หน้าหลัก / Romansa / Dandelion / Bab 5 Ulang Tahun Marina

แชร์

Bab 5 Ulang Tahun Marina

ผู้เขียน: Eliaria Zinnia
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-04-20 11:15:04

“Ziad…..!!!!” teriak seorang gadis dari arah belakang, saat Ziad menoleh ternyata yang memanggil namanya adalah Naya yang bersama dengan Marina.

“Hey…kamu beli makanan buat Zain dan Zian ya, apakah kamu bisa membawanya atau aku bisa membantumu?” kata Naya menawarkan diri.

“Tidak usah, aku bisa kok membawanya. Ngomong-ngomong ada apa?” tanya Ziad.

“Begini besok tanggal 10 Oktober adalah ulang tahun Marina dan ia mengundangmu bersama Zian serta Zain.” kata Naya sambil menyodorkan tiga undangan untuknya.

“Aku harap kalian bertiga bisa datang.” kata Marina yang sangat berharap akan kedatangan 3Z.

“Iya, nanti aku tanyakan pada mereka berdua.” kata Ziad

“Ya sudah kalau begitu kami akan melanjutkan untuk membagikan undangan ini.” kata Marina. 

“Kalau begitu sampai jumpa di pesta ulang tahun.” kata Naya sambil melambaikan tangannya. Ziad pun pergi ke tempat tongkrongannya disana sudah ada Zian dan Zain yang menunggu Ziad untuk membawa makanan.

“Heyy…maaf aku terlambat.”

“Kamu ini dari mana saja, dari tadi aku sangat lapar.” kata Zain berhenti bermain gitar bersama Zian.

“Iya tadi Naya memberikanku tiga kartu undangan.”

“Undangan apa?” tanya Zian. Ziad lalu membagikan undangan itu ke pada kedua sahabatnya.

“Ulang tahun Marina?” kata keduanya bersamaan

“Iya, Marina berharap kita bertiga hadir. Gimana menurut kalian?”

“Oh…jelas aku datang dong Ziad.” semangat Zain.

“Kalau kamu Zian?”

“Sepertinya besok aku tidak bisa deh”

“Kenapa?” tanya Ziad dan Zain berbarengan.

“Besok sepulang sekolah ada acara bedah buku terbaru di taman tempat biasa kita lari pagi.”

“Hmmm…ya sudah kami berdua saja yang pergi.”

Mereka berarti melanjutkan makan makanan yang dibawa oleh Ziad, ada bakpao, kue mochi dan masih banyak lagi. 

Sepulang sekolah, hp Zian berdering. Sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenalnya. Sebuah pesan singkat yang bertulis “Aku mohon datanglah” ternyata pesan itu dari Marina terlihat jelas dibawah pesan itu tertanda Marina, tetapi dari mana Marina tahu nomor Zian. Zian bahkan tidak pernah bertukar nomor telpon dengan Marina.

“Ziad, Zain. Apakah kalian berdua yang memberikan nomor telponku kepada Marina?” tanya Zian saat ia turun dari mobil.

“Tidak, bahkan aku tidak punya nomor Marina.” jawab Ziad.

“Iya aku juga sama.” jawab Zain. 

“Apakah Marina mengirim pesan kepadamu?” tanya Ziad. 

“Iya, dia menyuruhku datang ke pesta ulang tahunnya.”

“Terus kamu jawab apa?” tanya Zain penuh keheranan.

“Tidak ada, aku hanya read pesan dia.”

“Zian, menurutku sebaiknya kamu datang Marina sangat mengharapkan kamu datang.” kata Ziad.

“Kayaknya dia suka sama kamu, Zian” kata Zain menebak.

“Bukannya kamu yang suka sama dia, sejak pertama bertemu kamu langsung terpesona melihatnya.” Zian balik menerka. 

“Benarkah?” terkejut Ziad.

“Tidak, aku cuma bercanda saja. Aku masih mencari gadis yang ada dalam mimpiku itu.”

“Bukankah ciri-cirinya sama dengan yang kamu ceritakan waktu itu.” kata Zian. 

“Iya memang, tetapi sepertinya bukan Marina orangnya.” 

“Udah-udah tidak usah dilanjutkan. Zian kalau menurut aku sebaiknya kamu datang saja lagian acaranya kan nanti sore.” kata Ziad mulai bijak.

“Wihhh… sahabat kita yang satu ini mulai bijak.” puji Zain sambil merangkul Ziad.

“Nanti aku usahakan.”

