Alisya menghela napas lelah seolah menerbangkan sebagian beban. Dia menggigit bibir bawah karena sedikit ragu.
Pria Kosmimazh itu memang brengsek. Bahkan, Alisya tidak yakin akan bisa bertahan lama di sisi pangeran kedua Kosmimazh setelah menikah.
Sebenarnya bisa saja Alisya mengungkap kebusukan sikap Dafandra. Katakanlah dia benar-benar mengatakan Dafandra pria brengsek dan menyebalkan. Akan tetapi, apakah tindakan itu dapat membatalkan pertunagannya?
Alih-alih membatalkan pertunangan, Dafandra malah bisa membocorkan kebohongan Alisya kepada raja dan ratu. Mereka tidak akan menyukai tindakan Alisya yang pura-pura pingsan hanya karena tidak ingin berdansa dengan tunangannya.
"Kalau aku katakan dia pria yang brengsek, apakah pernikahanku dengannya akan batal?" lirih Alisya sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang berukiran kupu-kupu dan berbagai bunga yang ada di taman istana Crysozh.
"Raja dan ratu membiarkanku lolos dari hukuman mati hanya karena mereka masih bisa memanfaatkan tubuhku untuk kelancaran politik luar negeri kerajaan. Mereka tidak akan peduli jika pun kerajaan Kosmimazh memintaku sebagi budak Pangeran Dafandra. Pernikahanku tidak akan pernah gagal! Perasaanku tidaklah penting!" ucap Alisya menundukkan wajah dengan mata berkaca-kaca.
Pria kekar di sisi Alisya mengangkat wajah sang adik, kemudian mengelap pipi basah Alisya dengan ibu jari.
"Tolong jangan katakan perasaanmu tidaklah penting! Kamu selalu mengatakan begitu saat aku menegurmu berdekatan dengan Fayvel. Dan setelah kamu terjatuh dari balkon kamu menyangkal hubungan terlarangmu dengan dalih hilang ingatan! Tolong jangan buat aku bingung!"
Alisya tidak bisa tidak terkejut mendengar pengakuan Rifian. Ternyata sang kakak juga mengetahui kedekatannya dengan budak pelukis dari Margaritaryz.
"Tapi aku benar-benar hilang ingatan! Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku sehingga jatuh ke danau dan juga tentang hubunganku dengan Fayvel!"
Sebuah seringai menghiasi bibir pangeran mahkota dari Crysozh. Dalam hatinya mencemooh adiknya sendiri.
"Biar aku ceritakan kepadamu, jika kamu lupa. Kamu selalu mengatakan ucapan itu seolah-olah Fayvel adalah cinta sejatimu. Dan kerajaan hanya memperalatmu dengan cara menjodohkanmu dengan seorang pangeran lumpuh!"
Ucapan Rifian terasa seperti gelegar guntur yang memekakkan telinga. Hati sang putri hancur berkeping-keping. Meskipun ucapan Rifian tidak salah sepenuhnya.
Ya, Alisya tidak bodoh. Dia menyadari maksud dari perjodohannya. Akan tetapi, Alisya kecil tidak peduli akan hal itu. Hubungan Alisya dan Fasya berjalan baik sampai mereka dewasa dan mendekati ulang tahun ke dua puluh sang putri.
"Dan kamu benar-benar mengatakan itu dihadapanku. Pangeran Mahkota Fasya seorang pria lumpuh dan kamu khawatir dia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan seksualmu~."
"Cukup, Kak! Tolong berhenti!".
Tanpa sadar air mata Aliasya kembali mengalir. Sang putri tidak lupa akan setiap surat yang dia kirimkan kepada Fasya dan balasan surat-surat itu sangat dia rindukan.
Sebagai pewaris tahta kerajaan Kosmimazh, Alisya percaya kelumpuhan Fasya tidak serta-merta memastikan kemandulan pria itu. Dan kenapa Rifian berucap soal memenuhi kebutuhan seksual? Apakah yang dia maksud soal kepuasan dalam bercinta?
"Alisya, aku tahu kamu gadis yang cantik. Banyak pria yang ingin mendapatknmu, dan sekali dia mendapatkan setetes perhatianmu, mereka tidak akan berhenti sampai memilikimu seutuhnya."
