Share

Bab 4 Ancaman Dafandra

Tidak hanya berdetak kencang, bahkan jantung Alisya seakan melompat dari rongga dada. Ucapan Dafandra yang terdengar begitu mengancam segera membuat bulu kuduk sang putri meremang.

'Apakah pria ini telah kehilangan akal sehat!' tidak henti-hentinya Alisya mengumpat dalam hati.

Menyadari Alisya tidak merespon ancamannya, satu tangan sang pangeran menyibak selimut Alisya.

'Terkutuk kamu, Pangeran Kosmimazh!'

Kelopak mata Alisya segera terbuka menampilkan iris hijau sebening kristal. Meski begitu sorot mata wanita berambut merah begitu marah dan bertindak agresif dengan mendorong sang pangeran menjauh.

Sayangnya, Dafandra lebih sigap dengan mencengkeram pergelangan tangan Alisya. Kedua insan itu beradu sengit.

"Beri aku penjelasan! Kenapa kamu membawaku ke sini!" ucap Dafandra memancing kekesalan sang putri.

"Bukan aku! Tapi kamu yang membawaku ke sini!" bantah Alisya kesal sambil menarik tangannya.

"Tidak, kamu yang membawaku ke sini! Bukankah seharusnya kita berdansa! Ternyata begini taktik Putri Raja Nandri untuk menjerat lelaki."

Alisya masih terus meronta, 'Demi Tuhan, pria ini sangat menjengkelkan!'

"Bukankah kamu bisa membawaku ke ruang kesehatan? Dasar pria mesum!" maki Alisya tidak sabar.

"Jika aku membawamu ke sana, aku tidak bisa membongkar kebohonganmu karena akan ada banyak dokter di sana!" ucap Dafandra masih mencengkeram tangan sang putri.

"Kenapa sangat bernafsu membongkar kebohonganku! Itu artinya aku tidak bersedia berdansa denganmu! Apa kurang jelas!"

Sang putri tidak tahu harus berkata apa. Satu-satunya hal yang paling dia inginkan saat ini adalah menghilangnya Pangeran Dafandra di dalam kamar. Alisya begitu kesal dengan hari-harinya yang tiba-tiba saja menjadi sangat kacau.

"Tidak! Tidak ada orang yang boleh menolakku! Atau sebenarnya kamu tidak bisa berdansa?" ejek Dafandra.

"Iya! Aku tidak bisa berdansa! Apa kamu puas!" dusta Alisya sambil menarik tangannya. Tentu saja Dafandra tidak percaya begitu saja.

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Pangeran kedua Kosmimazh segera melepaskan tangan Alisya tepat waktu sebelum pintu kamar sang putri terbuka.

Seorang pangeran berbadan tegap dengan rambut merah pendek dan mata sebiru lautan memasuki kamar. Raut wajahnya yang semula terlihat tegang perlahan mengendur.

"Alisya, apa kamu tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan nada khawatir ketika duduk di sisi Alisya. Dia adalah Pangeran Mahkota Rifian, kakak kandung Alisya.

Raut wajah Alisya terlihat lega, memandang sang kakak seperti malaikat penolong.

"Terima kasih telah mengkhawatirkan aku," Jawaban Alisya membuat senyuman Rifian melebar.

Pandangan sang pangeran mahkota tertuju pada pria yang duduk di sisi Alisya, calon suami sang adik. Spontan pria itu memberi hormat pada calon kakak ipar meski tatapan kedua pria itu tidak bersahabat.

"Kamu sendirian bersamanya?" tanya Rifian dengan nada tidak suka. Seorang pria dan wanita tanpa ikatan pernikahan berada di dalam satu kamar. Bukankah itu hal yang tidak pantas?

"Tidak. Tadi ada dokter yang memeriksa Putri Alisya. Tapi karena sang putri terlihat baik-baik saja, jadi dia meninggalkan kami berdua," jawab Dafandra santai.

Ucapan pangeran berambut pirang membuat mata Alisya terbelalak seakan hampir melompat. Padahal jelas-jelas tadi Alisya mendengar Dafandra mengusir dokter itu.

"Terima kasih telah membawa adikku ke tempat yang aman. Tapi tolong jaga sikapmu. Dia masih Putri Crysozh yang berharga!" Rifian memperingatkan, namun bagi Alisya terdengar sangat berlebihan. 

Nyatanya alisya memang nyaris dihukum mati dan harus menjalani pernikahan politik yang tidak dia kehendaki. Kebahagiaan sang putri tidak lebih berharga dari tambang emas kerajaan Crysozh yang membuat silau siapa pun yang memandangnya.

Hal itu juga yang melatar belakangi kerajaan Kosmimazh bersedia menjalin hubungan dengan Kerajaan Crysozh. Sebagai negeri penghasil kerajinan tangan dan perhiasan terbesar di dunia, pasokan emas yang stabil dari Crysozh sangat berarti bagi kerajan Kosmimazh.

"Karena Pangeran Mahkota Rifian sudah ada di sini, saya pamit dulu." Dafandra berucap dengan nada datar. Dia tahu berlama-lama di kamar Alisya hanya akan memperburuk keadaan. 

Sepertinya perhatian Alisya dan Rifian sudah begitu kuat tertancap pada Pangeran Mahkota dari Kosmimazh. Sehingga, meskipun pertunagan mereka batal, tidak serta-merta menjadikan Alisya, Rifian, dan mungkin yang lain menjadi condong kepada Dafandra.

Terkecuali raja dan ratu. Mereka berdua memang terlihat bergairah dengan langkah politik luar negeri Crysozh dan Kosmimazh dalam menjalankan rencana pernikahan aliansi.

Sepeninggal Dafandra, Rifian menanyai adiknya dengan nada khawatir, "Apakah dia berbuat kurang ajar kepadamu? Katakan yang sebenarnya jika memang dia pria yang brengsek!"

Sunny Zylven

Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status