Share

Bagian 49

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2025-05-26 22:00:37

"Ketua? Ketua?"

Arlita menggerak-gerakkan tangan di depan wajah Kiria. Namun, Kiria tetap tak bereaksi. Dia hanya menatap hampa gelas beker di atas pengaduk magnetik.

"Ketua!" seru Arlita lebih keras.

Kiria tergagap. "Ya, ya, ada apa, Lit?"

"Waktu pengujiannya sepertinya sudah terlewat, Ketua," sahut Kiria seraya menunjuk stir bar yang telah berhenti berputar.

Kiria menepuk kening, lalu mendecakkan lidah berkali-kali. Seorang penggila kerja sepertinya melamun saat dituntut fokus rasanya sangat memalukan. Kiria mengamati jam tangannya, sudah terlewat 30 detik. Dia menghela napas berat.

"Lewat 30 detik, harus diulang dari awal," keluhnya.

"Kan, cuma lewat, 30 detik, Ketua," celetuk Arlita sambil mengisi gelas ukur 100 ml dengan gliserin.

Kiria mendelik tajam. Arlita menyegir lebar. Kiria mengambil gelas beker baru, menuangkan kembali sampelnya. Setelah memasukkan stir bar, dia menyalakan kembali menyalakan pengaduk magnetik dan mengatur timer.

"30 detik itu sangat berarti, Lit. Janganka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 105

    Tring!Bunyi notifikasi membuyarkan lamunan Kiria. Dia memeriksa ponsel, ternyata hanya notifikasi postingan sosial media Viola. Calon adik iparnya itu tengah mengunggah foto di salah satu tempat wisata.Kiria memberikan tanda suka. Dia hampir menyimpan kembali ponsel. Namun, keningnya berkerut saat membaca caption di postingan tersebut."Bucket list tempat yang ingin dikunjungi sudah beres. Ha ha ha bucket list tempat kencan di kota kelahiran malah belum dikunjungi. Besok sudah pulang ke tanah air, saatnya memenuhi bucket list bersama yang tersayang @Satya_Wijaya."Kiria memicingkan mata saat membaca bucket list Viola di Indonesia. Dia seketika menertawakan diri sendiri. Daftar tempat yang ingin dikunjungi Viola persis dengan tempat-tempat kencan yang akan didatangi bersama Arya."Ada apa, Ria? Kenapa mendadak tertawa? Apa ada sesuatu di wajahku?" cecar Arya."Iya, ada cabe di gigimu."Arya langsung berkaca di jendela mobil. Namun, dia tidak menemukan cabe tersebut. Kiria seketika te

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 104

    Baru saja hakim hendak bersuara, LCD di persidangan mendadak menyala. Sebuah video muncul di layar putih, menampilkan sosok bertopeng kelinci merah muda.Ruang sidang menjadi sedikit berisik. Para hadirin mulai saling berbisik. Dua wanita penuntut masih tampak percaya diri tak menyadari bahaya yang siap menerkam mereka."Cepat selidiki masalah ini!" perintah salah seorang petugas berpangkat tinggi."Siap laksanakan!" sahut bawahannya dengan takzim.Pemuda itu kembali tak lama kemudian. Wajahnya memucat. Dia terdiam cukup lama sampai membuat sang atasan merasa tak sabaran."Ada apa?""Jaringan kita sudah diretas, Pak. Tim IT kita sedang berusaha melawan peretas itu, tapi kita kesulitan."Emosi sang atasan hampir meledak. Namun, si topeng kelinci tiba-tiba bertepuk tangan. Perhatian semua orang pun terfokus ke layar."Tenang saja, Pak Polisi, saya hadir kali ini bukan untuk melakukan kejahatan, justru untuk mengungkap kebenaran," tutur si topeng kelinci dengan suara yang sudah diubah me