Siang itu usai makan siang Zian langsung ke acara bedah buku, sedangkan Zain menghubungi Ziad untuk pergi ke mall mencarikan kado buat Marina. Di taman terlihat banyaknya orang-orang yang sangat antusias sekali mengikuti acara bedah buku. Ziad dan Zain akhirnya menemukan kado yang cocok untuk Marina dengan yakinnya Ziad mengatakan kalau Marina akan sangat suka sekali dengan kado yang ia pilih. Zain malah menertawakan Ziad yang sangat begitu yakin kalau kadonya yang paling disukai. 

Sore pun tiba, Ziad dan Zain mulai bersiap-siap ke pesta ulang tahun Marina, dengan setelan celana jeans dan hem yang dipakai Zain dan Ziad membuatnya terlihat tampan. Satu jam setengah dalam perjalanan akhirnya mereka berdua sampai di rumah Marina, yang mereka berdua tahu rumah Marina memang menakjubkan, tetapi setelah melihat dalamnya. Ziad dan Zain tidak bisa berkata-kata lagi saking takjubnya.

“Ini bukan mimpi kan.” 

“Aww…sakit” jerit Zain lalu menoleh ke belakang.

“Naya..!!”

“Gimana, sakit kan?”

“Wow Nay, kamu cantik banget menggunakan gaun itu” kata Ziad kagum melihat gadis yang memiliki panjang rambut sebahu itu dengan tahi lalat di bawah mata tepatnya samping kanan.

“Kamu juga Marina, cantik banget” tambah Ziad. 

“Oh iya. Ini kado buat kamu.” kata Zain sambil menyodorkan kado. Ziad pun menyusul.

“Terima kasih, ngomong-ngomong Zian mana?” tanya Naya. 

“Zian ada sedikit urusan jadi ia datang agak terlambat.” jawab Ziad. 

“Kalau begitu kalian berdua silakan mencicipi hidangannya.” kata Marina mempersilahkan mereka berdua.

“Kamu juga Naya.” kata Marina lagi. Sebenarnya Naya ingin menunggu Zian datang dan memperlihatkan gaun yang dikenakannya. 

Setelah acara bedah buku selesai sebisa mungkin Zian mengejar keterlambatannya pada acara ulang tahun Marina, saat sampai di ladang bunga ia melihat sosok seorang gadis dengan dress putih dengan kaos kaki setinggi lutut dan gadis itu mempunyai rambut hitam panjang. Gadis itu menyusuri setiap ladang bunga, Zian sangat penasaran gadis itu akan pergi kemana dan ladang bunga itu menuju kemana. Zian mengurungkan niatnya menuju rumah Marina,  ia lalu mengikuti gadis itu diam-diam dari belakang. Zian heran ternyata di ladang bunga itu terdapat sebuah jalan rahasia dan gadis itu pergi melalui jalan rahasia tersebut. Setelah melewati jalan rahasia Zian sampai ke dalam hutan yang rindang yang di terangi oleh kunang-kunang. Zian berjalan setapak demi setapak sambil mencari kemana sosok gadis itu. Namun Zian tidak menemukan gadis itu lagi tampak sepasang kunang-kunang menghampirinya seolah-olah ingin menunjukkan sesuatu padanya, ia lalu mengikuti kunang-kunang tersebut dan benar sekali ia melihat gadis itu duduk di dekat danau sambil memandang kerlipan bintang di langit dengan ditemani ribuan kunang-kunang. Cahaya bulan seolah-olah memantulkan sinarnya ke arah gadis itu hingga terlihat kecantikan paras rupawan. Zian terpesona melihat gadis itu, ia begitu sederhana bulan memantulkan sinar ke wajah gadis itu,  ia seperti melihat bidadari. Zian mulai menghampiri gadis itu tiba-tiba hp-nya mulai berdering dan itu telpon dari Ziad. Saat Zian mengambil ponselnya seketika gadis itu menghilang dari pandangannya. Dalam hatinya ia bertanya-tanya kemana perginya gadis itu. 

Waktu untuk memotong kue ulang tahun tiba, teman-teman yang terus saja menyuruh Marina untuk segera memotong kue, tetapi ia tidak bisa melakukan hal itu, karena tamu istimewanya belum datang. Naya membawakan kue ulang tahun dengan lilin angka 17 yang menyala. Semua tamu mendesak Marina untuk memulai acara puncaknya dan Marina tidak bisa berbuat apalagi selain mengiakan. Setelah tiup lilin dan potong kue mereka semua melanjutkan ke acara selanjutnya yaitu berdansa. Zain mengajak Marina berdansa dan Ziad bersama Naya. Beberapa menit kemudian Zian datang dengan terengah-engah dan semua mata tertuju pada Zian melangkah menuju Marina dengan sorotan mengarah pada keduanya dan memberikan sebuah mawar pink yang ia petik tadi di dalam hutan karena sejujurnya ia tidak sempat membelikan hadiah untuk dirinya. Semua gadis merasa cemburu melihat pemandangan itu bak pangeran memberikan mawar kepada sang putri. Naya yang melihat hal itu sedikit kecewa dan sakit hati, ia lalu pergi ke belakang. Di kamar mandi ia meluapkan rasa sakitnya, karena melihat Zian dan Marina tadi. Setelah selesai ia pun kembali ke tempat acara. 

