หน้าหลัก / Historical / Darah dan Takdir / Bab 38 - Malam di Gerbang Perang

แชร์

Bab 38 - Malam di Gerbang Perang

ผู้เขียน: A. Rani
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-12 11:00:52

Pria bertopeng itu tidak bertanya lebih lanjut. Mereka membungkuk dalam sebelum menghilang ke dalam kegelapan. Di luar, angin malam bertiup kencang, seakan membawa firasat akan darah yang akan tertumpah. Di dalam Hutan Angkara, Saraswati dan Raka kini berhadapan satu sama lain, tidak menyadari bahwa kegelapan yang lebih besar telah dikirim untuk memburu mereka. Perburuan baru saja memasuki babak yang lebih mematikan.

Udara di dalam lingkaran perkemahan semakin berat, seakan setiap embusan napas yang diambil Saraswati menambah ketegangan yang mengikat tubuhnya. Cahaya api unggun yang menari di permukaan tanah memantulkan siluet dirinya dan Raka yang

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Darah dan Takdir   Bab 38 - Malam di Gerbang Perang

    Pria bertopeng itu tidak bertanya lebih lanjut. Mereka membungkuk dalam sebelum menghilang ke dalam kegelapan. Di luar, angin malam bertiup kencang, seakan membawa firasat akan darah yang akan tertumpah. Di dalam Hutan Angkara, Saraswati dan Raka kini berhadapan satu sama lain, tidak menyadari bahwa kegelapan yang lebih besar telah dikirim untuk memburu mereka. Perburuan baru saja memasuki babak yang lebih mematikan.Udara di dalam lingkaran perkemahan semakin berat, seakan setiap embusan napas yang diambil Saraswati menambah ketegangan yang mengikat tubuhnya. Cahaya api unggun yang menari di permukaan tanah memantulkan siluet dirinya dan Raka yang

  • Darah dan Takdir   Bab 37 - Pertarungan yang Tak Diinginkan

    Jantung Saraswati berdetak lebih kencang. Ini adalah jawaban yang telah ia cari, tetapi mendengar seseorang mengatakannya secara langsung tetap membuatnya merasa terombang-ambing dalam ketidakpastian.“Lalu katakan padaku,” desaknya, suaranya lebih kuat dari yang ia kira. “Siapa aku sebenarnya? Mengapa kerajaan takut padaku?”Pria itu berhenti, menatapnya lama sebelum akhirnya berbicara. “Kau bukan hanya pewaris Klan Rakai,” katanya perlahan, seakan menimbang setiap kata. “Kau adalah kunci y

  • Darah dan Takdir   Bab 36 - Tanda Darah, Tatapan Bayangan

    Saraswati memahami maksudnya. Dunia tidak pernah sesederhana cerita-cerita lama yang diceritakan di balik dinding istana. Meskipun darah yang mengalir dalam dirinya adalah warisan dari Klan Rakai, itu tidak berarti mereka yang tersisa akan langsung percaya padanya. Kepercayaan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, bukan sesuatu yang diberikan begitu saja.Mereka terus melangkah lebih jauh ke dalam hutan, melewati akar-akar raksasa yang menjalar seperti ular, dan sesekali harus menunduk di bawah dahan yang menggantung rendah. Semakin jauh mereka masuk, udara di sekitar mereka semakin terasa berat. Saraswati merasakan getaran aneh di dalam tanah, seperti ada sesuatu yang terkubur di bawah kaki mereka—sesuatu yang telah ada di sini selama berabad-abad.

  • Darah dan Takdir   Bab 35 - Menuju Angkara

    Langit malam menggantung di atas istana dengan kegelapan pekat, seakan alam semesta sendiri merestui upaya pelarian mereka. Bulan hanya tampak setengah, cahayanya lemah dan tertutup awan yang mengambang lamban di angkasa. Angin malam berembus pelan, membawa aroma tanah lembap dan dupa yang masih membara di sudut-sudut kuil kerajaan.Saraswati berdiri di balik pilar batu besar di salah satu lorong istana, jantungnya berdebar kencang saat ia mengintip ke arah halaman yang dijaga ketat oleh para prajurit. Setiap langkah yang mereka ambil harus diperhitungkan dengan hati-hati. Sekali saja mereka salah langkah, maka seluruh pasukan istana akan dikerahkan untuk memburu mereka sebelum mereka sempat meninggalkan tembok suci ini.Di sampingnya, Raka menekan punggungnya ke tembok batu, pedangnya terselip erat di sabuknya. Ia menatap sekeliling deng

  • Darah dan Takdir   Bab 34 - Permulaan dari Perlawanan

    Saraswati merasakan gelombang kecurigaan menyelimuti pikirannya. “Kenapa kau ingin membantu kami?” tanyanya dengan suara rendah.Lelaki tua itu mengangkat bahunya sedikit. “Karena aku tahu siapa dirimu sebenarnya, Sang Cahaya yang telah melarikan diri dari takdirnya. Dan aku juga tahu bahwa mereka tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkanmu kembali.”Saraswati menahan napas. Bagaimana orang ini bisa mengetahui identitasnya?Raka melangkah maju sedikit, kali ini dengan ekspresi yang lebih serius. “Kau tahu tentang istana?

  • Darah dan Takdir   Bab 33 - Pertemuan di Hutan Terlarang

    Di sela hiruk-pikuk air yang menghantam tubuhnya, Saraswati mendengar suara samar. “Sari! Pegang tanganku!”Ia menoleh cepat dan melihat Raka berenang ke arahnya dengan susah payah, melawan arus dengan gerakan yang kuat. Tangannya terulur, berusaha menjangkaunya.Saraswati mengayuh lebih cepat, mencoba menembus arus yang terus menyeretnya menjauh. Napasnya tersengal, paru-parunya mulai terasa berat oleh air yang sempat tertelan. Ia mendorong tubuhnya ke depan, mengerahkan seluruh kekuatannya yang tersisa. Beberapa meter lagi. Sedikit lagi.Jari-jarinya akhirnya bersentuhan dengan tangan Raka. Namun, sebelum ia bisa menggenggamnya erat, arus yang tiba-tiba lebih kuat menghantam tubuhnya, menariknya ke dalam pusaran yang lebih dalam.Saraswati terhuyung ke belak

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status