Kantor Soriano Corporation.Keesokan harinya, setelah berpikir semalaman. Carlos masih belum menyerah untuk menjegal Jonathan dari kedudukannya sebagai pebisnis nomor satu di negara Azdania."Ramos, siapkan dokumen dengan segera! Saya ingin klien-klien yang Adam berikan datanya kepada kita, sesegera mungkin mau menjalin kerjasama dengan Soriano Corporation. Kita lihat, selama apa Smith bertahan, setelah mengeluarkan uang cukup banyak untuk kerugian penangguhan pesanan karena molornya jadwal pengadaan barang pesanan." titah Carlos dengan semangat barunya."Baik, Tuan.""Kita belum kalah, Ramos. Smith bisa saja menghinaku kemarin siang. Tapi, dia pasti kerepotan jika harus mencari tenaga kerja dalam jumlah banyak dan dalam tempo waktu secepatnya.""Benar, Tuan. Masalahnya satu, uang. Kembali kepada uang, untuk mendapatkan tenaga kerja dalam waktu dekat. Butuh uang dalam jumlah yang banyak." timpal Ramos."Maka dari itu, kita harus bergerak cepat, Ramos. Segera hubungi mereka dan berikan
"Kau sangat salah karena telah bermain-main denganku, Carlos. Berani mengganggu ketenanganku, sehingga harus menyebabkan Magdalena mengambil tabungan warisannya.""Sebentar lagi, Kau akan merasakan seperti apa balasan dari Jonathan Smith. Ahahaha!" Jonathan terbahak sambil menatap layar CCTV di depannya."Adam, sudah waktunya memberi kejutan kepada mereka, ayo!" Jonathan segera berdiri lalu merapikan jas mahalnya. Ia sudah tidak sabar untuk melihat secara langsung wajah dari Carlos yang sedang menahan amarah. Laki-laki itu ingin menegaskan sekali lagi, jika mengusiknya adalah hal bodoh yang telah dikerjakan Carlos, dalam seumur hidupnya. Mereka belum tahu, siapakah dirinya yang sesungguhnya. Hanya dengan menjentikkan satu jarinya, siapa pun itu di negri ini. Pasti dengan mudah disingkirkan oleh Jonathan."Baik, Tuan." Adam merasa senang karena bosnya kembali tersenyum dan dalam keadaan mood yang sangat baik. Mungkin setelah ini, permintaannya akan dikabulkan. Ah senangnya …."Jonathan
Lily yang putus asa dan berniat bunuh diri digagalkan oleh Miss Nancy, mucikari pemilik rumah bordil yang membeli Lily dari pamannya."Semua sudah menjadi takdirmu, jangan kau sia-siakan hidupmu dengan bunuh diri. Jalani saja, mungkin suatu nanti. Nasibmu berubah setelah kau bertemu dengan laki-laki baik-baik yang menyukaimu, siapa pun dirimu. Banyak dari gadis-gadis di sini yang bernasib demikian. Seorang laki-laki kaya yang baik menebus lalu memperistri mereka secara sah. Mungkin kau akan bernasib seperti itu."Ucapan Miss Nancy membuat Lily mengurungkan niatnya. Ia berhenti menangis dan lebih tenang."Tapi saat ini kau harus menjalani kehidupan malam yang sudah menjadi takdirmu dengan sebaik-baiknya.""M-maksud, Miss?" tanya Lily dengan sedikit takut."Mulai hari ini, kau harus belajar berdandan, menari erotis dan juga belajar cara memuaskan hasrat laki-laki.""Apa?!""Aku membelimu dengan harga yang sangat mahal dari pamanmu, Sayang. Hutangmu belum lunas.""T-tapi, kemarin malam, s
"Jadi? Kau sudah meniduri kekasihmu?" tanya Jonathan yang kini sudah duduk di dalam mobilnya."Ehem … itu gara-gara misi yang Tuan berikan pada saya." Adam mengendurkan dasinya, kaget ketika bos dinginnya mengomentari masalah asmaranya."Jangan beralasan, Adam. Kau cuma sekali terperangkap dalam pengaruh obat perangsang itu. Tapi kau masih meneruskan niatmu untuk menikmati tubuh gadis itu setiap malam?!" Jonathan mengeraskan suaranya."Eh … Tuan." Adam salah tingkah. "Bagaimana Anda tahu?""Kau pikir saya orang yang bodoh, hah?!""Kau selalu terlambat memberiku laporan dan bekas-bekas percintaanmu masih tertinggal di tubuhmu." sindir Jonathan"B-bukan begitu, Tuan." Adam menoleh Jonathan yang berada di sampingnya."Jangan mentang-mentang dia bekas wanita penghibur lalu kau dengan mudah memintanya untuk melayani hasratmu, Adam. Ingat, kau mempunyai dua adik perempuan. Bagaimana jika suatu saat, adik-adikmu juga mengalami hal yang sama?""Saya akan membunuh laki-laki yang telah menodai a
