Beranda / Romansa / Dari Musuh Menjadi Suami / 8. Situasi Tidak Menyenangkan

Share

8. Situasi Tidak Menyenangkan

Penulis: Alya Feliz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-11 20:21:40

"Kamu lagi kamu lagi! Kenapa sih, kamu selalu aja ada di sekitar aku? Perasaan habis menghilang berbulan-bulan, kamu terus mengganggu aku deh. Apa jangan-jangan kamu sengaja ngikutin aku ya?"

Jenna sangat kesal sekali ketika Kala menarik tangannya menjauhi kos Meta. Pria itu bahkan tidak peduli ketika dia terengah-engah karena menaiki jalanan yang menanjak. Perutnya mendadak keroncongan. Baru sadar bahwa dia belum memakan apapun sejak keluar dari rumah.

"Lepasin nggak? Aku muak banget lihat kamu terus. Nggak tahu malu banget sih? Udah ditolak juga," gerutunya dengan hati jengkel bukan main.

Kala selalu ikut campur dengan urusannya sejak dulu. Bahkan ketika dia baru saja jadian dengan pacarnya. Berkali-kali dia mengumpat dan mencaci lelaki itu, tapi Kala hanya diam saja.

Jenna bahkan sampai lupa dengan kecurigaannya tadi mengenai Kala yang sedang berduaan dengan Meta di dalam kamar kos.

"Lepasin tangan aku! Aku ada urusan sama Meta. Kamu jangan gangguin aku..."

"Bisa diem nggak? Berisik banget daritadi!"

Jenna langsung terdiam di sebelah mobil Kala dengan wajah syok. Tak percaya baru saja dibentak oleh lelaki itu. Meskipun kerapkali jahil padanya dan dia selalu uring-uringan, Kala sama sekali tidak pernah membentaknya.

"Ada yang lebih urgent ketimbang urusanmu dengan temanmu yang nggak penting itu! Bisa nggak, sekali aja jangan manja?"

Kedua mata Jenna langsung berkaca-kaca dan dadanya naik turun dengan cepat. Dia tidak pernah dibentak oleh ayah dan kakaknya selama hidupnya. Baru kemarin ayahnya sedikit meninggikan suara karena dirinya menolak lamaran Kala saja sudah membuatnya menangis tersedu-sedu di dalam kamar.

Rasa marah, kecewa, sakit hati, bercampur menjadi satu. Tangannya mengusap air mata yang menuruni pipinya dengan kasar. Tanpa berpikir panjang, Jenna langsung berjalan dengan cepat meninggalkan Kala yang mengumpat dan mengacak rambutnya, seperti terlihat frustrasi. Dan Jenna sama sekali tidak peduli.

Dia heran kenapa orangtuanya ingin pria seperti itu yang menjadi suaminya? Rangga jauh lebih baik dan pengertian. Tidak pernah berkata kasar atau membentaknya. Apa mereka ingin dia tersiksa seumur hidupnya karena memiliki suami seperti Kala?

Tiba-tiba tangannya dicekal hingga tubuhnya berbalik. Dia langsung melepas cekalan itu, namun tenaganya kalah besar.

"Maaf, aku nggak bermaksud untuk membentak kamu."

"Lepasin!" pintanya dengan suara bergetar.

"Kamu keras kepala sekali. Bisa nggak, sekali aja kamu mendengarkan aku tanpa harus berpikiran buruk tentang aku?"

Tangisan Jenna semakin keras tanpa dia sadari. Rasanya dia ingin meluapkan semua emosi yang terkumpul dalam dirinya. Pria itu membawanya ke dalam pelukan.

"Maaf, aku nggak akan membentak kamu lagi. Aku...aku nggak bermaksud untuk mengganggu kamu. Aku hanya..."

Dada Jenna terasa sesak dan sakit luar biasa. Dia benar-benar benci menjadi dewasa.

"Ssshhh, maaf. Aku nggak tahu lagi harus memakai cara apa buat meyakinkan kamu. Jadi..."

"Kala!" Jenna memekik ketika tiba-tiba pria itu membopongnya dan membawanya ke dalam mobil. "Kamu apa-apaan sih? Turunin nggak?"

