Pov Rajasa
Aku telah masuk ke dalam perangkap Alexa. Sebagai pria normal sangat sulit bagiku untuk tidak tergoda pada wanita itu. Wajah menawan dengan postur tubuh yang proposional adalah kombinasi yang pas bagi seorang wanita untuk disebut cantik. Profesinya sebagai seorang model membuatnya semakin menarik karena selalu merawat tubuhnya dari atas sampai bawah. Pakaian Alexa juga selalu modis dan fit on body, istilahnya dia selalu tampil sedap dipandang mata.
Orangtuaku yang memperkenalkan aku dengan Alexa Andriani. Mereka berniat menjodohkan aku dengan Alexa, sayang Miranda terlebih dahulu mengisi hatiku sebelum Alexa datang. Namun aku dan Alexa tetap berteman baik, aku tak ada maksud apapun pada Alexa murni hanya pertemanan biasa. Apalagi orangtua kami juga berteman dengan sangat baik, tentu aku harus menjaga hubungan orangtuaku dengan orangtua Alexa juga.
Flashback
Saat itu, Mama dan Papa yang sudah menunggu diruang tamu sambil asyik mengobrol dengan seorang wanita cantik. Terlihat mereka bertiga begitu akrab.
"Eh itu dia Rajasa sudah datang"Ucap Mama sumringah saat melihatku memasuki rumah
"Rajasa sini nak, Mama kenalkan dengan Alexa" ucap Mama. Terlihat gadis itu tersenyum malu-malu sambil menundukan wajahnya
"Alexa ini anak teman Papa, duduklah sini Rajasa kita ngobrol sebentar biar akrab"
Akupun bergabung dengan mereka dan ikut mengobrol untuk manghargai Alexa.
"Hai Rajasa, kenalin aku Alexa, sebenarnya tadi kesini bareng Papaku tapi beliau sudah pulang duluan dan Tante Merry memintaku buat bertemu denganmu, siapa tau kita bisa berteman" Ucapnya dengan suara lembut dan menampilkan senyuman indahnya
"Tentu saja kita bisa berteman Alexa" ucapku padanya.
Tak butuh waktu lama kamipun langsung akrab, saling menanyakan apa kegiatan masing-masing, saling bercerita tentang hobi dan yang lainnya hingga berakhir saling tukar nomor kontak.
Setelah pertemuan itu, aku dan Alexa menjadi semakin akrab. Kami sering bertemu bahkan tak jarang menemani Alexa ke acara-acara penting.
***
Miranda mengetahui bahwa aku memang dekat dengan Alexa, ia sempat marah dan meminta penjelasan tapi setelah aku menjelaskan bahwa aku dan Alexa hanya berteman dia mempercayaiku, terlebih setelah kubuktikan cintaku pada Miranda dengan menikahinya, ia semakin percaya padaku bahwa hatiku hanya untuknya.
Flashback
"Mas, sejujurnya aku insecure dengan Alexa, dilihat dari sisi manapun dia tetap jauh lebih baik dari pada aku" Ucap Miranda saat itu
"Apa yang membuatmu tidak percaya diri jika hatiku yang memilihmu sayang? kamu membuatku merasa nyaman, kamu bisa membuatku merasa bahagia, kamu yang apa adanya membuatku merasa tenang disampingmu" Ucapku"Hm,, mulai deh gombalnya!""Bukan gombal Mir, aku akan buktikan ucapanku ini bukan gombal dengan menikahimu dan membahagiakanmu sayang" Miranda menatapku lekat-lekat, ia mungkin tidak percaya dengan ucapanku tapi aku akhirnya membuktikan bahwa aku memang benar-benar menikahinya.Tak mudah memang mengambil keputusan untuk menikah dengan Miranda. Orantuaku terutama Mama sangat menentang rencanaku. Tapi aku mengancam tidak mau melanjutkan bisnis Papa jika mereka tidak mengijinkanku menikah dengan Miranda.
"Mama tidak samasekali tidak setuju dengan rencanamu menikah dengan gadis kampung itu Rajasa!" Ucap Mama saat aku menyampaikan niatku untuk menikahi Miranda
"Ma, aku sudah menuruti semua keinginan Mama dan Papa, sekarang saatnya Mama dan Papa menuruti kemauanku!""Iya tapi bukan menikahi Miranda sayang, dia tidak setara dengan keluarga kita, lihat orangtuanya yang hanya sebagai petani dan pekerjaanya yang hanya sebagai karyawan rendahan diperusahaan orang, Alexa lebih pantas buat kamu!""Ma, berhentilah memandang seseorang hanya dari status ekonomi dan sosial, Miranda itu bukan karyawan rendahan, dia berprestasi Ma! Orantuanya memang hanya petani, tapi petani juga bukan pekerjaan yang memalukan, itu pekerjaan terhormat!""Cukup Rajasa, kamu seharusnya menuruti kata-kata Mamamu bukan menentangnya, percayalah kami orangtua selalu menginginkan yang terbaik untukmu Rajasa!" Papa yang sedari tadi diam akhirnya bicara."Rajasa hanya mau menikah dengan Miranda, kalau Mama dan Papa tidak mengijinkan, maka hari ini juga Rajasa akan pergi dari rumah ini dan jangan harap Rajasa mau meneruskan bisnis keluarga" Papa terlihat geram dengan jawabanku, sementara Mama diam tak berani menjawab lebih jauh lagi. Aku lalu pergi meninggalkan kedua orangtuaku dengan emosi."Sayang, aku harus kembali ke Bandung untuk menyelesaikan tesisku" ucap Miranda, meminta ijin pada suaminya.Miranda kini kembali tinggal di kediaman keluarga Rajasa. Bedanya, kini sikap Bu Merry berbeda seratus delapan puluh derajat dari pada dahulu. Bu Merry kini sangat menyayangi Miranda dan Mahesa, ia baru menyadari bahwa Miranda adalah perempuan yang baik dan berhati tulus. Miranda kembali fokus menyelesaikan study pasca sarjananya, sebentar lagi Miranda akan mendapatkan gelar psikolog sesuai dengan keinginanya."Mau aku temani?" Tanya Rajasa, kali ini ia benar-benar tak ingin membiarkan istrinya sendirian di Bandung."Tak usah Mas, aku hanya sebentar di sana, nanti aku pulanh setiap Sabtu dan Minggu. Kalo boleh apakah Mahesa bisa tinggal di sini saja sementara aku di Bandung, Mas?" tanya Miranda, ia masih sedikit trauma meninggalkan Mahesa di daycare saat dia bekerja dan kuliah di Bandung."Tentu saja, Mahesa akan aman bersamaku" ucap Rajasa. Miranda tersenyum lega mendengar jaw
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y