Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃 Dukung author dengan memberikan review bintang 5, vote/gem, komentar dan ajak teman-teman anda untuk membaca kisah ini. Terima kasih
"Bagaimana? Apa kamu menerima tawaranku?" tanya Dafandra tidak sabar menunggu jawaban Alisya. Perasaan tidak nyaman kembali berkecamuk di dada Alisya seolah ledakan bola api yang menghantam dinding perbatasan suatu negeri. "Tidak!" Alisya bangkit dari tempat duduk hendak meninggalkan ruangan Dafandra. "Sudah sejauh ini usahamu mendekatiku. Aku akan sungguh-sungguh mempertimbangkan Kirila untuk kembali. Kamu bisa memegang janjiku." "Jika hanya itu persyaratannya aku batalkan permohonanku." Alisya berucap tegas. "Astaga, kenapa mudah sekali menyerah? Itu tidak seperti Alisya yang kukenal," ejek Dafandra. "Apa kamu tidak ingat, bagaimana kamu memegang tanganku saat memohon untuk pergi ke lokasi kebakaran?" Ingatan Alisya terbang sesaat menuju kejadian itu. Ah benar saja, Alisya tampak malu mengingat kejadian itu. Bisa-bisanya dia memegang tangan Dafandra terlebih dahulu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar pintu. Alisya dan Dafandra menoleh bersamaan ke asal suara. "Yang Mul
Setelah beberapa saat memandang Alisya, Dafandra memberi isyarat kepada kedua pengawal elitnya untuk pergi. Kini hanya tinggal Alisya dan Dafandra yang berada di dalam ruangan itu. "Duduklah kembali!" Dafandra menepuk sebelah tempat duduknya yang kosong, memberikan isyarat pada Alisya untuk kembali pada posisi semula. Meski ragu, Alisya tetap menuruti perintah sang pangeran. Sesaat kebisuan menjadikan ruangan lebih dingin berkali-kali lipat. "Apa kamu punya ide?" tanya Dafandra lagi. "Aku tidak punya ide, tetapi kedua pengawal elit itu menjalani hukuman yang berat karena kesalahanku. Oleh karena itu, aku bersedia dihukum bersama mereka," kata Alisya penuh penyesalan, meski sebenarnya dia takut. "Kamu yakin ingin mendapatkan hukuman cambuk?" Sebuah seringai mengejek terlukis di bibir Dafandra. "Menurutmu apa yang akan Raja Nandri lakukan jika putrinya dicambuk di saat berbulan madu?" tanya Dafandra tidak percaya. Pandangan Alisya jatuh ke lantai. Dia tidak tahu pasti perasaan sa
Seperti malam-malam sebelumnya, Dafandra menikmati makan malam tanpa Alisya. Hanya ada Kiron yang selalu siap sedia di sisi pangeran. Tidak ada suara apapun di kamar itu, bahkan suara garpu dan sendok Dafandra nyaris tidak terdengar. Tiba-tiba sang pangeran meletakan alat makan, "Apa Arys dan Kalfani telah menjalankan hukuman mereka?" "Benar, Pangeran," jawab kiron sopan. Setelah mendapatkan jawaban memuaskan dari Kiron, Dafandra kembali melanjutkan makan malam dan menambahkan beberapa potong daging dan sayur ke piring. "Kiron, aku perintahkan kepadamu untuk merekrut dokter baru untuk merawat mereka berdua." "Bagaimana dengan Yang Mulia?" Kepala pelayan itu malah balik bertanya kepada Dafandra. Pasalnya pangeran itu justru tidak memiliki dokter pribadi saat ini. "Aku?" Dafandra diam sesaat. "Alisya yang akan merawatku," jawab Dafandra sambil memasukkan potongan daging ke dalam mulut. Meskipun sebenarnya kiron merasa hubungan tuannya sangat tidak wajar, lagi-lagi dia tidak beran
Pagi itu Alisya telah selesai berdandan di depan cermin. Sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu berwarna biru menghiasi rambut sang putri dipadukan dengan sepasang anting-anting berbentuk sekumpulan kuncup bunga. Setelah puas berdandan Alisya keluar kamar. Di depan pintu Seorang gadis pelayan telah menunggu. Pelayan itu memberi hormat dan meminta Alisya untuk mengikutinya. Tidak lama Alisya dan pelayan berjalan dipertemukan dengan Dafandra dan Kiron. Alisya dan pelayan itu memberikan hormat pada pangeran kedua Kosmimazh. "Mari Putri." Kiron sedikit membungkukkan badan mempersilahkan Alisya untuk mengikutinya. Selanjutnya Kiron memimpin rombongan melewati tangga kastil dengan ornamen floral di pegangan tangga dan tembok dengan batuan berwarna putih. Setelah mencapai puncak kastil, langkah kaki Kiron berhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari besi dengan ukiran kepala rusa jantan. Pintu itu nampak kokoh dan misterius. Di kedua sisi pintu terdapat tempat lilin yang masin