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 103

    Sentuhan lembut terasa di bibir. Kiria membuka mata saat sentuhan itu berakhir. Mata elang Arya masih terpaku padanya, terasa hangat dan mendebarkan. Logika seketika dikalahkan oleh bisikan hati."Apa kamu sudah benar-benar siap, Ria?" bisik Arya lembut."Si-siap apa maksudmu?" Kiria balik bertanya dengan gelagapan. Dia mencoba menepis pikiran nakal yang berseliweran di benak. Wajahnya sudah semerah tomat. Saat Arya mengulang lagi pertanyaan yang sama, Kiria malah sibuk perang batin dengan diri sendiri."Tidak mungkin Arya meminta 'itu', kan? Dia cinta sama Viola, 'kan?""Bisa saja, Kiria. Laki-laki bisa melakukannya tanpa cinta, 'kan? Dia laki-laki normal.""Bagaimana nanti kalau dia marah karena menganggapku mengambil kesempatan dalam kesempitan?""Memangnya kenapa? Salahnya sendiri terbawa suasana.""Tidak, aku tidak mau sepicik itu.""Ayolah, Kiria. Kamu juga menginginkannya bukan? Bukankah kamu merasa aura Arya mirip dengan Raka cinta pertamamu?""Aku ...."Satu kecupan lembut m

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 102

    Kiria keluar dari laboratorium sambil memijat pundak. Hampir seharian dia berada di depan komputer untuk mengolah data dua pasien yang mengaku keracunan obat uji coba PT. Farma Medikal. Tubuh terasa kaku dan mata berkunang-kunang.Saat melangkah di paving blok, Kiria tak sengaja menendang batu. Dia pun kehilangan keseimbangan. Kiria melakukan gerakan berputar. Sialnya, dia malah menuju got."Shit!" umpatnya."Ketuaaa!" Arlita dan Yanto yang berada di depan pintu kompak menjerit.Keduanya berlarian ke arah Kiria. Namun, mereka malah bertabrakan dan terjerembab. Amira menepuk kening.Sementara itu, Kiria memejamkan mata, bersiap malu. Namun, sepasang tangan kokoh mendadak melingkar erat di pinggangnya. Aroma got dan rasa sakit tidak dirasa."Istriku yang sangat teliti kenapa jadi ceroboh seperti ini? Apa karena terlalu merindukanku?" Bisikan menggoda dari suara familiar membuat Kiria tersentak.Dia membuka mata perlahan. Wajah Arya begitu dekat, hingga napas terasa menampar wajah. Sorot

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 101

    Setelah memastikan obrolan rahasia dua pasien di dalam telah berganti dengan topik tak penting, barulah Kiria mengetuk pintu. Para wanita itu seketika mengubah ekspresi wajah. Mereka mendadak memasang raut wajah korban teraniaya. Wanita yang berbaring di ranjang bahkan meringis sambil memegangi pipi kanan."Ya, siapa?" tanyanya dengan suara lemas dan sedikit serak.Kiria membuka pintu lebih lebar. Dia memasuki ruang rawat inap dengan langkah-langkah tegas dan berkharisma. Amira dan penanggung jawab pengujian klinis mengekor. Kiria berhenti di samping tempat tidur."Saya Kiria Purnama Sari, Ketua Tim Pengembangan Obat PT. Farma Medikal," ucapnya santun memperkenalkan diri. "Dan ini asisten saya Amira.""Oh, jadi kamu yang bikin obat berbahaya itu? Kami hampir mati gara-gara obatmu! Lihat temanku ini, sampai sekarang pipinya terus menerus sakit! Kalian harus tanggung jawab!" omel wanita yang duduk di kursi."Benar! Pipi saya masih sakit! Saya pasti akan menuntut kalian!" timpal wanita y

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 100

    "Gawat, Ketua! Gawat!" ulang Yanto lagi.Kiria menghampiri Yanto. "Apanya yang gawat, Yan?""Itu! Itu! Itu! Aduh, itu!" jerit Yanto sambil memukul-mukul Arlita.Meskipun Arlita sudah berkorban menjadi sasaran pukulan manja Yanto, pemuda itu tetap tak bisa melanjutkan kata-kata. Napasnya tersengal. Dia berkali-kali ingin bicara, tetapi hanya suara tak jelas yang keluar dari mulut.Ketika mata Yanto sampai membelalak dan terlihat akan kehabisan napas. Kiria menepuk pundaknya dengan lembut. Dia membimbing pemuda kemayu itu untuk mengatur napas sejenak."Yanto, ambil napas, embuskan pelan-pelan," ulang Kiria hingga tiga kali.Napas Yanto mulai stabil. Kiria meminta Yanto untuk duduk terlebih dulu. Dia juga meminta Amira mengambilkan air minum."Minum dulu, Yan," tawar Kiria saat menyodorkan botol air mineral yang tadi diambilkan Amira.Perlahan, wajah pucat Yanto mulai berwarna. Napasnya juga sudah benar-benar stabil. Kiria menarik kursi terdekat, lalu duduk berhadapan dengan Yanto."Seka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status