"Jadi lo beneran dapet scholarship di Parsons School of Design New York City sono, Ndan? Lah lo ntar dua taun ngejogrok di sana dong? Jadi skripsi lo apa kabar?"
Vanilla, Aliya dan Pandan Wangi berkumpul di markas yang sudah sejak zaman sekolahan mereka sepakati sebagai tempat ngumpul bersama. Markas mereka itu adalah warung bakso Ojo Lali-nya Pak Ahmad. Vanilla memanfaatkan waktu makan siangnya untuk bertemu dengan kedua sahabatnya di markas. Ada pengumuman penting kata Pandan tadi. Makanya Vanilla dan Aliya penasaran setengah mati. Dan untungnya lokasi warung baksonya Pak Ahmad tidak begitu jauh dari kantornya. Jadi mudah-mudahan saja ia bisa kembali ke kantor nanti tepat pada waktunya.
"Ya gue terpaksa cuti dulu dua tahunlah. Kan sayang banget dapet scholarship di collage bergengsi tapi kagak gue ambil. Lo kan tau kalo gue itu pengen beut jadi designer plus make up artis terkenal. Bokap nyokap gue udah setuju kok. Kesempatan kan ngg
"Ini bingkisan apaan, Win?" Tanya Vanila saat Winda menyerahkan sebuah bingkisan seukuran kotak minuman gelas kemasan padanya. Saat diangkat, rasanya cukup berat. Bingkisan apa yang beratnya seperti enam atau tujuh kilogram ini."Gue juga nggak tau, La. Gue baru aja nemuin ini bingkisan di meja, saat lo nganterin minuman ke dalam ruangan Boss. Pertama sih gue nggak ngeh ini bingkisan siapa. Gue cuma niat mindahin doang karena gue mau ngambil piring buat makan gorengan yang dibeliin si Darma. Tapi gue curiga saat bingkisan seimut ini cuman nulis nama lo doang tanpa kata-kata pengantar apa gitu. Mana tulisannya kayak pake darah lagi. Makanya gue tungguin lo di sini. Perasaan gue kagak enak. Bingkisan ini mencurigakan dan misterius sekali." Vanilla penasaran. Ia membolak balik bingkisan tetapi tidak jua ia buka."Tapi tadi waktu gue buat kopi, meja dalam keadaan bersih dan kosong, Win. Gue sama sekali nggak ngeliat ada bingkisan segede ini di s
"Gue tadi udah memeriksa CCTV duluan sih, Lih. Dan gue ngeliat ada seorang laki-laki yang make jaket dan topi gitu yang nganterin bingkisan ini. Oh ya, orang ini juga menutupi wajahnya dengan masker. Selain itu bajingan keparat ini malah sempet-sempatnya mengangkat tangannya ke arah kamera. Sepertinya dia udah tahu kalau kita pasti bakalan ngecek CCTV. Makanya dia sepertinya sengaja ingin mengejek kita."Altan mempersilahkan Kompol Galih Kurniawan Jati yang datang bersama dengan Briptu Hendrawan dan juga Bripda Gede memasuki ruangannya. Altan memang selalu berbicara santai dan ber lo gue dengan Galih. Lidahnya sudah terbiasa memanggil nama saja. Akan janggal rasanya apabila ia memaksakan diri memanggil pak polisi pada suami si Merlyn ini."Coba lo buka lagi CCTVnya, Tan. Gue perlu melihatnya lagi dari sudut pandang gue sebagai seorang penyidik. Mungkin ada sesuatu yang lo lewatkan tetapi itu malah jadi petunjuk besar buat gue." Altan segera
Waktu baru menunjukkan pukul tujuh kurang dua puluh menit saat bundanya menggedor-gedor pintu kamar mandi. Sang bunda mengatakan kalau abang bossnya telah menunggu di ruang tamu. Siap untuk mengantarnya bekerja. Vanilla yang tengah asyik bergoyang dumang heboh di kamar mandi, nyaris terpeleset busa sabun karena kaget. Gedoran bundanya dahsyat habis karena harus mengimbangi suara musiknya. Vanilla dan bundanya memang mempunyai kebiasaan unik yang sama, yaitu suka berjoget di kamar mandi kala membersihkan diri di pagi hari. Menurut mereka berdua, berjoget sembari mandi di pagi hari mempunyai dua manfaat yang cukup signifikan. Yang pertama dengan berjoget tentu saja kita bisa menghalau rasa dingin saat air mengguyur tubuh di pagi hari. Dan yang kedua, berjoget itu termasuk senan kesegaran jasmani. Two in one. Serunya dapat, sehatnya juga dapat. Kalau ada orang yang bertanya mengapa harus susah-susah memanaskan badan dengan berjoget sementara di kamar mandi telah tersedia air pana
