Home / Romansa / Damian untuk Angelia / Racun Siap Diluncurkan

Share

Racun Siap Diluncurkan

Author: Acha Shafa
last update Last Updated: 2021-04-13 12:53:45

"Tidur saja duluan, saya harus urus pekerjaan dulu." 

"Siapa juga yang mau nungguin lo begadang? Jangan macem-macem ya pas gue lagi tidur!" Angel menunjuk Damian sambil melotot. 

"Iya, Sayang. Apa yang tidak buat kamu?" Angel melotot. Dirinya langsung menutupi tubuh dengan selimut membaringkan tubuh ke kiri membelakangi Damian. 

Sungguh Angel belum tidur. Dia benar-benar ingin mencakar, atau bahkan menusuk punggung Damian dari belakang. Sudah beberapa hari di sini, tetapi gerakannya belum juga terlaksana. 

"Kalau kamu belum ngantuk jangan paksain tidur. Mending buatkan kopi untuk saya. Gulanya sedikit saja, saya tidak suka terlalu manis." 

Angel menyibak selimut dengan kasar. Ketahuan juga keresahannya sejak tadi yang tidak kunjung tidur. Dia menyatukan alisnya sambil memajukan bibir. "Ciah, siapa juga yang mau buatin kopi buat lo? Buat sendiri, manja banget. Gue tu ngantuk, tapi lo berisik. Pake segala cara nyetel lagu!" 

"Lagunya enak. Padahal niat saya supaya kamu cepat tidur. Ini lagu kesukaan saya. Mama saya sering menyanyikannya ketika saya susah tidur," jelas Damian. 

"Hellow! Emangnya gue mau tau ya?"

"Saya hanya sekedar kasih tahu hal-hal kecil tentang saya. Siapa tahu kamu akan merindukannya nanti." 

"Lah, ngelantur ke mana-mana. Kerjain di dapur sana gue mau tidur berisik!" usir Angel sambil mengibaskan tangannya.

"Ya sudah. Saya pergi kamu tidur ya. Sudah malam soalnya."

"Ya udah sana ih!" 

***

'Saya sedikit terlambat. Hanya telur mata sapi, semoga Angel suka. Saya kerja dulu cari uang buat keluarga kita. Dimakan ya.' 

Angel merinding, sungguh. Kalimatnya membuat ia mual. Kertas yang sama di sebelah piringnya. Hal sama pula dilakukan Angel. Meremasnya dan membuangnya ke tong sampah. 

"Telur mata sapi ya? Sayangnya gue nggak suka. Sorry kali ini makanan buatan Lo gue buang." Angel membuangnya tanpa hati. Serius, kini nasi dan telurnya sudah masuk ke dalam keranjang sampah. 

"Gue beli di luar aja deh. Bosen juga di sini, nggak ada yang keren!" 

Selepas mandi, Angel bersiap dengan ootd nya. Mengenakan kacamata hitam, dirinya berjalan angkuh melewati keluarga Damian. 

"Angel, mau ke mana?" Itu suara Yura—kakak perempuan Damian yang kini tengah hamil muda. Ya, Angel tahu karena ketika hari pernikahannya, semua orang membicarakan tentang kehamilan Yura. 

"Keluar sebentar." Tidak ada lagi kata yang terucap karena Angel sengaja mempercepat langkahnya. Dia sudah memesan taksi. Tempat yang akan ia pilih restoran yang baru saja buka. Angel melihatnya dari sosial media. Memesan roti goreng dengan seduhan kopi panas. 

Selesai mengisi perutnya, Angel mengambil sesuatu yang ia beli sebelum sampai di restoran. Angel baru saja membeli sebungkus rokok. Iya, gadis itu suka merokok bahkan minum. Ya, ini akibat pergaulan kotor di sana. 

Setidaknya, ia nakal tapi tidak berlagak sok suci. Dia juga tidak akan menjual diri, nakalnya tetap berjalan sesuai aturan hidupnya. 

Mengisapnya perlahan. Mengembuskan asap-asap rokok itu dengan begitu nikmat. Kaki kirinya diangkat di atas kaki kanan. Dengan kacamata, dia benar-benar tidak peduli tatapan banyak orang. 