Tidak peduli dengan ucapan sang kakak, Alisya menghapus air mata yang seolah tidak ingin berhenti.
"Dan dari ucapanmu itu, aku menduga kamu telah melakukan hubungan suami istri dengan Fayvel sejak di istana. Tapi sayangnya aku tidak mempunyai bukti apa pun."
Kali ini jantung Alisya seolah-olah jatuh menggelinding meskipun tangannya menempel erat di dada.
'Oh Tuhan, Rifian pasti hanya berlebihan! Apakah aku benar-benar semurahan itu? Ini benar-benar tidak adil saat Tuhan mengambil sebagian ingatanku!' jerit putus asa Alisya di dalam hati.
"Jadi jangan salahkan aku jika saat itu aku terlalu keras kepadamu. Aku menyesal, seharusnya saat itu aku langsung membunuh Fayvel, jadi aku tidak perlu kehilangan kamu terlalu lama."
Alisya yang masih menangis tidak mempedulikan ucapan sang kakak. Hari-hari setelah hilang ingatan menjadi sangat menguras emosi.
"Sebelum kamu pergi dari istana ini, aku meminta maaf kepadamu. Juga, tolong jangan katakan kalau perasaanmu tidak penting. Bagiku, perasaanmu sangat penting. Karenanya dulu aku sedikit ragu untuk langsung menghabisi Fayvel."
"Kenapa ragu, Kak? Apa kakak tidak tahu hubungan terlarang itu bisa mengacaukan politik luar negeri kerajaan?" tanya Alisya sambil terisak.
"Aku tahu. Aku hanya khawatir kamu akan sangat terpukul. Aku pikir kamu hanya ingin permainan cinta sesaat, sampai pernikahanmu yang sesungguhnya datang."
Alisya terbelalak mendengar jawaban sang kakak. Dia bukanlah Rifian yang dalam satu waktu berhubungan dengan banyak gadis-gadis bangsawan.
Penjelasan Rifian hanya membuat Alisya samakin muak dengan dirinya sendiri. Apa pun yang terjadi, Alisya berjanji akan tetap mencari cara untuk mengembalikan ingatannya. Karena dia merasa ada yang tidak beres.
Rifian merentangakan tangan, memberi isyarat pada Alisya untuk sesaat dalam pelukan. Putri bermabut merah pun segera menuruti permintaan sang kakak.
"Untuk selanjutnya, aku khawatir Pangeran Mahkota Fasya tidak bisa merelakanmu. Aku takut dia akan memulai pertengkaran dengan adiknya yang kulihat sangat ambisius."
Tiba-tiba saja Alisya melepaskan pelukan sang kakak. Baru saja dia menyadari, sepertinya perasaan cinta itu hanya berjalan sepihak. Sangat mungkin Fasya merasa frustasi dan jijik dengan skandal Alisya.
"Jika begitu, seharusnya dia tidak membiarkan Pangeran Dafandra bertunangan denganku, Kan? Tapi nyatanya tidak. Aku rasa , Pangeran Dafandra pun terpaksa bertunagan denganku karena urusan politik kerajaan."
Kalian ini tangan Dafandra mengelap lembut air yang membasahi pipi Alisya.
"Meski begitu, aku tetap mengkhawatirkanmu."
***Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃
Malam harinya setelah pesta usai, Alisya masih mengurung diri di kamar. Dia begitu terpuruk setelah mendengarkan penjelasan dari Rifian. Apa lagi yang bisa dia lakukan selain menangis meratapi nasib. Oh, tidak! Tiba-tiba Alisya mempunyai ide. Tengah malam dia bergegas keluar dari kamar menyusuri koridor menuju ke ruang penyimpanan bahan obat. Dengan cepat Alisya meraih keranjang kecil kemudian menuju deretan rak yang diisi dengan gerabah dan keranjang untuk menyimpan berbagai macam biji-bijian, akar, rimpang, kulit pohon, batang pohon pilihan, juga daun-daun, dan bunga tertentu. Beberapa bahan Alisya masukan ke dalam keranjang di tangan. Kemudian dia menuju ke meja di sudut ruangan dan menumbuk semua bahan. Setelah semua bahan ditumbuk, kemudian diperas untuk diambil sarinya. "Semoga ini tidak masalah," gumam Alisya sebelum meminum ramuan berwarna coklat keruh. Tidak lama gelas dalam genggaman sang putri menjadi kosong. Dia begitu terkejut karena kehilangan ingatan yang sangat pe
Tentu saja Alisya tidak mengerti dengan maksud pria itu. Dia hanya baru saja bertemu dengan Iason, tidak lebih. "Apa kamu baru saja bertemu dengan kekasihmu yang lain di istana ini?" Sang putri segera mengerti, pria berjubah hitam itu mencurigainya bertemu dengan pria lain. Ya, meski Alisya menolak keras tuduhan mengkhianati pertunagan dengan Pangeran Mahkota Fasya, nyatanya Raja Nandri membatalkan pertunangan merek karena merasa malu atas skandal putrinya. Jadi wajar jika Dafandra masih curiga kepada Alisya. Meski begitu, sang putri tidak menyangka pangeran kedua Kosmimazh akan menemukannya setelah bertemu denga pria tua, yang tidak lain gurunya sendiri. "Kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan!" Kedua alis Dafandra terangkat kemudian mengendorkan cengkeraman di tubuh Alisya. Untuk sesaat sang putri bisa bernapas lega. 'Oh Tuhan, lelaki ini sangat tempramental!' keluh Alisya di dalam hati. "Aku tidak bertemu dengan kekasih atau selingkuhan seperti yang kamu tuduhkan kepadaku!"
Setelah beberapa saat menangis akhirnya Alisya kembali memberanikan diri untuk membaca isi surat. Tampak deretan huruf yang ditulis dengan tinta hitam yang rapi. Tiba-tiba dada Alisya terasa begitu sesak seolah merasakan kerinduan yang dalam. Kepada Alisya Maafkan aku yang tidak bisa hadir di acara pertunaganmu. Semoga kamu bahagia bersama Dafandra. Fasya Alisya tidak menyangka mantan tunangannya akan mengirimkan sebuah surat. Apakah dia marah? Dia tidak meyinggung sama sekali tentang skandal Alisya. Secara teknis bukankah Alisya telah mengkhianatinya? "Kenapa kamu begini kepadaku? Kamu membuatku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!" Isak sang putri lagi.Alisyalagi.Alisya semakin gelisah. Cepat atau lambat pernikahannya dengan Dafandra akan terjadi. Suka atau tidak suka pada akhirnya dia akan bertemu dengan Pangeran Mahkota Fasya di istana agung Kosmimazh. Semalam suntuk Alisya tidak bisa tidur. Pagi harinya dengan mata bengkak dia bergeas untuk mengantar kepergian Pangeran Dafa
Di saat semua orang menyudutkan Alisya dan menuduhnya bunuh diri, ternyata masih ada seorang yang berucap dirinya tidak bunuh diri. Jika Alisya tidak bunuh diri, lantas apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia jatuh karena terpeleset? Apakah itu artinya Alisya memanjat pagar kemudian tergelincir dan jatuh ke danau? Itu lebih terdengar tidak mungkin. "Myran, tolong katakan yang sebenarnya dan jangan buat aku menunggu!" pinta Alisya dengan wajah tegang. "Saat kejadian itu sebenarnya aku sedang membaca buku di tepi danau untuk persiapan ujian. Karena lelah membaca aku memutuskan untuk mengedarkan pandangan di sekitar danau. Tiba-tiba aku menangkap kejadian aneh. Saat itu aku melihat tubuhmu terlempar dari balkon." Alisya dan Rifian saling memandang. Penjelasan Myran tidak seperti yang Alisya harapkan. Dia bahkan telah mendengar kesaksian semacam itu ratusan kali dari para saksi mata. "Tunggu sebentar! Aku belum selesai bercerita." Setelah menghela napas lelah, Alisya memberi isyarat