Tapi pria itu seperti tuli. Dia dimasukkan secara paksa ke dalam mobil yang pintunya langsung dikunci oleh pria itu ketika dia hendak membukanya kembali. Matanya tak berhenti memelototi Kala ketika pria itu masuk ke sisi pengemudi.

Ingin rasanya dia memukul kepala pria itu dengan brutal, namun mobil sudah memasuki jalanan yang ramai. Dadanya bergemuruh saat melihat sudut bibir Kala sedikit terangkat.

"Aku benci banget sama kamu! Aku berharap semoga kamu pergi jauh dari hidupku!" ucapnya dengan berapi-api.

Senyum Kala semakin lebar. "Jangan terlalu membenci aku. Nanti jatuh cinta loh."

"Cih! Nggak sudi! Cowok kayak kamu pantesnya sama cewek-cewek murahan yang dengan senang hati ngangkang gratis di depan kamu. Dasar menjijikkan!"

Tiba-tiba senyum Kala lenyap. Wajah pria itu berubah dingin. Kedua tangannya mencengkeram kemudi mobil dengan sangat erat.

Diam-diam Jenna merasa takut kalau Kala mendadak mengamuk dan membuat mereka celaka karena mobil yang mereka kendarai menabrak. Salahnya sendiri kenapa mengucapkan kata-kata menyakitkan itu ketika masih di dalam mobil.

***

Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya diam. Entah kenapa Jenna pun tidak berani untuk terus memaki Kala seperti biasanya. Begitupun saat tiba di tempat tujuan yang ternyata adalah rumah sakit. Saat bertanya siapa yang sakit, pria itu hanya diam saja dengan wajah dingin.

Seperti saat ini, Jenna dibiarkan berdiri sendirian di depan sebuah ruang rawat setelah Kala meninggalkannya begitu saja. Apa pria itu marah? Kenapa Kala selalu marah setiap kali dia membahas tentang kebiasaan buruknya?

Jenna mendengkus dan memutar mata dengan malas. Paling-paling itu hanya alasan Kala saja biar bisa bebas kembali pada wanita-wanitanya seperti dulu. Cih! Pura-pura marah biar dia simpati. Tidak sudi!

"Dek? Kok cuma diem aja di situ? Ayo masuk."

Jenna menoleh dan kaget ketika melihat Arman berjalan mendekatinya sambil membawa sekantong plastik besar berwarna hitam.

"Loh, siapa yang sakit, Mas? Tadi di rumah juga sepi nggak ada orang. Pada ke mana?"

Arman tidak menjawab. Pria itu malah langsung membuka pintu ruang rawat lebar-lebar. Mata Jenna membelalak ketika melihat siapa yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit.

"Ayah? Kok nggak ada yang bilang kalau ayah dirawat di sini? Ayah sakit apa?" cecar Jenna dengan wajah panik sambil mendekati pria yang terlihat lemas itu.

"Kamu mana denger mama teriak-teriak di depan kamarmu? Kalau udah ngebo, mau ada gempa pun nggak bakalan bangun. Lagian ngapain sih pintu kamarmu dikunci segala?" gerutu Bu Via.

"Ma, jangan mulai lagi," pinta Arman sambil memegang lengan wanita yang telah melahirkan mereka.

Bu Via mendengkus. "Ya semua kan gara-gara dia, ayahmu jadi harus dirawat di sini."

"Ma, udah. Ayo makan dulu. Jenna, kita makan dulu. Jangan sampai perut dalam keadaan kosong saat hati terasa panas." Arman mengeluarkan bungkusan nasi ayam dan membagikannya.

Bu Via menerima bagian Pak Bowo sambil cemberut dan mulai menyuapkan makanan itu ke mulut suaminya. Sementara Jenna, mau tak mau ikut makan juga. Perutnya memang kelaparan sejak tadi karena buru-buru keluar rumah.

Setelah mereka selesai sarapan yang terlambat, Arman mengajak Bu Via untuk keluar dengan alasan harus mandi dan ganti baju. Membuat Jenna mengernyitkan dahi. Jadi maksudnya, ayahnya ada di rumah sakit ini sejak kemarin malam?

Perasaan bersalah menghantamnya. Dia menoleh ke arah sang ayah yang tersenyum dengan bibir yang masih pucat.

"Sini, ayah mau ngomong sama kamu."

"Apa gara-gara Jenna menolak lamaran Kala?"

