Share

Bab 10 Meledak

"Mas, apa-apaan ini? Jelaskan!"

"Ayang, maaf!" Dia menggenggam tanganku.

Kutepis kasar. "Dea bukan adikmu 'kan?" Mata ini menyelidik tajam.

"Bukan adik kandung," akunya lesu.

"Sudah kuduga," sinisku.

"Maksudnya?"

"Lekas kemasi barangmu! Angkat kaki dari rumahku sekarang juga! Satu lagi, jangan bawa mobil yang telah kubelikan untukmu!" Murkaku langsung tersulut.

Meski tungkai terasa lunglai, tetap berusaha berpijak dengan kepalan tangan.

"Ayang, ada apa? Kenapa kamu mengusirku?"

"Masih bertanya? Tidak tahu malu!" Urat-urat leher terasa mau putus saja.

"Yang, sungguh aku tak paham."

"Kamu ada main gila 'kan dengan Dea? Tega kamu, Mas!" Tubuh yang gemetar kini luruh ke lantai. Begitu pun dengan tangis yang pecah.

"Astaghfirullah, Yang. Pikiran apa yang telah merasukimu?" Hans mendekat dan hendak meraih kedua bahuku yang terguncang hebat.

"Jangan sentuh aku! Jijik!"

"Yang, kumohon, kenapa kamu berpikiran aku serendah itu?"

Aku terus menangis, air mata tumpah ruah seolah tak akan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status