Share

Bab 5 Ulang Tahun Marina

“Ziad…..!!!!” teriak seorang gadis dari arah belakang, saat Ziad menoleh ternyata yang memanggil namanya adalah Naya yang bersama dengan Marina.

“Hey…kamu beli makanan buat Zain dan Zian ya, apakah kamu bisa membawanya atau aku bisa membantumu?” kata Naya menawarkan diri.

“Tidak usah, aku bisa kok membawanya. Ngomong-ngomong ada apa?” tanya Ziad.

“Begini besok tanggal 10 Oktober adalah ulang tahun Marina dan ia mengundangmu bersama Zian serta Zain.” kata Naya sambil menyodorkan tiga undangan untuknya.

“Aku harap kalian bertiga bisa datang.” kata Marina yang sangat berharap akan kedatangan 3Z.

“Iya, nanti aku tanyakan pada mereka berdua.” kata Ziad

“Ya sudah kalau begitu kami akan melanjutkan untuk membagikan undangan ini.” kata Marina. 

“Kalau begitu sampai jumpa di pesta ulang tahun.” kata Naya sambil melambaikan tangannya. Ziad pun pergi ke tempat tongkrongannya disana sudah ada Zian dan Zain yang menunggu Ziad untuk membawa makanan.

“Heyy…maaf aku terlambat.”

“Kamu ini dari mana saja, dari tadi aku sangat lapar.” kata Zain berhenti bermain gitar bersama Zian.

“Iya tadi Naya memberikanku tiga kartu undangan.”

“Undangan apa?” tanya Zian. Ziad lalu membagikan undangan itu ke pada kedua sahabatnya.

“Ulang tahun Marina?” kata keduanya bersamaan

“Iya, Marina berharap kita bertiga hadir. Gimana menurut kalian?”

“Oh…jelas aku datang dong Ziad.” semangat Zain.

“Kalau kamu Zian?”

“Sepertinya besok aku tidak bisa deh”

“Kenapa?” tanya Ziad dan Zain berbarengan.

“Besok sepulang sekolah ada acara bedah buku terbaru di taman tempat biasa kita lari pagi.”

“Hmmm…ya sudah kami berdua saja yang pergi.”

Mereka berarti melanjutkan makan makanan yang dibawa oleh Ziad, ada bakpao, kue mochi dan masih banyak lagi. 

Sepulang sekolah, hp Zian berdering. Sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenalnya. Sebuah pesan singkat yang bertulis “Aku mohon datanglah” ternyata pesan itu dari Marina terlihat jelas dibawah pesan itu tertanda Marina, tetapi dari mana Marina tahu nomor Zian. Zian bahkan tidak pernah bertukar nomor telpon dengan Marina.

“Ziad, Zain. Apakah kalian berdua yang memberikan nomor telponku kepada Marina?” tanya Zian saat ia turun dari mobil.

“Tidak, bahkan aku tidak punya nomor Marina.” jawab Ziad.

“Iya aku juga sama.” jawab Zain. 

“Apakah Marina mengirim pesan kepadamu?” tanya Ziad. 

“Iya, dia menyuruhku datang ke pesta ulang tahunnya.”

“Terus kamu jawab apa?” tanya Zain penuh keheranan.

“Tidak ada, aku hanya read pesan dia.”

“Zian, menurutku sebaiknya kamu datang Marina sangat mengharapkan kamu datang.” kata Ziad.

“Kayaknya dia suka sama kamu, Zian” kata Zain menebak.

“Bukannya kamu yang suka sama dia, sejak pertama bertemu kamu langsung terpesona melihatnya.” Zian balik menerka. 

“Benarkah?” terkejut Ziad.

“Tidak, aku cuma bercanda saja. Aku masih mencari gadis yang ada dalam mimpiku itu.”

“Bukankah ciri-cirinya sama dengan yang kamu ceritakan waktu itu.” kata Zian. 

“Iya memang, tetapi sepertinya bukan Marina orangnya.” 