"Heyy Zian kamu darimana saja? " tanya Zain sambil merangkul pundak sepupunya itu.

"Ada sedikit urusan tadi." jawab Zian.

Marina lalu membawakan sepotong kue yang ia simpan khusus untuk Zian. 

"Silahkan." 

"Terima kasih." jawab Zian singkat,  baru setengah ia makan tiba-tiba Naya menyambar kue Zian dan langsung memakannya. 

"Nay..!!"

"Tidak apa-apa." kata Zian pada Marina. 

"Zian gimana penampilanku?" kata Naya dengan PD-nya menanyakan hal itu seolah-olah ia ingin membalas kejadian yang tadi. 

"Kau terlihat berbeda Nay." kata Zain. 

"Aku tidak tanya kamu." jawab Naya ketus.

"Tapi jawabanku dengan Zian akan sama saja."

"Kau terlihat berbeda Nay,  gaun kamu sangat indah." kata Zian memuji.

"Itu kan sama aja." spontan Zain.

"Tapi dia memuji aku indah tadi." kata Naya.

"Zian tidak memuji kamu indah, tetapi gaunmu." sambar Ziad. 

Naya kesel dengan perkataan Ziad tadi,  ingin sekali ia menghajar Ziad. Zian tersenyum dan berkata lagi kepada Naya kalau ia juga sangat cantik menggunakan gaun itu. Kata-kata itu sangat berkesan sekali bagi Naya,  hatinya mulai berbunga-bunga mendengar hal itu tetapi disisi lain Marina seolah-olah tidak senang mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Zian. Waktu semakin larut, satu-persatu para tamu undangan pergi dan yang tersisa tinggal 3Z dan Naya.

"Terima kasih ya Zian, karena kamu sudah datang." kata Marina.

"Iya." jawab Zian singkat.

"Terima kasih juga buat kalian bertiga." Kata Marina ke arah Zain, Ziad dan Naya.

"Iya sama." jawab ketiganya bersamaan dengan wajah senang kecuali Naya yang terlihat agak berbeda setelah kejadian Zian dan Marina waktu itu. 

Mereka berempat pun pulang, sepanjang jalan Naya hanya diam saja saat duduk bersama Ziad di belakang mobil, sedangkan Zian duduk di depan bersama Zain yang tengah mengemudi. Naya terus saja memerhatikan Zian dari belakang dan Ziad diam-diam melihat hal itu. Namun ia tidak berkata apapun. 

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dandelion   Bab 29 Pulih

    Ziad kembali istirahat, memejamkan kedua matanya. Suara klakson mobil dari depan mengejutkannya ia lalu melihat dari balik jendela. Ternyata itu adalah kedua orang tuanya yang baru saja pulang. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan turun ke bawah untuk menyambut kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai rumah juga.""Iya," jawab ayah Ziad."Silahkan tuan, nyonya." kata pembantu membawakan dua gelas air minum."Terima kasih ya bik." ucap ibu Ziad."Ayah sama ibu baru pupang dari rumah sakit?""Ohh Ziad, kamu sudah pulang nak?" tanya ibunya."Hmmm.. " kata Ziad sambil mengangguk."Iya, ayah sama ibu dari rumah sakit." kata ayah."Alhamdulillah ayah Zain sudah baikan. Ayah sama ibu sempat khawatir saat kamu mengabari kalau ayah Zain masuk rumah sakit dan kritis." kata ibu."Lalu kerjaan ibu sama ayah bagaimana?""Alhamdulillah, kami berdua mendapatkan kontrak itu." kata ayah.&nb