"Benar, dengan mendapatkan gadis itu, kita bisa menekan Jonathan Smith." ucap Carlos yang saat ini sedang bernegosiasi dengan Maria, adik tirinya."Kau gila, Jonathan bisa membunuh kita." sembur Maria."Dengarkan aku dulu, Adikku sayang. Aku tidak akan benar-benar menculiknya. Aku hanya menyekapnya sebentar dan bagianmu harus kau kerjakan.""Bagianku?" Maria menunjuk dadanya."Ya, bagianmu. Dan aku mengerjakan bagianku.""Apa itu?" tanya Maria penasaran."Bagianmu adalah …."***Mansion keluarga Morris, Ibu Kota Rivera."Papa …." Magdalena tertunduk dan air matanya mulai menetes."Hhh …." Abraham mengembuskan napasnya. Laki-laki itu akan segera melunak ketika melihat air mata putrinya. Magdalena bukan tipe anak perempuan yang manja dan sering mengajukan permintaan berlebih. Tidak seperti anak tunggal dari keluarga kaya lainnya. Putrinya sangat tahu diri dan patuh kepadanya. Kecuali … segala sesuatu yang berhubungan dengan Jonathan Smith. Gadis itu akan berusaha meminta, bahkan bersiker
"Magdalena sudah dijemput?" tanya Jonathan yang saat ini sedang keluar dari ruang rapat yang berlokasi di dalam hotel Paradise."Sesuai dengan instruksi, seharusnya sudah, Tuan." jawab Adam."Pastikan keselamatannya, saya tidak mau, dia menjadi korban karena ada pihak-pihak yang ingin menjegal saya.""Baik, Tuan. Akan saya hubungi …," Adam memegang perutnya yang tiba-tiba melilit, seperti diremas-remas ususnya."Kenapa?" tanya Jonathan yang melihat Adam memegang perutnya dengan muka yang terlihat pias."Permisi, Tuan. Saya harus ke …," Adam segera berlari meninggalkan Jonathan tanpa menyelesaikan kata-katanya. Toilet adalah tempat yang ingin ditujunya karena desakan dari hajatnya yang ingin keluar.Jonathan mengembuskan napasnya, ia tidak menyukai kecerobohan Adam dalam hal mengonsumsi makanan. Asisten pribadinya itu, sering kali mengalami gangguan pencernaan dikarenakan keteledorannya.Namun, tiba-tiba ia juga merasakan Keanehan pada dirinya. Tubuhnya panas dan ada hal yang tidak seh
"Cantik, muda dan berbadan bagus.""Pantas saja Si Smith tidak bisa dirayu Maria." gumam Carlos yang masih betah menatap wajah Magdalena."Ehem, permisi, Tuan. Sebaiknya kita harus segera melanjutkan rencana kita, sebentar lagi Nona Maria akan datang." Ramos mengingatkan Carlos untuk segera berhenti memandangi wajah dan tubuh Magdalena. Laki-laki setengah baya itu takut jika Carlos mulai tertarik dan membatalkan rencana yang telah disusunnya."Tenang, Ramos. Saya masih bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya." Carlos tahu tentang kekhawatiran asistennya. Walaupun sejujurnya, saat ini ia mati-matian menahan hasratnya untuk tidak menyentuh Magdalena. "Ayo, Tuan. Sebelum mereka masuk kedalam kamar ini." desak Ramos yang memerintahkan kedua anak buahnya untuk mengangkat tubuh Magdalena."Angkat tubuh gadis ini dan ikat dia di kursi itu.""Baik, Tuan." kedua laki-laki bertubuh kekar dan memakai jas serba hitam itu menarik kedua lengan Magdalena lalu menyeretnya. Sebuah kursi telah diper
"Aaa …" Maria berteriak histeris lalu mengobrak-abrik seluruh isi kamar hotel. Ia sangat marah dan sakit hati. Gadis itu merasa terhina, Jonathan menamparnya lalu meninggalkan dirinya begitu saja di kamar hotel. Padahal sebelumnya laki-laki itu menciumnya dengan penuh nafsu dan hampir menidurinya."Sialan kau Jonathan Smith!" teriak Maria sambil membanting apa saja yang bisa dirusaknya. Suara dentingan dari guci, gelas dan cermin, membahana di seisi kamar. Hati Maria penuh dengan kebencian dan dendam kepada Jonathan dan Magdalena. Gadis itu mengutuk kedua orang yang menyebabkan dirinya terhina. Yang tidak Maria sadari, sebenarnya dirinya sudah dimanfaatkan oleh Carlos, kakak tirinya. Laki-laki itu tidak benar-benar ingin membantu Maria agar bisa mendapatkan Jonatan hari ini. Carlos hanya menggunakan Maria sebagai batu pijakan untuk membuat Jonathan dan Magdalena salah paham yang berujung renggangnya hubungan mereka. Di saat yang tepat, Carlos akan datang sebagai pahlawan bagi Magdalen