Saraswati mengangguk, meski pikirannya masih penuh dengan segala yang terjadi dalam waktu singkat. Sejak ia mengetahui bahwa dirinya bukanlah putri sejati kerajaan, segala sesuatu dalam hidupnya terasa seperti ilusi yang dipaksakan kepadanya. Kini, bahkan tanah yang ia pijak terasa asing, seakan mengingatkannya bahwa ia bukan lagi bagian dari dunia yang dulu ia kenal.Ia melirik ke arah Raka, menyadari betapa berbeda pria itu dari para pengawal istana lainnya. Sejak awal, Raka tidak pernah memperlakukannya seperti Sang Cahaya yang harus disembah. Ada sesuatu dalam caranya berbicara dan menatap yang selalu membuatnya merasa bahwa ia adalah seseorang, bukan sekadar simbol yang dijadikan alat kerajaan.“Kenapa kau memilih untuk membantuku?” tanya
Langit mulai berubah warna saat Saraswati dan Raka berjalan menyusuri hutan, meninggalkan tempat persembunyian mereka di bawah bayangan pepohonan yang tinggi. Cahaya jingga fajar merayap perlahan melalui celah-celah daun, menciptakan siluet panjang di tanah yang masih lembab oleh embun. Tidak ada suara selain langkah kaki mereka yang tertahan, seakan alam ikut menahan napas menghadapi keputusan besar yang baru saja mereka buat.Saraswati melirik ke arah Raka, yang berjalan di sampingnya dengan ekspresi serius. Ia masih sulit mempercayai bahwa pemuda itu telah mengetahui lebih banyak tentang dirinya daripada yang pernah ia sadari. Kini, mereka tidak lagi berdiri di sisi yang berseberangan sebagai pengawal dan putri, melainkan sebagai dua pelarian yang mencoba mencari kebenaran yang telah lama dikubur.“Apa yang membuatmu yakin bahwa seseorang dari Klan Raka
Ki Jaya, yang sejak tadi hanya mengamati, mengangguk kecil sebelum mulai berbicara. “Klan Rakai adalah salah satu klan tertua di Tirta Mandala, bahkan lebih tua dari keluarga kerajaan yang sekarang berkuasa. Mereka bukan sekadar pemberontak seperti yang diceritakan oleh istana. Mereka adalah penjaga keseimbangan, orang-orang yang mengetahui rahasia yang ingin disembunyikan oleh kerajaan.”Saraswati menatapnya, mencari lebih banyak kepastian. “Rahasia apa?”Ki Jaya menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Tirta Mandala tidak seperti yang selama ini kau kira. Kerajaan ini dibangun di atas pengorbanan, dan bukan hanya p
Gelap dan lembap, lorong bawah tanah yang dilewati Saraswati seakan menelannya dalam kesunyian yang mencekam. Ia bisa mendengar tetesan air dari langit-langit batu yang kasar, menciptakan suara berulang yang menggema di sepanjang terowongan sempit. Dinding di sekelilingnya terasa dingin dan licin, seolah-olah telah menyimpan rahasia yang tak terhitung jumlahnya selama berabad-abad.Ia tidak tahu sudah berapa lama ia berjalan. Kakinya terasa semakin berat, dan udara di dalam lorong semakin tipis, membuatnya sulit bernapas. Namun, ia tidak bisa berhenti. Setiap langkah yang ia ambil menjauhkannya dari istana, dari cengkeraman mereka yang telah menipunya seumur hidupnya. Lalu, di ujung lorong, samar-samar terlihat cahaya redup.
Prajurit itu masih menatapnya dengan penuh keraguan. Saraswati merasakan ketegangan semakin menumpuk, tetapi ia menolak untuk menunjukkan kelemahan.Akhirnya, pria itu mendengus. “Pastikan kau bekerja dengan benar,” katanya dingin. “Dan jangan membuat masalah.”Tanpa menunggu lebih lama, ia berbalik dan berjalan menjauh, membiarkan mereka melanjutkan perjalanan. Saraswati hanya bisa menarik napas lega begitu pria itu benar-benar menghilang di balik bayangan.Mirah menggenggam tangannya erat, lalu berbisik, &ldq
Ketukan pelan di pintu membuatnya tersentak. Ia bergegas menutup kembali petinya, lalu berdiri dengan waspada. Tidak ada seorang pun yang seharusnya datang ke kamarnya pada waktu selarut ini. Tangannya bergerak ke gagang pintu dengan ragu, tetapi sebelum ia sempat membuka, sebuah suara berbisik dari balik kayu yang dingin.“Sang Cahaya, ini aku.”Saraswati mengenali suara itu seketika. Mirah. Ia membuka pintu sedikit, cukup untuk melihat wajah Mirah yang pucat diterpa cahaya lentera di lorong. Pelayan itu tampak gelisah, matanya bergerak cepat ke kiri dan kanan sebelum akhirnya masuk ke dalam dengan cepat, lalu menutup pintu di belakangnya.“Andai ada orang lain yang melihatku datang ke sini, nyawaku past