Kedua pangeran bermabut merah menoleh bersamaan pada pria berambut cokelat lurus yang menjuntai hingga ke dada. Bagian atas rambut pria itu diikat ke belakang dan membiarkan terurai bagian yang lain. Namanya Ega, tampilan pria itu rapi dan mempunyai wajah tampan. Siapa sangka pria berusia empat puluh tahunan itu masih bujangan. "Paman..." ucap Rifian dan Mayran nyaris bersamaan kemudian memberikan hormat kepada penasehat kerajaan. "Tempat seperti ini bukanlah tempat bagi pria terhormat seperti kalian. Biarkan penjaga penjara yang melakukan itu." Ega memperingatkan. "Aku hanya tidak sabar. Pria gila ini terus berucap omong kosong!"Ega menghela napas lelah. Raut wajah pria itu juga terlihat buruk jika mengingat bagaimana dia harus meredakan amarah raja untuk tidak memenggal satu-satunya putri kerajaan Crysozh. "Lupakan soal dia! Ada masalah serius yang harus kita bicarakan dengan raja." Melihat raut wajah Ega yang buruk, Rifian dan Myran segera menurut untuk menghadap raja. Dan be
Sekembalinya dari Crysozh, Dafandra segera menghadap Raja dan Ratu Kosmimazh. Ada berita besar yang akan dia sampaikan. Apalagi kalau bukan soal pernikahannya dengan Alisya yang dipercepat. "Apa kamu yakin, Putraku?" tanya raja dengan dua alis melompat bersamaan. Raut wajah pria tua berambut pirang berubah cerah seketika. "Ya, Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi." Dafandra menjawab dengan tanpa ekspresi. Dia tahu ayahnya sangat bernafsu untuk menjalin kerja sama lebih erat dengan kerajaan Crysozh. Meskipun putri Crysozh wanita berskandal asalkan salah putranya tidak mempermasalahkan itu dia akan menyetujui dengan senang hati. Sebaliknya, wajah pangeran berambut cokelat yang duduk di kursi tandu tampak muram. Meskipun secara kasat mata Alisya telah mengkhianatinya, dan Raja Nandri telah memutuskan secara sepihak pertunagan mereka, hati Fasya masih tidak rela melepaskan Alisya. Bagi Fasya, Alisya adalah harta dan semangat untuk menjalani hari-harinya yang berat di tengah kebenci
Di meja belajar, Alisya membongkar surat-surat dari pangeran mahkota Kosmimazh yang masih dia simpan. Dengan berlinang air mata dia membaca ulang setiap lembaran yang berisi tulisan tangan mantan tunangannya. Kepada Alisya Terima kasih atas hadiah yang kamu kirim. Aku sangat menyukainya. Kata Kim, cincin giok itu sangat cocok denganku. Oh ya, sebentar lagi usiamu dua puluh tahun. Itu artinya sesuai dengan perjanjian yang dibuat dua kerajaan, kita akan segera menikah. Apakah kamu sudah siap? Meskipun dalam hatiku menggebu dan mendambamu seperti orang mabuk cinta, aku akan tetap bersabar jika kamu tidak ingin terburu-buru menuju ke pernikahan. Tolong balas suratku. Fasya Kesal dan putus asa, Alisya menggebrak meja belajar. Kemudian menelungkup kan wajah ke meja sambil kembali terisak. 'Hubungan kita baik-baik saja kan? Bahkan sebelum ulang tahunku dia masih mengirimkan surat!' Dalam setiap surat yang Fasya kirm, tidak ada tanda-tanda hubungan mereka berdua yang kacau. Semuanya t
"Tapi aku tidak berbohong, Alisya." Entah bagaimana lagi Myran harus mengucapkan fakta itu. Dia masih ingat Alisya duduk di sebuah kursi sedangkan Fayvel dengan jarak yang begitu dekat membungkukkan tubuh jangkungnya menuju wajah sang putri. Siapa pun yang menyaksikan kejadian itu pasti akan berpikir mereka berciuman. Anehnya saat itu Myran hanya menganggap sikap Alisya lantaran rindu dengan tunangannya. Myran benar-benar meremas kepala saat itu juga karena jengkel dengan dirinya sendiri. "Jadi menurutmu aku ini wanita murahan?" tanya Alisya. Kobara api tampak menyala di mata hijau Alisya yang seolah-olah si jago merah yang mengamuk melahap rerumputan. "Bukan begitu maksudku... tapi..." Tiba-tiba kumpulan kosakata di kepala Mayran menguap. Menghadapi kemarahan Alisya pangeran kedua Crysozh tidak mampu berkata-kata. Alisya duduk bersimpuh di lantai. Dia kembali menangis tersedu-sedu. "Fasya pangeranku. Kamu harus tahu akau tidak berhianat! Aku tidak pernah menghianatmimu!" My