  • Dandelion   Bab 28 Dilema

    Di perjalanan Ziad melihat Zian berdiri sendirian di pinggir jembatan, Ziad lalu menepikan mobilnya dan menghampiri Zian. Awan hitam mulai menyelimuti langit, nampaknya hujan akan segera turun."Hey, kenapa bengong disini. Lihat langit sudah mulai mendung, sepertinya akan turun hujan.""Ziad?"Ucapan Ziad benar, hujan pun turun dengan derasnya mereka berdua segera masuk ke dalam mobil."Kamu kenapa sih Zian, akhir-akhir aku lihat kamu sering menyendiri. Yah memang biasanya seperti itu, tetapi kali ini agak sedikit berbeda. Kamu kepikiran soal Zain?"Zian hanya diam saja, tak merespon perkataan Ziad. Niat Ziad untuk pulang ke rumah diurungkan, ia lalu mencari tempat untuk ngopi dan ngemil santai serta berbicara dengan Zian."Ayok! Kita mampir ngopi dan ngemil dulu disini," ajak Ziad.Zian masih saja melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan."Zian..!""Ehh... Iya ada apa?""Kamu ini kenapa sih, dari tadi

  • Dandelion   Bab 27 Harus Memutuskan

    "Aku keluar sebentar dulu ya Ziad, Nay." kata Zian.Zian sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Zain disana, ia tidak marah atau pun dendam terhadapnya. Tapi ia hanya tidak ingin kalau Zain malah akan membecinya ketika ia mencoba menyapanya.Zian duduk di kantin sambil menikmati secangkir coklat panas sendirian, tiba-tiba handphonenya berdering. Telpon dari ibunya yang mengingatkan Zian untuk makan siang. Meskipun ibunya sibuk, ia tidak lupa mengingatkan putranya untuk makan.Hari sudah hampir siang, Naya dan Marina berpamitan untuk pulang ke rumah. Ziad menawarkan diri untuk mengantar Naya pulang, tetapi Naya merupakan gadis yang pemberani dan pengertian terhadap pacarnya. Naya mengatakan kalau ia bisa pulang sendiri, lagi pula ia juga tahu bagaimana hubungan mereka bertiga jadi tidak mungkin hanya karena dirinya Ziad akan meninggalkan sahabatnya yang sedang mengalami musibah."Serius kamu tidak apa-apa?" tanya Ziad meyakinkan.

  • Dandelion   Bab 26 Belum Ada Kemajuan

    Zain berangkat sekolah seorang diri, ia hampir saja terlambat masuk sekolah. Saat tengah menjawab soal ujian, pikirannya tidak fokus untuk menjawab soal. Ia hanya memikirkan kondisi ayahnya yang masih belum sadarkan diri. Satu persatu teman-temannya sudah selesai mengerjakan soal, tinggal beberapa orang masih menjawab termasuk Zain. Ziad melihat Zain yang terus saja melamun, ia lalu melemparkan kertas ke arah Zain."Apa?" kata Zain sambil melihat ke arah Ziad.Ziad menunjukkan kertasnya ke Zain dan jam dinding yang ada di depan. Zain mengerti maksud Ziad, kalau ia harus segera menyelesaikan soal-soal itu sebelum waktu yang sudah ditentukan.Marina pergi ke luar menunggu Zain di tempat parkiran setelah ia mengumpulkan lembar jawabannya. Marina sama sekali belum mengetahui kalau ayah Zain masuk rumah sakit, seharian kemarin ia kesal dan jengkel pada Zain serta mereka juga tidak saling menghubungi sama sekali.Ziad mengantarkan lembar jawaban kemud

  • Dandelion   Bab 25 Ayah Sakit

    Zain dan Mira berpisah di danau itu dan pulang ke rumah masing-masing. Zain berniat tidak ingin pulang ke rumah, tetapi kata-kata Mira terus terngiang di kepalanya. Ia lalu mengikuti kata Mira, beberapa menit perjalanan Zain akhirnya sampai di rumah. Ia terdiam mematung di depan pintu rumah, memikirkan apakah ada keluarganya benar-benar peduli terhadap dirinya.Zain mulai membuka pintu, tidak seperti yang ada diharapkan. Satu pun tidak ada yang menunggu kepulangannya, bahkan rumah terlihat sepi. Mungkin orang rumah sedang pergi keluar. Tak ada satu pun yang dapat ditanyai di sana, bik Imah sudah dipindahkan ke tempat tante Nirmala dan Zian atas perintah ayah Zain."Bodohnya aku mengira kalau keluargaku saat ini sedang memikirkan diriku. Mira, kamu salah jika keluargaku sangat mengkhawatirkan diriku." ucap Zain dalam hatinya.Zain mulai bertingkah seenaknya di rumah yang sepi itu, ia melakukan apa yang ia inginkan. Mulai dari main game sepuasnya hingg