Pria yang selalu bekerja keras demi menafkahi keluarganya itu menghela nafas panjang, lalu menggeleng.

"Ayah hanya banyak pikiran saja. Kebetulan kamu bersikap seperti itu, jadi darah tinggi ayah kumat."

Jenna menggigit bibir bawahnya. "Tapi ayah ngatain aku anak durhaka cuma gara-gara menolak lamaran Kala. Aku beneran nggak mau menikah sama dia, Yah. Lagian aku masih muda banget. Aku belum siap berumahtangga. Kala juga suka main cewek. Apa ayah tega aku nanti diselingkuhi sama dia terus?"

Pak Bowo tersenyum. "Tidak semua yang kamu lihat itu sesuai dengan yang terjadi, Nak. Tapi ayah cuma minta satu hal sama kamu. Tolong, terima lamaran Kala."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dari Musuh Menjadi Suami   56. Mencengangkan

    "Aku nggak yakin kamu mau bertahan dengan aku yang dulu."Jenna semakin penasaran. Kenapa Kala bisa berbicara seperti itu? Memangnya Kala yang dulu bagaimana? Seingat Jenna, Kala hanyalah pemuda menyebalkan yang selalu membuatnya kesal dan bersikap tengil di depannya. Kalau hanya sikap seperti itu, dia masih bisa tahan."Aku nggak ngerti." Jenna akhirnya duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut.Wajahnya memerah ketika melihat tanda merah di dada dan leher Kala. Bukan hanya satu, melainkan banyak. Seliar itukah dirinya? Jenna hanya tidak mau Kala berpaling dan kehilangan cintanya. Jadi, Jenna ingin mengikat Kala dengan tubuhnya. Bukankah pria sangat menyukai seks yang hebat?"Aku nggak sebaik yang kamu kira, Sayang. Aku bukan pria normal."Deg!Maksudnya bagaimana? Kala sebenarnya adalah pecinta sesama jenis? Tap-tapi...Kala sangat hebat di atas ranjang dan begitu memuja tubuhnya! Tidak mungkin kan, kalau Kala gay? Pria itu tidak jijik melahap bagian intim Jenna seperti melahap maka

  • Dari Musuh Menjadi Suami   55. Bukan Mimpi

    Kala membuka mata dengan senyum puas. Mimpi paling indah yang pernah dia miliki. Bercinta dengan Jenna habis-habisan sampai wanita itu menangis memohon-mohon untuk berhenti setelah tiga jam berlalu.Berbagai gaya mereka coba atas permintaan Jenna. Setiap kali berganti gaya, Jenna selalu memujinya. Memuji ukurannya dan staminanya. Ah, benar-benar mimpi yang sangat indah. Kucingnya begitu jinak dan manja. Bahkan berani mengeksplor hal-hal baru yang membuat tubuh wanita itu menggelepar entah sampai berapa kali.Jenna bahkan begitu liar ketika berada di atas. Pemandangan yang akan terus terpatri dalam otaknya. Bahkan video-video biru itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gerakan tubuh Jenna yang begitu erotis.Seandainya itu terjadi di dunia nyata...Kala menoleh ke sisi ranjang di sampingnya dengan senyum masih menghiasi wajah, sampai senyum itu akhirnya surut. Matanya mengerjap berkali-kali dan tangannya mencubit lengannya sendiri. Masih belum percaya, dia mengucek matanya.Jenna

  • Dari Musuh Menjadi Suami   54. Godaan Bidadari

    Kala fokus pada layar laptop yang menampilkan laporan keuangan hotel. Mumpung Jenna masih di rumah orangtuanya, dia jadi bisa berkonsentrasi. Sejak kejadian Septi dan Rangga, Kala membuat peraturan baru mengenai karyawan.Sesama karyawan tidak boleh menjalin hubungan, tidak boleh ada karyawan yang diterima dengan jalur orang dalam, dan semua karyawan wajib diperiksa sebelum memasuki hotel. Kemarahan Jenna tadi saja sudah membuatnya trauma. Apalagi Septi ternyata mengartikan kebaikannya sebagai perhatian yang salah."Ck, gitu aja baper. Pantesan aja si Arman membatasi diri dari perempuan. Mereka dibaikin dikit malah ngelunjak. Pantesan banyak cewek yang ditipu sama laki-laki," gumamnya sambil meraih secangkir kopi tanpa mengalihkan pandangannya dari grafik yang terus naik.Ternyata, pemecatan Rangga dan Septi memberikan dampak yang signifikan. Para karyawan mulai berani membuka suara mengenai tingkah laku mereka yang membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman."Cuma Jenna yang nggak ba

