"Bagaimana pertama kali kamu kenal Arka?" Mendengar pertanyaan itu mata Liona mengerjap pelan."Kita teman lama Ma, satu kuliahan dulu." Arka yang menjawabnya."Ahh satu kuliahan rupanya, kalian pasti sudah kenal dekat dari lama kalau begitu." Sedang enak- enaknya menyantap hidangan, pintu depan rumah mereka terbuka begitu saja yang membuat mata ketiganya memburu ke sumber suara."Semua orang menunggu kamu Arka, dan kamu malah berada di sini? Kamu sudah bikin Papa malu. Tania bahkan sudah rela jauh- jauh hadir untuk bertemu denganmu." Dewi berdiri, menyambut Rama mantan suaminya dengan wajah tidak suka namun Arka lebih dulu angkat suara."Aku tidak pernah menjanjikan untuk datang ke pertemuan itu, Papa yang hanya membual pada mereka." balasnya tak tanggung- tanggung membuat Rama berwajah merah padam."Jaga bicaramu, hormati aku sebagai Papa mu Arka. Ohh ternyata sedang ada tamu ya, apa dia yang menjadi alasan kamu tidak menemui Tania malam ini?" tatapannya tertuju pada Liona yang mas
"Ar-arka kamu sudah janji tidak akan macam- macam." Nafas di belakang lehernya semakin tak beraturan membuat Liona ikut tegang. Niat hati untuk bangun dari tidurnya, tapi saat itu juga pinggulnya di peluk posesif oleh tangan besar di belakangnya."Jangan bergerak akhhh, ini- akan sulit untuk membuatnya tenang kembali." masih sambil memeluk tubuh ramping Liona."Ta-tapi kamu tidak bisa seperti ini, kamu udah janji gak-""Aku janji, aku hanya akan menggeseknya seperti- ini hnggg hhh. Tunggu sampai dia tenang." Bulir keringat kini rembes di pelipisnya, Liona semakin kesulitan dengan suara Arka yang menahan erangan sambil menggesekkan juniornya. Ia dapat merasakan seberapa keras milik Arka meski terhalang kain dari pakaiannya."Akhhhh hmm" Liona spontan menutup mulutnya saat tiba- tiba desahannya keluar begitu saja ketika tangan Arka meraih payudaranya."Apa kamu tidur seperti ini setiap malam? Maksudku, kamu tidur tanpa bra?" tanya Arka sambil meremas pelan."Atau karena aku disini? Kamu
"Na, kamu tau gak kalau Abi di pecat pagi ini?" Liona yang baru saja duduk di kursinya langsung bereaksi saat mendengar kabar dari teman kerjanya."Bagaimana bisa? Tadi malam aku bahkan datang ke pestanya dan dia baik- baik aja. Dia bahkan nembak temen aku di hari ulang tahunnya." semuanya tak mungkin terjadi, jelas- jelas malam masih berjalan lancar di pesta ulang tahun Abi."Nembak temen kamu?" Desi penasaran."Iya, kamu tau aku punya teman yang namanya Livy kan? Ternyata Abi sama Livy lagi PDKT dan berhasil jadian tepat di ulang tahunnya tadi malam. Aku aja sampe kaget kenapa mereka bisa kenal." Liona semakin yakin bahwa berita yang ia dengar hanya bualan semata."Tapi Abi beneran di pecat Na, aku gak tau apa kesalahannya yang pasti pagi tadi aku liat dia di panggil ke ruangan management kita dan ke luar dengan semua barangnya. Liat, meja dia kosong Na." Wajahnya berubah serius, tidak mungkin apa yang ia pikirkan menjadi kenyataan."Na, kamu mau kemana?" Liona sudah berlari menjauh
"Dulu, seseorang selalu membawaku ke taman setiap kali akhir pekan." pandangannya di lempar ke danau yang luas, Liona merasa itu lebih baik daripada melihat mata Arka yang bersinar penasaran di pangkuannya."Mantan pacarmu?" dan Liona mengangguk."Apa yang biasa dia lakukan untuk membuat kamu senang?" tanya Arka lagi."Kenapa kamu tanya hal itu?" "Jawab saja." pungkas Arka tak sabar."Saat aku lelah setelah berkeliling taman, dia akan menggendongku di pundaknya seperti anak kecil." Liona seperti memutar beberapa lembar memorinya, tak sadar ternyata ingatan itu masih lengkap di pikirannya."Kalian pasti saling mencintai." Arka otomatis bangun dari posisi tiduran dan segera berdiri."Mau kemana?" tanya Liona yang juga ikut berdiri mengejar langkah Arka."Pulang." "Tapi ini baru sebentar""Aku gak mood untuk berada lebih lama di sini." Langkahnya begitu cepat sampai Liona kepayahan mengejarnya."Ada apa denganmu, kenapa tiba- tiba seperti ini. Tunggu aku." Liona masih susah payah terta