  • Dandelion   Bab 24 Bertemu Lagi

    Zain kembali ke danau untuk menenangkan dirinya. Ia melempar krikil ke danau, tidak pias dengan hal itu ia juga berteriak melepaskan semua beban pikiran yang ada di kepalanya."Haaaaaaa...!"Seseorang dari belakang melempari dengan sebuah apel merah."Woyy... Berisik!""Kamu? Kenapa kamu kesini, mau bunuh diri lagi?""Woyy jangan ngarang ya, rumahku ada di sekitaran sini dan aku selalu kesini.""Ohhh.. Hah! Jangan-jangan kamu gadis yang waktu itu aku lihat?"Gadis itu mengingat kembali kejadian waktu pertama kali bertemu dengan Zain."Ohh jadi itu kamu, aku pikir..""Waktu itu kenapa kamu lari?""Ohh waktu itu aku kira penculik makanya aku lari." kata gadis itu bercanda."Dia berbeda sekali dengan waktu itu, gadis lugu, dan pemalu. Sekarang yang ada di hadapanku gadis yang sangat ceria dan penuh semangat." pikir Zain dalam hatinya."Nama aku Zain." kata Zain memperkenalkan diri dengan menyodork

  • Dandelion   Bab 23 Zain Mulai Acuh pada Marina

    Hari kedua ujian pun berlangsung, kali ini mata pelajaran yang di uji adalah pelajaran bahasa inggris. Tak cukup waktu lama bagi Naya dan Zian untuk keluar lebih dulu dari teman sekelasnya, karena mereka berdua paling mahir dalam bahasa inggrisnya.Ziad, Marina dan Zain juga keluar lebih dulu dari pada teman sekelasnya yang lain. Zian yang melihat Zain yang keluar kelas, ia lalu segera pulang duluan."Nay, aku pulang duluan ya. Dah.""Ehh Zian, kita kan akan pergi ke... "Zian sesegera mungkin memuter balik mobilnya dan melesat seperti orang yang ketakutan."Hemmm. Sudahlah.""Beb, kamu lagi lihat apa?""Kamu sudah selesai kan beb, kalau begitu kita langsung pulang saja ya." kata Naya yang langsung masuk ke dalam mobil Ziad tanpa memadang ke arah Marina dan Zain sedikitpun."Siap tuan putri." kata Ziad yang ikut-ikutan mengacuhkan Zain dan Marina.Mereka berdua segera pergi dari tempat parkiran meninggalkan Z

  • Dandelion   Bab 22 Masalah Zain

    Zain berlari mencari-cari asal suara itu, suara isak tangis seorang gadis terdengar. Sepertinya gadis itu dalam bahaya. Zain melihat sebuah danau dan suara itu terdengar dari arah sana."Aku sudah tidak kuat lagi." ucap gadis itu, kemudian ia tenggelam ke dalam danau itu.Tanpa pikir panjang Zain langsung menyelam, menyelamatkan gadis itu yang tenggelam ke dalam danau. Danau itu cukup dalam, tetapi Zain adalah penyelam yang handal. Ia bahkan bisa menyelam tanpa mengenakan pakai selam. Zain berhasil meraih tangan gadis itu, ia pun membawanya ke darat. Gadis itu pingsan, Zain berusaha menyelamatkan gadis itu."Hei sadarlah!""Uhukk.. Uhukk.!""Syukurlah.""Terima kasih ya, kamu sudah menolongku." ucap gadis itu."Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga kamu bisa tenggelam di danau itu.""Aku sedang mencari gelangku yang hilang, hampir semua danau yang ada di sekutar hutan ini telah aku telusuri, tapi aku tidak bisa menemuka

  • Dandelion   Bab 21 Ujian Hari pertama

    Seminggu berlalu sejak double date bersama Ziad dan Naya. Kini ujian sudah ada di depan mata, Zian mempersiapkan segala keperluan ujiannya."Pagi Zian, gimana semalam sudah belajar kan?" sapa Naya di sekolah."Pasti!" jawabnya dengan semangat."Pertempuran kita cuma empat hari, semangat hari pertama!" kata Naya menyemati."Okay." jawab Zian yang bersemangat.Semua siswa SMA GARUDA mengikuti ujian dengan tertib, mereka semua menjawab soal ujian dengan sangat teliti. Tak berapa lama, akhirnya Zian menyelesaikan ujiannya, semua soal sudah ia jawab."Hemmm... Aku tidak heran kalau Zian jadi secepat itu." kata Naya.Semua siswa hanya melongo saja saat Zian menaruh lembar jawaban di atas meja guru. Mereka semua takjub dengan kecepatan Zian menjawab semua soal matematika. Zian lalu langsung pulang, karena mata pelajaran yang di uji hanya satu perharinya.Di tempat parkiran, Zian bertemu dengan Zain yang

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status