Pov Miranda
"Dog dog dog" Bu Merry menggedor pintu kamarku dengan keras, menyadarkan aku dari lamunan.
"Miranda, keluar cepat! Turunkan barang-barang belanjaan dimobil"Aku tergaket dan segera bangkit dari ranjang secara hati-hati agar Mahesa tak ikut bangun, lalu keluar sesuai instruksi Bu Merry."Enak sekali yah siang-siang begini dikamar, tidur kamu Mir?""Maaf Bu, tadi saya hanya ketiduran karena menidurkan Mahesa""Keluarkan belanjaan dimobil dan segera kemas yang rapi""Baik Bu" Tanpa banyak bicara aku langsung menuruti perintah Bu Merry, menuju garasi dan mengeluarkan semua belanjaan yang ada di mobil.Mobil Pajero Sport milik Papa mertuaku itu terlihat penuh dengan belanjaan barang-barang mewah dan aneka kue mahal. Terlihat beberapa pasang sepatu bermerk, tas dan beberapa pakaian wanita. Sambil menurunkan belanjaan yang super banyak dari mobil hatiku bertanya-tanya, "Untuk apakah barang-barang sebanyak ini?""Nanti akan ada yang datang untuk mengemas barang-barang ini menjadi hantaran yang cantik untuk Alexa, kamu tolong buatkan dia minum dan layani kebutuhanya" Ucap Bu Merry saat aku sedang fokus membereskan barang-barang.
"Jadi ini untuk Alexa Bu?" Tanyaku heran"Tentu saja, kami akan segera melamar Alexa untuk dijadikan istri Rajasa" Deg hatiku rasanya begitu sakit mendengar jawaban dari Bu Merry mertuaku. Mas Raja tidak mengatakan apapun kepadaku mengenai rencananya melamar Alexa, tapi persiapan justru sudah dilakukan begitu saja. Rasanya aku memang benar-benar sudah tak dianggap dirumah ini."Kenapa terdiam Miranda? kaget? atau kamu tidak terima? Atau mungkin kamu heran kenapa kami membawakan barang-barang mewah untuk Miranda?"
"Tidak Bu, saya hanya baru tau sekarang dan ku pikir tidak secepat ini" Ucapku bergetar sambil menahan rasa ngilu di hati."Rajasa akan menikahi Alexa secepat mungkin Miranda, kalau kamu rasa kamu tak akan sanggup dimadu, segeralah bercerai dengannya!""Saya mencintai Mas Raja Bu, sampai saat ini saya masih mencintainya dan saya akan bertahan dengan pernikahan ini" Jawabku berbohong."Kalau kamu merasa sanggup dimadu ya silahkan! Dasar perempuan bodoh!" Bu Merry berlalu meninggalkan akuTentu saja cintaku sudah menguap sejak Mas Raja mengakui bahwa dia menjalin hubungan dengan Alexa dan sudah berubah menjadi rasa benci semenjak malam itu, malam saat Mas Raja dengan tanpa perasaan mengatakan akan menikahi Alexa tanpa memikirkan perasaanku sedikitpun. Aku hanya sedang memikirkan cara agar bisa membalas perlakuan keluarga ini kepadaku.
Aku akan meninggalkan keluarga ini, setelah memastikan masa depan anaku Mahesa aman. Mereka sudah menghancurkan masa depanku, menginjak-injak harga diriku hingga aku merasa seperti sampah dikeluarga ini. Bahka Bu Mery sudah mengancamku tidak akan memberikan sepeserpun uangnya untuku walaupun aku bercerai dengan Rajasa maka biarkan aku mendapatkanya dengan caraku sendiri.
Aku harus mencari tahu kapan lamaran akan dilakukan, hari itu akan kumanfaatkan untuk keluar rumah dan menjalankan rencana balas dendamku. Semua akan kulakukan dalam diam, biarkan mereka menertawakanku, menganggapku perempuan bodoh yang tergila-gila pada Mas Raja sehingga mau melakukan apapun demi tetap menjadi istri Mas Raja, bahkan mereka mungkin akan menganggapku dungu karena tetap bertahan dalam pernikahan walau jelas-jelas Mas Raja akan menikah lagi.
Aku akan tetap bersikap seperti ini, berpura-pura bodoh dan menuruti semua kemauan mereka hingga semua rencanaku berhasil.
"Sayang, aku harus kembali ke Bandung untuk menyelesaikan tesisku" ucap Miranda, meminta ijin pada suaminya.Miranda kini kembali tinggal di kediaman keluarga Rajasa. Bedanya, kini sikap Bu Merry berbeda seratus delapan puluh derajat dari pada dahulu. Bu Merry kini sangat menyayangi Miranda dan Mahesa, ia baru menyadari bahwa Miranda adalah perempuan yang baik dan berhati tulus. Miranda kembali fokus menyelesaikan study pasca sarjananya, sebentar lagi Miranda akan mendapatkan gelar psikolog sesuai dengan keinginanya."Mau aku temani?" Tanya Rajasa, kali ini ia benar-benar tak ingin membiarkan istrinya sendirian di Bandung."Tak usah Mas, aku hanya sebentar di sana, nanti aku pulanh setiap Sabtu dan Minggu. Kalo boleh apakah Mahesa bisa tinggal di sini saja sementara aku di Bandung, Mas?" tanya Miranda, ia masih sedikit trauma meninggalkan Mahesa di daycare saat dia bekerja dan kuliah di Bandung."Tentu saja, Mahesa akan aman bersamaku" ucap Rajasa. Miranda tersenyum lega mendengar jaw
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y