"Angel. Kamu di sini?" Angel memelankan isapan rokoknya. Dia, menoleh pada suara yang kini amat ia kenali. 

Damian. Dengan setelan jas kantornya, dia berdiri sambil memasukkan tangannya di saku celana. Menatap Angel dengan beda. Tidak ada jawaban dari bibir Angel, membuat Damian kembali membuka suara. 

"Ini rokok?" Tangannya memungut dengan cepat seputung rokok di tangan Angel juga bungkusnya di meja. 

"Lo apa-apaan si?" Angel berdiri. Hendak menggapai rokoknya kembali. Namun, nihil. Damian lebih tinggi darinya. 

"Sejak kapan kamu merokok? Kamu tahu rokok bahaya kan? Saya saja tidak pernah coba-coba," ujar Damian. Suaranya begitu dingin, bahkan senyuman yang membuat Angel ingin mual juga tidak ditunjukkan. 

"Gue ngerokok sebelum sama lo kalik! Cupu banget si nggak pernah ngerokok," ejek Angel. 

"Ini istri bapak?" Angel bersedekap dada. Matanya kini menatap perempuan setelan rapi di samping Damian. Bibirnya tertarik ke atas lantas menjawab dengan angkuh, "Iya gue istrinya? Kenapa? Kaget ya sifat istri bos lo kaya gitu? Santai aja kali, lebay lo berdua!" Angel menarik tas selempangnya. Belum juga pesan makan sudah datang dua manusia yang menghancurkan moodnya. Sialan memang.

***

"Angel saya belum selesai bicara sama kamu." Damian mencekal tangan Angel. Ternyata pria itu mengejarnya. Angel memaksa untuk lepas. Dia melotot, lalu menginjak kaki Damian begitu keras. 

Damian memekik kesakitan. Sepatu Angel bukan hak tinggi tetapi sepatu kulit asli berikat dan besar. Sepertinya cocok untuk dipakai laki-laki. 

"Mampus, makanya jangan sok deket sama gue!" 

"Saya suami kamu. Bukan sok dekat, memang kita dekat kan? Bahkan sekamar," kelakar Damian. 

"Suami yang nggak gue cintai. Catat dan garis bawahi itu. Lagian lo ngapa ngejar gue si? Belum cukup ambil rokok gue tadi?" 

Damian memberikan rokok itu pada Angel. "Ambil. Itu punya kamu. Alangkah baiknya kamu dengarkan kata saya. Rokok nggak baik untuk kesehatan." 

"Apa yang lo tau tentang kesehatan? Lo dokter hebat? Nyadar lo-nya aja cuma kerja di kantor. Mana hasil—" Kurang ajar hampir saja Angel keceplosan. 

"Hasil apa? Kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Damian yang dibuat bingung. 

"Minggir, gue mau pulang. Asal lo tau ya. Gue ke sini mau makan, tapi karena liat muka lo gue nggak napsu!" 

Angel benar-benar geram. Belum juga pergi jauh tangannya kembali dicekal. "Apa si?" 

"Padahal saya buatkan sarapan tadi. Kamu tidak tahu atau tidak suka?" 

"Dengerin gue. Makanan buatan lo nggak pernah gue icip-icip sama sekali. Jangan ngarep deh, makanan lo tu buat anjing nggak gue bahkan." 

Setelah menjawab, Angel pergi meninggalkan Damian. Damian tersenyum miris. "Andai kamu tahu usaha saya untuk buat kamu juga jatuh cinta." 

***

Angel menatap layar ponselnya yang tiba-tiba berdering. Seseorang menelpon. Pamannya Johnson. Ada apa? 

"Halo, Paman. Ada apa telepon malam-malam?" tanyanya. 

'Angel. Bagaimana keadaanmu di sana? Paman begitu khawatir. Rencananya sudah berjalan?' Paman Johnson bertanya dari arah telepon. 

Angel menghela napas berat. "Angel baik-baik aja. Rencana ya?" Angel terkekeh pelan kembali melanjutkan kalimatnya, "bahkan Angel belum melakukan apapun. Aku bingung. Dia begitu munafik, bersikap manis, padahal hati seperti iblis." 

'Lakukan rencana mu untuk balas dendam Angel. Paman harap kamu tidak akan jatuh cinta padanya karena dia dan keluarganya sudah menghancurkan keluarga kita.'

"Tanpa Paman minta, aku juga sudah lebih dulu menanamkan kebencian untuknya. Mereka harus hancur." 

'Paman ada rencana yang akan memudahkan kamu nantinya.' 

Angel duduk. Dia penuh tanya rencana apa yang dimaksud oleh pamannya itu? 

"Rencana apa, Paman?" tanyanya. 

'....' 

Paman mematikan sambungan teleponnya. Angel menoleh pada Damian yang tertidur lelap. Dia menatapnya begitu dalam tanpa rasa apapun selain sebuah kebencian. Semoga setelah semuanya selesai, Angel akan hidup dengan kebahagiaan. 


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Damian untuk Angelia   Menjalani Hidup Masing-masing

    Angelia. Di London namanya benar-benar sudah tidak disebut lagi oleh semua orang. Damian tidak pernah mendengarnya, Damian tidak pernah melihatnya. Bahkan, yang paling mengejutkan Damian. Ketika mengajak Delvira mengunjungi Skala, rumah itu sudah dikontrakkan oleh orang lain. Wanita itu benar-benar seperti orang yang tak sengaja bertemu di jalan. Damian bertanya pada Yolanda, pada teman-temannya yang lain. Nihil. Semua seolah menutup mulut. Layaknya mereka memang orang-orang yang tak saling mengenali.Sudah satu bulan, Damian menjalani kehidupannya yang baru bersama istri tercintanya—Delvira. Meski Delvira tidak seperti wanita di luaran sana, tetapi Damian begitu bangga. Setidaknya, Delvira tidak manja. Untuk memakaikan dasi, memberi nasi dan lauk di piring Damian, serta hal-hal sederhana lainnya masih ia lakukan sebagaimana istri sebenarnya. Satu bulan, pernikahannya, Damian dan Delvira belum berhubungan. Delvira menolak untuk melakukannya, lantaran dia b

  • Damian untuk Angelia   Berakhir Tidak Semestinya (Season Dua)

    Angel memandang surat gugatan cerai yang dirinya kirim pada Damian silam. Awalnya Damian yang bersikukuh untuk tidak menceraikannya, tetapi sekarang, justru menandatangani surat itu. Angel hancur. Apa ini balasan untuk wanita jahat sepertinya? Hidup dalam lubang kepedihan. Kalaupun iya, Angel berharap jangan bawa anak-anaknya. Jangan bawa Skala putra manisnya. Jangan bawa calon bayi mungilnya. Ini sungguh rumit. Tanpa alasan, tanpa penjelasan Damian benar-benar memutuskannya sepihak. Padahal Damian orang yang menyakinkan Angel jika mereka berdua harus memiliki kesempatan kedua. Memperbaiki keadaan. Menjalin hidup bahagia bersama buah hatinya.Hatinya remuk. Sama seperti dadanya yang sesak. Air matanya meluruh begitu saja, membasahi pipi mulusnya. Wajahnya kian pucat akibat hamil muda. Ditambah masalah begini, Angel rasanya ingin mati saja. Sejak di mana Damian mengusirnya mentah-mentah, Angel tak lagi bisa bertemu dengannya. Di kantor, Angel dihadang satpam. Di rumah, ger

  • Damian untuk Angelia   Awal Luka (Season I selesai)

    Angel membocorkan haru pada alat tes kehamilan yang di genggamnya. Benar-benar tidak percaya jika dirinya akan hamil kembali. Tanpa sadar air jatuh begitu saja. Entah harus bagaimana entah bagaimana. Apa Tuhan ingin mereka memperbaiki keadaan. Di sela-selanya, Angel kabar kabar Damian. Sudah seminggu-laki itu tidak lagi film diri. Seperti hilang ditelan bumi. Malaikat benar-benar tidak tahu dengan perasaannya. Seperti dirinya itu plin-plan. ingin ingin segalanya. Namun sekarang melihat, melihat dirinya mengandung anak Damian kembali, Angel jadi membayangkan mau Damian kemarin. Mau Damian jika mereka memang harus diberi kesempatan untuk berulang kali lagi. Mengulangi hal-hal yang manis tanpa ada racun."Ibu! Apakah kamu baik-baik saja?" Malaikat sampai lupa, Skalanya untuk menunggu di luar sana. Angel melacak air matanya, lalu keluar dari kamar mandi.Dilihatnya bocah mungil itu, berdiri sambil mengemuti permen lolipop. Wajahnya merah kesal k

