Tidak hanya berdetak kencang, bahkan jantung Alisya seakan melompat dari rongga dada. Ucapan Dafandra yang terdengar begitu mengancam segera membuat bulu kuduk sang putri meremang.
'Apakah pria ini telah kehilangan akal sehat!' tidak henti-hentinya Alisya mengumpat dalam hati.
Menyadari Alisya tidak merespon ancamannya, satu tangan sang pangeran menyibak selimut Alisya.
'Terkutuk kamu, Pangeran Kosmimazh!'
Kelopak mata Alisya segera terbuka menampilkan iris hijau sebening kristal. Meski begitu sorot mata wanita berambut merah begitu marah dan bertindak agresif dengan mendorong sang pangeran menjauh.
Sayangnya, Dafandra lebih sigap dengan mencengkeram pergelangan tangan Alisya. Kedua insan itu beradu sengit.
"Beri aku penjelasan! Kenapa kamu membawaku ke sini!" ucap Dafandra memancing kekesalan sang putri.
"Bukan aku! Tapi kamu yang membawaku ke sini!" bantah Alisya kesal sambil menarik tangannya.
"Tidak, kamu yang membawaku ke sini! Bukankah seharusnya kita berdansa! Ternyata begini taktik Putri Raja Nandri untuk menjerat lelaki."
Alisya masih terus meronta, 'Demi Tuhan, pria ini sangat menjengkelkan!'
"Bukankah kamu bisa membawaku ke ruang kesehatan? Dasar pria mesum!" maki Alisya tidak sabar.
"Jika aku membawamu ke sana, aku tidak bisa membongkar kebohonganmu karena akan ada banyak dokter di sana!" ucap Dafandra masih mencengkeram tangan sang putri.
"Kenapa sangat bernafsu membongkar kebohonganku! Itu artinya aku tidak bersedia berdansa denganmu! Apa kurang jelas!"
Sang putri tidak tahu harus berkata apa. Satu-satunya hal yang paling dia inginkan saat ini adalah menghilangnya Pangeran Dafandra di dalam kamar. Alisya begitu kesal dengan hari-harinya yang tiba-tiba saja menjadi sangat kacau.
"Tidak! Tidak ada orang yang boleh menolakku! Atau sebenarnya kamu tidak bisa berdansa?" ejek Dafandra.
"Iya! Aku tidak bisa berdansa! Apa kamu puas!" dusta Alisya sambil menarik tangannya. Tentu saja Dafandra tidak percaya begitu saja.
Terdengar suara langkah kaki mendekat. Pangeran kedua Kosmimazh segera melepaskan tangan Alisya tepat waktu sebelum pintu kamar sang putri terbuka.
Seorang pangeran berbadan tegap dengan rambut merah pendek dan mata sebiru lautan memasuki kamar. Raut wajahnya yang semula terlihat tegang perlahan mengendur.
"Alisya, apa kamu tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan nada khawatir ketika duduk di sisi Alisya. Dia adalah Pangeran Mahkota Rifian, kakak kandung Alisya.
Raut wajah Alisya terlihat lega, memandang sang kakak seperti malaikat penolong.
"Terima kasih telah mengkhawatirkan aku," Jawaban Alisya membuat senyuman Rifian melebar.
Pandangan sang pangeran mahkota tertuju pada pria yang duduk di sisi Alisya, calon suami sang adik. Spontan pria itu memberi hormat pada calon kakak ipar meski tatapan kedua pria itu tidak bersahabat.
"Kamu sendirian bersamanya?" tanya Rifian dengan nada tidak suka. Seorang pria dan wanita tanpa ikatan pernikahan berada di dalam satu kamar. Bukankah itu hal yang tidak pantas?
"Tidak. Tadi ada dokter yang memeriksa Putri Alisya. Tapi karena sang putri terlihat baik-baik saja, jadi dia meninggalkan kami berdua," jawab Dafandra santai.
Ucapan pangeran berambut pirang membuat mata Alisya terbelalak seakan hampir melompat. Padahal jelas-jelas tadi Alisya mendengar Dafandra mengusir dokter itu.
"Terima kasih telah membawa adikku ke tempat yang aman. Tapi tolong jaga sikapmu. Dia masih Putri Crysozh yang berharga!" Rifian memperingatkan, namun bagi Alisya terdengar sangat berlebihan.
Nyatanya alisya memang nyaris dihukum mati dan harus menjalani pernikahan politik yang tidak dia kehendaki. Kebahagiaan sang putri tidak lebih berharga dari tambang emas kerajaan Crysozh yang membuat silau siapa pun yang memandangnya.
Hal itu juga yang melatar belakangi kerajaan Kosmimazh bersedia menjalin hubungan dengan Kerajaan Crysozh. Sebagai negeri penghasil kerajinan tangan dan perhiasan terbesar di dunia, pasokan emas yang stabil dari Crysozh sangat berarti bagi kerajan Kosmimazh.
"Karena Pangeran Mahkota Rifian sudah ada di sini, saya pamit dulu." Dafandra berucap dengan nada datar. Dia tahu berlama-lama di kamar Alisya hanya akan memperburuk keadaan.
Sepertinya perhatian Alisya dan Rifian sudah begitu kuat tertancap pada Pangeran Mahkota dari Kosmimazh. Sehingga, meskipun pertunagan mereka batal, tidak serta-merta menjadikan Alisya, Rifian, dan mungkin yang lain menjadi condong kepada Dafandra.
Terkecuali raja dan ratu. Mereka berdua memang terlihat bergairah dengan langkah politik luar negeri Crysozh dan Kosmimazh dalam menjalankan rencana pernikahan aliansi.
Sepeninggal Dafandra, Rifian menanyai adiknya dengan nada khawatir, "Apakah dia berbuat kurang ajar kepadamu? Katakan yang sebenarnya jika memang dia pria yang brengsek!"
Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃
Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!
"Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat
Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.
Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ❤️❤️❤️
Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b
Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan
"Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe
"Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan