Home / Historical / Darah dan Takdir / Bab 7: Raka dan Keputusan Berbahaya

Share

Bab 7: Raka dan Keputusan Berbahaya

Author: A. Rani
last update Last Updated: 2025-05-31 00:11:18

Langit malam membentang luas di atas hutan lebat tempat Saraswati dan Ki Jaya bersembunyi. Angin membawa aroma dedaunan basah, sementara kegelapan merambat perlahan di antara celah-celah pepohonan. Suara malam terdengar nyaring, tetapi di antara desiran angin dan nyanyian jangkrik, langkah kaki mendekat dengan perlahan, hampir tanpa suara.

Saraswati, yang tengah duduk di dekat api unggun kecil, menoleh cepat. Tangannya refleks menggenggam gagang belati yang diberikan Ki Jaya padanya tadi siang. Jantungnya berdebar, bersiap menghadapi siapa pun yang mendekat. Dari balik pepohonan, sosok tegap muncul, wajahnya tersamar dalam bayangan. Namun, ketika cahaya api menyentuh fitur wajahnya, Saraswati menghirup napas tajam.

“Raka?” suaranya nyaris berbisik, setengah tidak percaya.

Prajurit muda itu berdiri tegap, wajahnya sedikit lebih tirus dari terakhir kali ia melihatnya. Jubahnya kotor oleh debu perjalanan, tetapi matanya tetap setajam yang ia ingat. Namun, di balik tatapan itu, ada sesuat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Darah dan Takdir   Bab 30 - Jejak Darah di Hutan Terakhir

    Saraswati mengangguk, meski pikirannya masih penuh dengan segala yang terjadi dalam waktu singkat. Sejak ia mengetahui bahwa dirinya bukanlah putri sejati kerajaan, segala sesuatu dalam hidupnya terasa seperti ilusi yang dipaksakan kepadanya. Kini, bahkan tanah yang ia pijak terasa asing, seakan mengingatkannya bahwa ia bukan lagi bagian dari dunia yang dulu ia kenal.Ia melirik ke arah Raka, menyadari betapa berbeda pria itu dari para pengawal istana lainnya. Sejak awal, Raka tidak pernah memperlakukannya seperti Sang Cahaya yang harus disembah. Ada sesuatu dalam caranya berbicara dan menatap yang selalu membuatnya merasa bahwa ia adalah seseorang, bukan sekadar simbol yang dijadikan alat kerajaan.“Kenapa kau memilih untuk membantuku?” tanya

  • Darah dan Takdir   Bab 29 - Belati Darah Terakhir

    Langit mulai berubah warna saat Saraswati dan Raka berjalan menyusuri hutan, meninggalkan tempat persembunyian mereka di bawah bayangan pepohonan yang tinggi. Cahaya jingga fajar merayap perlahan melalui celah-celah daun, menciptakan siluet panjang di tanah yang masih lembab oleh embun. Tidak ada suara selain langkah kaki mereka yang tertahan, seakan alam ikut menahan napas menghadapi keputusan besar yang baru saja mereka buat.Saraswati melirik ke arah Raka, yang berjalan di sampingnya dengan ekspresi serius. Ia masih sulit mempercayai bahwa pemuda itu telah mengetahui lebih banyak tentang dirinya daripada yang pernah ia sadari. Kini, mereka tidak lagi berdiri di sisi yang berseberangan sebagai pengawal dan putri, melainkan sebagai dua pelarian yang mencoba mencari kebenaran yang telah lama dikubur.“Apa yang membuatmu yakin bahwa seseorang dari Klan Raka

  • Darah dan Takdir   Bab 25 - Api di Balik Cahaya

    Ki Jaya, yang sejak tadi hanya mengamati, mengangguk kecil sebelum mulai berbicara. “Klan Rakai adalah salah satu klan tertua di Tirta Mandala, bahkan lebih tua dari keluarga kerajaan yang sekarang berkuasa. Mereka bukan sekadar pemberontak seperti yang diceritakan oleh istana. Mereka adalah penjaga keseimbangan, orang-orang yang mengetahui rahasia yang ingin disembunyikan oleh kerajaan.”Saraswati menatapnya, mencari lebih banyak kepastian. “Rahasia apa?”Ki Jaya menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Tirta Mandala tidak seperti yang selama ini kau kira. Kerajaan ini dibangun di atas pengorbanan, dan bukan hanya p

  • Darah dan Takdir   Bab 24 - Kebenaran di Balik Darah Kerajaan

    Gelap dan lembap, lorong bawah tanah yang dilewati Saraswati seakan menelannya dalam kesunyian yang mencekam. Ia bisa mendengar tetesan air dari langit-langit batu yang kasar, menciptakan suara berulang yang menggema di sepanjang terowongan sempit. Dinding di sekelilingnya terasa dingin dan licin, seolah-olah telah menyimpan rahasia yang tak terhitung jumlahnya selama berabad-abad.Ia tidak tahu sudah berapa lama ia berjalan. Kakinya terasa semakin berat, dan udara di dalam lorong semakin tipis, membuatnya sulit bernapas. Namun, ia tidak bisa berhenti. Setiap langkah yang ia ambil menjauhkannya dari istana, dari cengkeraman mereka yang telah menipunya seumur hidupnya. Lalu, di ujung lorong, samar-samar terlihat cahaya redup.

  • Darah dan Takdir   Bab 23 - Terowongan Menuju Takdir

    Prajurit itu masih menatapnya dengan penuh keraguan. Saraswati merasakan ketegangan semakin menumpuk, tetapi ia menolak untuk menunjukkan kelemahan.Akhirnya, pria itu mendengus. “Pastikan kau bekerja dengan benar,” katanya dingin. “Dan jangan membuat masalah.”Tanpa menunggu lebih lama, ia berbalik dan berjalan menjauh, membiarkan mereka melanjutkan perjalanan. Saraswati hanya bisa menarik napas lega begitu pria itu benar-benar menghilang di balik bayangan.Mirah menggenggam tangannya erat, lalu berbisik, &ldq

  • Darah dan Takdir   Bab 22 - Saat Dusta Menyelamatkan Hidup

    Ketukan pelan di pintu membuatnya tersentak. Ia bergegas menutup kembali petinya, lalu berdiri dengan waspada. Tidak ada seorang pun yang seharusnya datang ke kamarnya pada waktu selarut ini. Tangannya bergerak ke gagang pintu dengan ragu, tetapi sebelum ia sempat membuka, sebuah suara berbisik dari balik kayu yang dingin.“Sang Cahaya, ini aku.”Saraswati mengenali suara itu seketika. Mirah. Ia membuka pintu sedikit, cukup untuk melihat wajah Mirah yang pucat diterpa cahaya lentera di lorong. Pelayan itu tampak gelisah, matanya bergerak cepat ke kiri dan kanan sebelum akhirnya masuk ke dalam dengan cepat, lalu menutup pintu di belakangnya.“Andai ada orang lain yang melihatku datang ke sini, nyawaku past

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status