  • Dari Musuh Menjadi Suami   53. Senjata Makan Tuan

    Sepanjang perjalanan, Meta selalu mengumpat dan mencaci maki Jenna beserta ibunya. Rencananya gagal total, dan dia justru terpaksa harus ikut memakan kue yang dia berikan untuk mereka."Anj*** memang ibunya Jenna! Nenek-nenek tua menyebalkan!" umpatnya dengan dada bergemuruh.Perutnya terasa seperti diaduk-aduk sekarang. Keringat mengalir deras di keningnya dan dadanya berdebar. Meta ingin segera pulang dan berbaring di atas tempat tidur yang nyaman.Saat berhenti di lampu merah, Meta merasa kepalanya pusing. Apakah itu efek dari racun yang ada di kue pelangi? Seingatnya, dia tadi hanya makan sedikit. Seharusnya tidak berdampak apa-apa, kan?TIN!Meta terlonjak. Dia mendongak dan melihat lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Dengan dada semakin berdebar, dia menjalankan motornya menuju ke rumah orangtuanya. Persetan jika mereka menolaknya nanti!Sejak kecil, orangtuanya memang tidak begitu peduli padanya. Karena kurang kasih sayang, Meta selalu berbuat ulah di luar sana untuk

  • Dari Musuh Menjadi Suami   52. Kue yang Ditukar

    Bukan hanya Jenna yang tegang, melainkan Meta juga. Mereka melihat Bu Via yang baik-baik saja setelah semenit berlalu. Meskipun Jenna heran bukan main kenapa ibunya tidak kenapa-kenapa, tapi dia sangat bersyukur.Sekarang, dia melihat ke arah Meta yang masih mematung di tempatnya. Kedua mata Jenna menyipit. Reaksi gadis itu semakin membuat dia yakin bahwa Meta memang berniat untuk meracuni keluarganya."Ayo, Met. Dimakan dong kuenya. Apa kamu nggak doyan sama kue yang kamu bawa sendiri?" Jenna sengaja sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Meta. "Atau jangan-jangan...ada sesuatu ya di dalam kue itu?"Meta langsung terlihat gugup. "Hah? Ng-nggak kok. Kenapa kamu bilang begitu?""Kalau nggak ada apa-apa di dalam kue itu, seharusnya kamu nggak perlu tegang begitu dong. Cuma ngambil satu aja terus dimakan. Apa susahnya?" Jenna terus memprovokasi. "Kecuali kamu lagi hamil. Katanya orang hamil itu sensitif sama bau-bauan atau makanan tertentu. Kamu kelihatan eneg pas nyium bau jus mangga."

  • Dari Musuh Menjadi Suami   51. Kue dari Meta

    Kalau saja Kala tidak tiba-tiba muncul dan melamarnya, mungkin dia akan terus terjebak dengan sahabat yang ternyata berniat untuk menusuknya dari belakang. Seandainya dia tidak menikah dengan Kala, mungkin dia sudah berakhir mengenaskan di tangan Rangga dengan masa depan yang hancur, sedangkan Meta tertawa terbahak-bahak dan memiliki kesempatan yang besar untuk menjebak Kala.Sekarang Jenna sadar akan satu hal. Segala yang terjadi dalam hidupnya, sudah diatur oleh Tuhan. Dan dia merasa seperti tertampar. Tuhan tidak mungkin mengirimkan Kala untuknya jika laki-laki itu berniat jahat, kan?Dia melihat ayah dan ibunya, lalu melihat foto Arman di dinding ruang tamu. Kesadaran itu membuatnya terhenyak. Mereka semua mengenal Kala dengan baik. Dan Kala adalah tetangga mereka sejak Jenna bahkan belum lahir. Hanya Jenna saja yang tidak pernah mau tahu."Aku nggak nyangka kalau kamu selama ini nggak tulus berteman dengan aku, Met. Cuma demi cowok, kamu menjelek-jelekkan aku."Meta terlihat syo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status