“Udah-udah tidak usah dilanjutkan. Zian kalau menurut aku sebaiknya kamu datang saja lagian acaranya kan nanti sore.” kata Ziad mulai bijak.

“Wihhh… sahabat kita yang satu ini mulai bijak.” puji Zain sambil merangkul Ziad.

“Nanti aku usahakan.”

Siang itu usai makan siang Zian langsung ke acara bedah buku, sedangkan Zain menghubungi Ziad untuk pergi ke mall mencarikan kado buat Marina. Di taman terlihat banyaknya orang-orang yang sangat antusias sekali mengikuti acara bedah buku. Ziad dan Zain akhirnya menemukan kado yang cocok untuk Marina dengan yakinnya Ziad mengatakan kalau Marina akan sangat suka sekali dengan kado yang ia pilih. Zain malah menertawakan Ziad yang sangat begitu yakin kalau kadonya yang paling disukai. 

Sore pun tiba, Ziad dan Zain mulai bersiap-siap ke pesta ulang tahun Marina, dengan setelan celana jeans dan hem yang dipakai Zain dan Ziad membuatnya terlihat tampan. Satu jam setengah dalam perjalanan akhirnya mereka berdua sampai di rumah Marina, yang mereka berdua tahu rumah Marina memang menakjubkan, tetapi setelah melihat dalamnya. Ziad dan Zain tidak bisa berkata-kata lagi saking takjubnya.

“Ini bukan mimpi kan.” 

“Aww…sakit” jerit Zain lalu menoleh ke belakang.

“Naya..!!”

“Gimana, sakit kan?”

“Wow Nay, kamu cantik banget menggunakan gaun itu” kata Ziad kagum melihat gadis yang memiliki panjang rambut sebahu itu dengan tahi lalat di bawah mata tepatnya samping kanan.

“Kamu juga Marina, cantik banget” tambah Ziad. 

“Oh iya. Ini kado buat kamu.” kata Zain sambil menyodorkan kado. Ziad pun menyusul.

“Terima kasih, ngomong-ngomong Zian mana?” tanya Naya. 

“Zian ada sedikit urusan jadi ia datang agak terlambat.” jawab Ziad. 

“Kalau begitu kalian berdua silakan mencicipi hidangannya.” kata Marina mempersilahkan mereka berdua.

“Kamu juga Naya.” kata Marina lagi. Sebenarnya Naya ingin menunggu Zian datang dan memperlihatkan gaun yang dikenakannya. 

Setelah acara bedah buku selesai sebisa mungkin Zian mengejar keterlambatannya pada acara ulang tahun Marina, saat sampai di ladang bunga ia melihat sosok seorang gadis dengan dress putih dengan kaos kaki setinggi lutut dan gadis itu mempunyai rambut hitam panjang. Gadis itu menyusuri setiap ladang bunga, Zian sangat penasaran gadis itu akan pergi kemana dan ladang bunga itu menuju kemana. Zian mengurungkan niatnya menuju rumah Marina,  ia lalu mengikuti gadis itu diam-diam dari belakang. Zian heran ternyata di ladang bunga itu terdapat sebuah jalan rahasia dan gadis itu pergi melalui jalan rahasia tersebut. Setelah melewati jalan rahasia Zian sampai ke dalam hutan yang rindang yang di terangi oleh kunang-kunang. Zian berjalan setapak demi setapak sambil mencari kemana sosok gadis itu. Namun Zian tidak menemukan gadis itu lagi tampak sepasang kunang-kunang menghampirinya seolah-olah ingin menunjukkan sesuatu padanya, ia lalu mengikuti kunang-kunang tersebut dan benar sekali ia melihat gadis itu duduk di dekat danau sambil memandang kerlipan bintang di langit dengan ditemani ribuan kunang-kunang. Cahaya bulan seolah-olah memantulkan sinarnya ke arah gadis itu hingga terlihat kecantikan paras rupawan. Zian terpesona melihat gadis itu, ia begitu sederhana bulan memantulkan sinar ke wajah gadis itu,  ia seperti melihat bidadari. Zian mulai menghampiri gadis itu tiba-tiba hp-nya mulai berdering dan itu telpon dari Ziad. Saat Zian mengambil ponselnya seketika gadis itu menghilang dari pandangannya. Dalam hatinya ia bertanya-tanya kemana perginya gadis itu. 

