mulai pukul delapan pagi, namun Miranda sudah bersiap sejak pukul tujuh. Ia juga sudah membantu Mahesa bersiap untuk mulai masuk daycare per hari ini. Kemarin Miranda sudah menyelesaikan masalah administrasi pendaftaran daycare bagi putranya, untuk pembayaranya akan Miranda berikan setelah ia mendapatkan gaji. Sebenarnya Miranda mempunyai sedikit uang, namun uang tersebut Miranda anggarkan sebagai biaya hidup selama dirinya belum menerima gaji. Sedangkan Tommy dan Ratna sebenarnya juga tak sega membantu dirinya, namun Miranda merasa sudah terlalu banyak merepotkan sahabat-sahabatnya itu. Inilah waktunya Miranda untuk hidup mandiri, menata hidup dan mengumpulkan tabungan dengan keringat sendiri agar bisa membuktikan pada suami dan mertuanya bahwa dirinya bisa hidup tanpa mereka. Miranda sudah mengetahui bahwa nama partnernya adal
Pukul dua belas siang akhirnya Miranda dan Amanda selesai mengajar. Murid-murid TK A dan TK B sudah pulang dijemput oleh wali murid masing-masing.Hari ini Miranda dan Amanda berkolaborasi mengajar dua kelas sekaligus, yaitu kelas TK A dan TK B."Oh iya Mir, habis makan siang kita di panggil oleh Bu Niken" Kata Amanda pada Miranda, di luar kelas mereka memang sepakat untuk menyebut nama masing-masing tanpa tambahan Ibu dengan tujuan agar lebih akrab."Eh, ternyata Bu Niken juga wa aku untuk ke ruanganya sehabis jam istirahat" Kata Miranda"Nanti barengan aja yah ke Bu Nikennya" Ucap Amanda"Oke" Miranda menyetujui usulan rekan kerjanya. Mereka pun segera meninggalkan ruang kelas menuju ke arah tujuan masing-masing. Amanda hendak menuju kantin untuk makan siang, walaupun sudah membawa bekal, namun Amanda biasanya membeli minum atau sekedar membeli lauk tambahan untuk makan siang di kantin sekolah. Sementara Miranda berniat ke ruangan daycare di mana Mahesa dititipkan, ia ingin melihat
"Bu, mohon ijin Amanda untuk menyampaikan pendapat" Ucap Amanda sopan "Silahkan" "Kalau menurut Amanda, formasi mengajar seperti saat ini sudah bagus Bu, karena dengan adanya Miranda artinya di kelas ada dua guru. Mengajar anak TK memang berbeda dengan mengajar anak sekolah SD, mereka masih terlalu kecil sehingga kami sebagai guru harus memberikan pengawasa yang ekstra pada para murid. Nah jika satu kelas ada dua orang guru hal ini akan memudahkan kami mengawasi murid-murid. Begitu pendapat Amanda Bu Niken" "Hm, begitu, bagaimana menurut Miranda?" Tanya Bu Niken ingin mendengar pendapat Miranda juga. Walaupun baru sehari mengajar, Bu Niken berharap Miranda juga punya pendapat yang bisa disampaikan. "Karena saya masih baru dan masih butuh banyak belajar, saya sependapat dengan Amanda Bu. Sepertinya akan lebih optimal jika satu kelas diisi oleh dua guru" Ucap Miranda Bu Niken tersenyum mendengar pendapat dari dua guru TK yang bekerja pada Yayasan yang dipimpinya. Miranda dan Amanda
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa Miranda sudah dua tahun mengajar di Yayasan Mentari Bunda. Yayasan tersebut telah berkembang pesat, terlihat dari banyaknya peminat. Murid yang mendaftar di tahun ajaran baru pun benar-benar di luar bayangan Miranda. Sampai-sampai Yayasan merekrut banyak guru dan staf baru demi meningkatkan kualitas pendidikan.Berkat kegigihannya dalam bekerja, Miranda kini telah diangkat menjadi wakil kepala sekolah yang membantu Bu Niken. Miranda memang cepat beradaptasi dan tak ragu untuk mempelajari banyak hal baru sehingga kemampuanya dalam mengajar peserta didik layak diacungi jempol. Di luar jam mengajar, Miranda juga masih tetap rutin menulis artikel untuk menambah penghasilan. Kini keuanganya telah jauh lebih baik dari sebelumnya.Miranda baru selesai mengajar ketika ia melihat sebuah mobil mewah memasuki area pelataran sekolah. Miranda berfikir mungkin orangtua murid yang akan mendaftarkan putra-putrinya di sekolah tersebut, mengingat pendaftaran muri