Tidak lama setelah kepergian Dafandra, beberapa gadis pelayan datang membawa peralatan tidur Alisya, beberapa pakaian ganti, dan makanan untuk sarapan pagi. Tanpa diberikan perintah para pelayan itu menata semua keperluan putri dari Crysozh dengan baik. Bagi Alisya dipenjara di perpustakaan antik milik mendiang raja Faran bukanlah hal yang buruk. Meski Alisya hanya tidur beralaskan kasur tipis, tetapi ruangan itu cukup hangat. Setelah para pelayan pergi Alisya menyantap makanan di atas meja. Dia harus bergegas karena ada tumpukan buku yang menanti untuk dibaca. Tidak butuh waktu lama bagi putri berambut merah untuk menghabiskan sarapan. Sejak kecil Alisya telah terbiasa menjalani hukuman kurungan. Kesendirian bukanlah hal asing dan menakutkan, melainkan telah menjadi teman karib sejak dahulu. Buku pertama yang Alisya ambil adalah buku tentang silsilah pendiri kerajaan Kosmimazh. Pendiri Kerajaan ini adalah kakek buyut dari kakek Dafandra. Jika diurutkan Dafandra adalah generas
Ingatan tentang ciuman paksa Dafandra dan Alisya terulang dalam angan. Rasa berdebar di dada pangeran membuatnya ingin mengulang. Apakah Dafandra telah jatuh cinta pada Alisya? Ataukah hanya dorongann biologis seorang pria untuk mendapatkan kesenangan dari seorang wanita? Lagi-lagi Dafandra menghela napas panjang. Dia merutuki dirinya sendiri karena bertindak ceroboh dalam hal pernikahan. Apa yang dia pikirkan saat itu hanya bagaimana caranya untuk terlepas dari perjodohan dengan Maulvi. Ah, wanita itu pasti tidak akan tinggal diam serta-merta karena kehadiran Alisya. Terbukti dia tidak segan sama sekali dengan Alisya untuk ikut ke kota Tigryzh, padahal siapa pun pasti tahu Dafandra dan Alisya akan berbulan madu. Saat Dafandra merenung, tiba-tiba terdengar suara aneh. Sang pangeran menyapukan pandangan ke seluruh ruangan. Suara itu hilang sesaat. "Mungkin aku salah dengar." Disamping Dafandra putri dari Crysozh tidur terlentang, membuat tubuhnya semakin terlihat menggoda. 'Ke
"Ah, Maaf!" seru Alisya ketika menyadari dirinya memeluk punggung pria bertubuh kekar erat-erat. Sebelum Alisya sempat menarik tangan, Dafandra mencengkeram kedua tangan Alisya yang melingkari perut berotot sang pangeran. "Tidak apa-apa. Aku mengizinkanmu untuk memelukku lebih lama," kata Dafandra dengan seringai yang tidak dapat Alisya lihat. Alis Alisya berkedut. Dia merasa Dafandra telah mengambil keuntungan dari kejadian ini. Terlebih lagi, tidak biasanya dia bersikap seperti ini. "Maaf, sikapmu membuatku tidak nyaman. Tolong lepaskan tanganku!" pinta Alisya dengan sopan. "Apa yang membuatmu begitu gusar? Aku mengizinkanmu menyentuhku. Bukankah ini yang kamu inginkan?" Alisya menghela napas panjang. Dia merasa kesal dengan sang pangeran dari Kosmimazh, namun tidak kuasa untuk lepas dari cengkeramannya. Pria itu terlampau percaya diri hingga membuat sang putri mual. "Apa yang kamu harapkan dari pernikahan ini, Alisya?" tanya Dafandra dengan nada serius. Putri Raja Nandri ter
Pagi harinya Dafandra memerintahkan Kiron dan beberapa pengawal untuk memburu tikus nakal di perpustakaan. Untungnya makhluk berbulu kelabu itu segera bisa di tangkap dan tidak sempat membuat kerusakan di dalam perpustakaan. Guna menghapus kecemasan tuannya, Kiron melakukan pemeriksaan lebih detail ke setiap sisi perpustakaan, ternyata tidak ditemukan lubang. Kemungkinan tikus itu masuk saat pintu perpustakaan terbuka cukup lama karena para gadis pelayan menyiapkan keperluan Alisya selama menjalani hukuman. Setelah tikus itu ditemukan Alisya kembali masuk ke dalam perpustakaan untuk menjalani hukuman. Ingatan sang putri memutar percakapan semalam bersama pangeran kedua Kosmimazh. "Alisya, apa kamu takut dengan tikus?" tanya Dafandra semalam. Tanpa sadar Alisya tersenyum mengingat pria berambut pirang. "Benar," ucap Alisya malu. Kenapa kamu penakut sekali? Sudah takut dengan ulat bulu, juga takut dengan tikus." Alisya hanya diam tanpa membalas. Dirinya memang takut pada kedua he