"Na, makasih karena kamu aku gak jadi di pecat." Abi bicara di antara ruangan yang masih sepi pagi ini."Itu- itu bukan karena aku-""Aku tau semuanya, Pak Arka sudah mengatakan semuanya tentang kalian. Aku minta maaf Na, aku gak tau kalau kalian.. pacaran." Jadi Arka mengatakan semuanya pada teman kantornya ini? Liona benar- benar panik sekarang, bagaimana kalau ternyata tidak hanya Abi yang tahu tentang hubungannya dengan Arka."Kamu tenang aja, aku gak akan bilang pada siapapun kalau kamu masih ngotot untuk backstreet. Semuanya aman. Ngomong- ngomong tentang triple date, aku yakin Livy udah bilang ke kamu. Pak Arka bersedia untuk ikut kan? Sekalian aku ingin minta maaf secara resmi padanya." Abi berujar lagi, itu hanya sebuah salah paham tapi Abi merasa dirinya juga terlalu ceroboh. "Bi, kamu gak perlu sejauh itu. Arka cuma cemburu, kamu memang gak salah apapun. Untuk rencana itu Arka setuju untuk ikut." "Hah? Iya? Wahh ini sangat langka, mana mau dia pergi ke acara semacam itu k
“Ini aku Bil, hey lihat aku, ini aku.” Liona memaksa Bily untuk melihat wajahnya.“Liona? Benar ini lo? gue gak lagi mimpi kan?” Bily meraba wajah Liona dengan tangan besarnya, kemudian rangkulan yang begitu erat di terima Liona saat itu juga. Bily meracau tak jelas, menyebut namanya berulang kali yang tak bisa ia terjemahkan. Dengan susah payah, Liona meminta tolong bartender untuk membawa Bily ke mobil. “Astaga ini berat banget, aku bahkan gak kuat bawa setengah lengannya.” Liona ambruk di langkah keduanya membopong Bily. Dia menyerah dan meninggalkan tubuh Bily yang sekarang tertidur di lantai dan berlari mencoba mencari security yang berpatroli.Keberentungan sedang berpihak padanya, dia dibantu seorang pria yang berada di lantai yang sama dimana unit Bily berada. Liona berhasil masuk dengan kartu akses yang dia dapat setelah menggeledah dompet Bily. Hanya tinggal beberapa langkah lagi ia akan sampai di kasur temannya ini. Liona limbung dan ikut terjatuh bersama dengan tubuh Bily
"Aku tidak tau apa yang aku lakukan sekarang, yang pasti aku tidak rela melihatmu bersamanya." jemarinya begitu erat mencengkram kemudi.Ferarri kuning yang melaju tanpa suara terparkir di sebuah rumah dengan gaya modern tropis, desain yang elegant yang cocok dengan iklim Indonesia. Bisa ditebak bahwa pemilik rumah suka dengan suasana nyaman dengan dominasi hijau di dalam rumahnya.Bily melenggang santai, entah berapa lama ia tak pernah pulang ke rumah orang tuanya setelah melepas diri untuk lebih mandiri.“Den Bily pulang, mau bibi buatkan teh” Salah satu pelayan paruh baya bertanya sopan kepada Bily, tahu betul bahwa anak majikannya tersebut jarang berada di rumah.“Gak perlu, aku bukan tamu disini.” Nada itu tepat seperti biasanya, dia tidak pernah bermuka ramah selama berada di rumah. Langah kakinya menaiki tangga menuju suatu ruangan yang dia kenal betul, semua tertata persis sebelum dia pergi dari rumah ini.“Nak, kamu pulang. Sayang, Mama kangen banget.” Suara seseorang dari a
"Siapa yang memberitahumu?" Arka ikut duduk di samping Liona, mengambil alih tangan dari pahanya."Siapa yang menelpon tadi?" tanya Arka lebih lembut."Calon tunanganmu, Tania. Ahh bukan, harusnya dia sudah menjadi tunanganmu malam ini." Liona tersenyum kecut."Apa saja yang dia katakan?" Lihat, bahkan Arka tak menyangkal saat Liona mengatakan kalimat itu, membuat Liona tambah tak karuan."Semuanya. Dia juga mengataiku bahwa aku hanya seorang selingkuhan." Ia melepas tangannya dari genggaman Arka dan duduk lurus ke depan.Arka mengambil tangan itu lagi sambil mengubah kembali arah Liona duduk agar menghadapnya. "Kita sudah pernah membahasnya bukan? Itu hanya cinta sepihak, ini hanya rencana mereka dan aku tidak pernah setuju. Itulah kenapa aku memilih ikut bersama kalian di sini karena aku lebih memilihmu. Kamu yang aku inginkan sayang, kamu jelas tahu itu." pelukan segera berhampur menenggelamkan tubuh mungil itu di balik kekarnya bobot tubuh Arka."Ini kencan kita, jangan pikirkan