"Maafkan aku Mas Raja, aku tak bisa lagi bersamamu" Ucap Miranda pada suaminya Rajasa, ia memandang ke arah taman di resort tempat Rajasa menginap. Pikiran Miranda berkelana ke masa lalu di mana dirinya benar-benar diperlakukan seperti pembantu oleh orangtua Rajasa. Sementara perasaan Rajasa seakan runtuh seketika mendengar jawaban dari wanita cantik yang sebenarnya masih berstatus istrinya. Rajasa terdiam, ia juga kehilangan kata-kata untuk disampaikan pada Miranda. Setelah tadi harapanya seolah mulai tumbuh, namun saat ini justru kebalikanya. "Mir, boleh aku tanya sesuatu tentang hatimu?" Rajasa memegang tangan Miranda yang ada di meja, namun Miranda segera menarik tanganya agar lepas dari genggaman Rajasa. "Tanyakanlah Mas!" Miranda menjawab dengan datar "Bagaimana perasaanmu padaku? Masih adakah sedikit cinta untukku saat ini?" Rajasa berharap istrinya masih mencintainya, setidaknya setitik cinta untuknya sehingga rumah tangganya masih ada harapan untuk diselamatkan. Bukanya m
3 tahun yang lalu "Alexa berhentilah minum alkohol, ingat kamu sedang hamil!" Rajasa menasihati istri keduanya yang baru pulang dini hari dalam keadaan mabuk. Tentu saja Alexa yang dalam kondisi mabuk berat tak meresponya. Seperti biasa Alexa diantar oleh temanya dalam kondisi mabuk berat pada dini hari. Hal ini sebenarnya membuat Rajasa mulai jengah dengan perilaku istrinya. Rajasa menggendong tubuh Alexa yang lemas karena terlalu banyak minum-minuman keras menuju kamarnya. "Kamu tidak pernah peduli padaku Rajasa, kamu hanya peduli pada anak dalam kandunganku, sedangkan aku tak peduli sedikitpun pada anakmu!" Ucap Alexa, ia meracau dengan senyum menyeringai saat Rajasa membaringkan tubuhnya di ranjang. "Aku tak peduli, aku tak peduli dengan bayi ini Rajasa! Kamu jahat, kamu tak pernah mencintaiku" Alexa masih meracau bahkan berteriak marah dalam kondisi tak sadar, matanya terpejam dan tubuhnya pun lemah karena ia mabuk berat. Rajasa melotot mendengar kata-kata istrinya. Satu sisi
Dokter Luthfi keluar dari ruang operasi di mana Alexa melahirkan secara saecar. Rajasa spontan menghampiri dokter Luthfi diikuti dengan ibu dan kedua mertuanya."Bagaimana kondisi istri dan anak saya dok?" Tanya Rajasa tak sabar. Rasa panik dan khawatir yang sedari tadi dirasakan Rajasa membuatnya ingin segera mengetahui kondisi Alexa dan bayinya.Dokter Luthfi melepas maskernya, wajahnya terlihat lelah seperti habis mengerjakan pekerjaan yang rumit di ruang operasi tadi. Hal ini semakin menambah khawatir bagi Rajasa dan orangtuanya maupun orangtua Alexa."Pak Rajasa, istri dan anak Bapak selamat, namun anak Bapak saat ini sudah dipindahkan ke ruang NICU karena kondisi kesehatanya yang menurun" Ucap dokter Luthfi jujur. Hal ini membuat Bu Merry dan besanya cemas."Dok, memangnya ada apa dengan cucu saya? Bukankah dia terlahir sehat?" Bu Merry menuntut penjelasan yang lebih detail pada dokter Luthfi."Putra Bapak berat lahirnya sangat rendah dan kemungkinan ada kelainan pada organ dala