Waktu untuk memotong kue ulang tahun tiba, teman-teman yang terus saja menyuruh Marina untuk segera memotong kue, tetapi ia tidak bisa melakukan hal itu, karena tamu istimewanya belum datang. Naya membawakan kue ulang tahun dengan lilin angka 17 yang menyala. Semua tamu mendesak Marina untuk memulai acara puncaknya dan Marina tidak bisa berbuat apalagi selain mengiakan. Setelah tiup lilin dan potong kue mereka semua melanjutkan ke acara selanjutnya yaitu berdansa. Zain mengajak Marina berdansa dan Ziad bersama Naya. Beberapa menit kemudian Zian datang dengan terengah-engah dan semua mata tertuju pada Zian melangkah menuju Marina dengan sorotan mengarah pada keduanya dan memberikan sebuah mawar pink yang ia petik tadi di dalam hutan karena sejujurnya ia tidak sempat membelikan hadiah untuk dirinya. Semua gadis merasa cemburu melihat pemandangan itu bak pangeran memberikan mawar kepada sang putri. Naya yang melihat hal itu sedikit kecewa dan sakit hati, ia lalu pergi ke belakang. Di kamar mandi ia meluapkan rasa sakitnya, karena melihat Zian dan Marina tadi. Setelah selesai ia pun kembali ke tempat acara. 

"Heyy Zian kamu darimana saja? " tanya Zain sambil merangkul pundak sepupunya itu.

"Ada sedikit urusan tadi." jawab Zian.

Marina lalu membawakan sepotong kue yang ia simpan khusus untuk Zian. 

"Silahkan." 

"Terima kasih." jawab Zian singkat,  baru setengah ia makan tiba-tiba Naya menyambar kue Zian dan langsung memakannya. 

"Nay..!!"

"Tidak apa-apa." kata Zian pada Marina. 

"Zian gimana penampilanku?" kata Naya dengan PD-nya menanyakan hal itu seolah-olah ia ingin membalas kejadian yang tadi. 

"Kau terlihat berbeda Nay." kata Zain. 

"Aku tidak tanya kamu." jawab Naya ketus.

"Tapi jawabanku dengan Zian akan sama saja."

"Kau terlihat berbeda Nay,  gaun kamu sangat indah." kata Zian memuji.

"Itu kan sama aja." spontan Zain.

"Tapi dia memuji aku indah tadi." kata Naya.

"Zian tidak memuji kamu indah, tetapi gaunmu." sambar Ziad. 

Naya kesel dengan perkataan Ziad tadi,  ingin sekali ia menghajar Ziad. Zian tersenyum dan berkata lagi kepada Naya kalau ia juga sangat cantik menggunakan gaun itu. Kata-kata itu sangat berkesan sekali bagi Naya,  hatinya mulai berbunga-bunga mendengar hal itu tetapi disisi lain Marina seolah-olah tidak senang mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Zian. Waktu semakin larut, satu-persatu para tamu undangan pergi dan yang tersisa tinggal 3Z dan Naya.

"Terima kasih ya Zian, karena kamu sudah datang." kata Marina.

"Iya." jawab Zian singkat.

"Terima kasih juga buat kalian bertiga." Kata Marina ke arah Zain, Ziad dan Naya.

"Iya sama." jawab ketiganya bersamaan dengan wajah senang kecuali Naya yang terlihat agak berbeda setelah kejadian Zian dan Marina waktu itu. 

Mereka berempat pun pulang, sepanjang jalan Naya hanya diam saja saat duduk bersama Ziad di belakang mobil, sedangkan Zian duduk di depan bersama Zain yang tengah mengemudi. Naya terus saja memerhatikan Zian dari belakang dan Ziad diam-diam melihat hal itu. Namun ia tidak berkata apapun. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status