  • Damian untuk Angelia   Permintaan Skala

    "Harusnya kamu tidak perlu beli ini semua untuk Skala, Mas." Angel membocorkan banyak sekali mainan yang baru dikirim oleh pekerja Damian. Angel sudah melarangnya. Namun, Damian itu kekeh. Dia tetap mau pada keinginannya untuk membeli Skala mainan yang banyak agar mendapat perhatian dari anak kecil itu—putranya sendiri."Angel, please. Beri saya kesempatan. Saya ingin menjalin hubungan baik dengan putra saya sendiri," balas Damian.Angel membocorkan Damian lekat. Tidak ada senyuman yang menghampiri dirinya. Lalu Angel bertanya, "Kenapa kamu bisa percaya kalau skala anak kamu? Bahkan kamu belum buktiin itu semua.""Tidak ada lagi yang perlu dibuktikan. Maaf, saya pernah hampir memaki. Saya begitu menyesal. Apa di sini sakit?" Damian menyentuh hati Angel. Malaikat hanya diam. Damian menatapnya dengan sendu, lalu memeluknya erat. "Beri saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya.""Ja

  • Damian untuk Angelia   Dua Manusia yang Beda Tujuan

    Damian membuka matanya yang begitu terasa lengket. Dia masih mengantuk, tetapi cahaya matahari membuatnya harus bangun sekarang. Damian bangun. Kepalanya terasa begitu berat. Bahkan Damian memukul pelan kepalanya. Dia mengingat-ingat kejadian semalam. Saat sepenuhnya Damian sadar, laki-laki itu langsung berdiri dan berbalik menatap kasurnya.Ini bukan kasurnya? Benarkah dia ada di tempat Angelia? Seingat Damian, semalam dia pergi ke bar dan mabuk saat perjalanan pulang."Kalau Anda benar-benar tulus dengan Angelia. Saya akan memberi tahu di mana dia." Fanya akhirnya memberi peluang Damian untuk menebus kesalahannya."Ya, saya benar-benar tulus padanya," kata Damian.Fanya duduk. Dia menulis alamat di mana Angel tinggal selama ini. Lalu, Fanya memberikan sobekan kertas itu pada Damian. "Saya minta Bapak jaga Angelia. Ingat, Pak. Sesuatu yang salah tidak kemungkinan bisa dimaafkan. Sa

  • Damian untuk Angelia   Sulit dimaafkan

    Damian tidak menerbitkan senyuman sependek pun pada pegawainya di kantor. Sejak dia masuk, dia hanya berjalan angkuh dan melirik begitu tajam pada mereka yang justru sibuk memandangi penampilannya. Cih, begitu membuat Damian risih."Maaf, Pak. Ada satu berkas yang dari kemarin belum Bapak tanda tangani juga. Berkas itu sangat penting. Jika Bapak tidak menandatangi segera, kantor ini akan kehilangan untung besar.""Kamu sedang mengajari saya?" Fanya terlonjak saat Damian bertanya padanya. Yang justru pertanyaannya, membuat Fanya ketakutan. Tatapan Damian seakan membunuhnya. Sialan. Jika bukan bosnya saja, Fanya sudah melemparkan tatapan yang sama. Melayangkan satu pasang sepatu yang dirinya pakai. Modal bos saja sombong sekali. Padahal dulu, banyak karyawan yang memujanya. Baik dari mana eh? Fanya bahkan akhir-akhir ini hanya dibentaknya saja."Ma-maaf, Pak. Saya hanya sekadar bicara. Kalau begitu ini be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status