หน้าหลัก / Historical / Darah dan Takdir / Bab 28 - Mereka Tak Lagi Sendiri

แชร์

Bab 28 - Mereka Tak Lagi Sendiri

ผู้เขียน: A. Rani
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-10 09:00:04

Langit malam membentang luas di atas hutan lebat tempat Saraswati dan Ki Jaya bersembunyi. Angin membawa aroma dedaunan basah, sementara kegelapan merambat perlahan di antara celah-celah pepohonan. Suara malam terdengar nyaring, tetapi di antara desiran angin dan nyanyian jangkrik, langkah kaki mendekat dengan perlahan, hampir tanpa suara.

Saraswati, yang tengah duduk di dekat api unggun kecil, menoleh cepat. Tangannya refleks menggenggam gagang belati yang diberikan Ki Jaya padanya tadi siang. Jantungnya berdebar, bersiap menghadapi siapa pun yang mendekat. Dari balik pepohonan, sosok tegap muncul, wajahnya tersamar dalam bayangan. Namun, ketika cahaya api menyentuh fitur wajahnya, Saraswati menghirup napas tajam.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Darah dan Takdir   Bab 35 - Menuju Angkara

    Langit malam menggantung di atas istana dengan kegelapan pekat, seakan alam semesta sendiri merestui upaya pelarian mereka. Bulan hanya tampak setengah, cahayanya lemah dan tertutup awan yang mengambang lamban di angkasa. Angin malam berembus pelan, membawa aroma tanah lembap dan dupa yang masih membara di sudut-sudut kuil kerajaan.Saraswati berdiri di balik pilar batu besar di salah satu lorong istana, jantungnya berdebar kencang saat ia mengintip ke arah halaman yang dijaga ketat oleh para prajurit. Setiap langkah yang mereka ambil harus diperhitungkan dengan hati-hati. Sekali saja mereka salah langkah, maka seluruh pasukan istana akan dikerahkan untuk memburu mereka sebelum mereka sempat meninggalkan tembok suci ini.Di sampingnya, Raka menekan punggungnya ke tembok batu, pedangnya terselip erat di sabuknya. Ia menatap sekeliling deng

  • Darah dan Takdir   Bab 34 - Permulaan dari Perlawanan

    Saraswati merasakan gelombang kecurigaan menyelimuti pikirannya. “Kenapa kau ingin membantu kami?” tanyanya dengan suara rendah.Lelaki tua itu mengangkat bahunya sedikit. “Karena aku tahu siapa dirimu sebenarnya, Sang Cahaya yang telah melarikan diri dari takdirnya. Dan aku juga tahu bahwa mereka tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkanmu kembali.”Saraswati menahan napas. Bagaimana orang ini bisa mengetahui identitasnya?Raka melangkah maju sedikit, kali ini dengan ekspresi yang lebih serius. “Kau tahu tentang istana?

  • Darah dan Takdir   Bab 33 - Pertemuan di Hutan Terlarang

    Di sela hiruk-pikuk air yang menghantam tubuhnya, Saraswati mendengar suara samar. “Sari! Pegang tanganku!”Ia menoleh cepat dan melihat Raka berenang ke arahnya dengan susah payah, melawan arus dengan gerakan yang kuat. Tangannya terulur, berusaha menjangkaunya.Saraswati mengayuh lebih cepat, mencoba menembus arus yang terus menyeretnya menjauh. Napasnya tersengal, paru-parunya mulai terasa berat oleh air yang sempat tertelan. Ia mendorong tubuhnya ke depan, mengerahkan seluruh kekuatannya yang tersisa. Beberapa meter lagi. Sedikit lagi.Jari-jarinya akhirnya bersentuhan dengan tangan Raka. Namun, sebelum ia bisa menggenggamnya erat, arus yang tiba-tiba lebih kuat menghantam tubuhnya, menariknya ke dalam pusaran yang lebih dalam.Saraswati terhuyung ke belak

  • Darah dan Takdir   Bab 32 - Menyeberangi Sungai Takdir

    Di sampingnya, Raka berjalan dengan ekspresi serius. Ia mengusap luka di lengannya yang masih berdarah, tetapi ia tidak mengeluh. Matanya tajam, terus mengamati sekeliling dengan waspada, memastikan bahwa mereka tidak sedang diikuti.“Kita harus menyeberangi Sungai Hitam sebelum malam tiba,” ucap Raka akhirnya, suaranya rendah tetapi tegas. “Jika kita berhasil menyeberang sebelum mereka menemukan kita, kita bisa menghilang ke desa-desa di perbatasan.”Saraswati mengangguk, meskipun pikirannya masih berputar. Ia merasa dirinya bukan lagi orang yang sama sep

  • Darah dan Takdir   Bab 31 - Darah Pertama Sang Pewaris

    Saraswati merasakan keringat dingin membasahi tengkuknya. Napasnya memburu, tetapi ia tidak bisa berhenti. Jika mereka tertangkap, itu berarti kematian. Ia melirik ke arah Raka, yang tetap fokus mencari jalur terbaik di antara akar-akar besar yang menjalar di tanah. Pria itu tidak berbicara, tetapi matanya tajam, penuh perhitungan.“Kita tidak bisa terus berlari seperti ini,” ujar Saraswati di antara napasnya yang tersengal. “Cepat atau lambat, mereka akan mengepung kita.”Raka melirik ke arahnya, lalu mengangguk. “

  • Darah dan Takdir   Bab 30 - Jejak Darah di Hutan Terakhir

    Saraswati mengangguk, meski pikirannya masih penuh dengan segala yang terjadi dalam waktu singkat. Sejak ia mengetahui bahwa dirinya bukanlah putri sejati kerajaan, segala sesuatu dalam hidupnya terasa seperti ilusi yang dipaksakan kepadanya. Kini, bahkan tanah yang ia pijak terasa asing, seakan mengingatkannya bahwa ia bukan lagi bagian dari dunia yang dulu ia kenal.Ia melirik ke arah Raka, menyadari betapa berbeda pria itu dari para pengawal istana lainnya. Sejak awal, Raka tidak pernah memperlakukannya seperti Sang Cahaya yang harus disembah. Ada sesuatu dalam caranya berbicara dan menatap yang selalu membuatnya merasa bahwa ia adalah seseorang, bukan sekadar simbol yang dijadikan alat kerajaan.“Kenapa kau memilih untuk membantuku?” tanya

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status