Vanilla memasuki pantry dengan senyum secerah mentari pagi. Efek digombalin pacar ternyata memang luar biasa. Hatinya terus berbunga-bunga dan bibirnya seperti sudah difiller permanen untuk terus tersenyum bahagia. Semua hal-hal kecil yang mereka lakukan berdua pun terus saja terbayang-bayang di benaknya."Gigi lo kayaknya bisa kering kalo lo jemur terus dari tadi. Kenapa lo sepagian udah senyum-senyum sendiri terus? Hati-hati, orang gila biasanya dimulai sejak seseorang itu suka nangis-nangis sendiri atau ketawa-ketawa sendiri. Segera cek tingkat kewarasan lo."Elahhh pagi-pagi udah nyinyir aja ini si Winda. Kagak bisa liat orang senang apa?"Etdah lo pagi-pagi udah nyinyir aja kayak emak-emak komplek, Win. Lo kagak bisa liat orang seneng ya?" Vanilla memutar bola matanya. Benaknya yang tadi sedang membayangkan adegan konten dewasa 21+ yang dilakukan oleh abang bossnya tadi, ambyar sudah akibat dari efek din
Suara musik EDM Girls Like Younya Adam Levine berkumandang di club pilihan abang bossnya. Beginilah akhirnya kalau ia sudah mulai membagi hidupnya dengan seseorang. Farewellnya Pandan Wangi yang sedianya akan mereka rayakan bertiga saja di club kesukaan mereka, akhirnya harus batal juga karena intervensi Altan. Abang bossnya itu menentang keras rencana mereka bertiga yang ingin hang out di club tanpa dikawal olehnya. Ia bahkan mengancam akan memberitahu keluarga mereka masing-masing jikalau ia tidak diajak serta menjadi pengawal mereka bertiga. Mau tidak mau mereka pun pasrah dibuntuti oleh Altan dari pada acara hang out mereka bubar jalan. Ya hitung-hitung nganggap punya pengawal pribadilah kata kedua sahabatnya. Sebelum mereka punya pacar, setidaknya mereka sudah latihan diposesifin oleh pacar-pacar mereka kelak. Aamiin."La, Abang ke meja ujung sana dulu sebentar ya? Kayaknya ada temen Abang yang lagi hang over parah di sana." Vanilla, Pandan Wangi dan Aliya
Pagi yang mendung. Hari ini Pandan akan berangkat ke New York, untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang MUA dan designer terkenal. Sebentar lagi Aliya akan menjemputnya. Ia secara khusus telah meminta izin pada abang bossnya untuk masuk kantor agak siang karena ia dan Aliya ingin mengantarkan Pandan ke bandara. Vanilla menyambar tas saat ia mendengar ARTnya memanggil dan mengatakan bahwa Aliya telah menunggu di teras depan. Setelah salim pada ayah dan bundanya yang tengah duduk santai di ruang keluarga, Vanilla bergegas masuk ke dalam mobil. Hari ini Aliya mengemudi sendiri. Sepertinya hukumannya telah berakhir. Karena Om Hardiman telah mengembalikan semua fasilitas-fasilitas Aliya yang sempat dicabut akibat pernikahannya yang batal dengan Bumi dulu. Saat ia melirik Aliya, keadaan sahabatnya ini juga kurang lebih sama. Tampak kuyu dan tidak bersemangat. Mereka sudah terbiasa bertiga. Dengan tidak adanya Pandan, rasa-rasanya ada yang kurang."Si Pandan telah be
Sementara Bumi dan Radit sedang baku mulut yang Vanilla yakini sebentar lagi akan saling baku hantam, ia pun memilih cara aman. Menjauh dari masalah dan mencoba menelepon abang bossnya untuk segera diselamatkan. Bahasanya elah pakai kalimat diselamatkan pula. Dengan bermodalkan pulsa tujuh ratus rupiah, Vanilla mencoba menelepon abang bossnya. Ternyata operator menyatakan bahwa pulsanya tidak cukup untuk menelepon dan sementara hanya bisa menunggu sipenerima telepon untuk menyetujui permintaannya. Biasanya metode seperti ini cukup berhasil, karena si penerima telah menerima panggilannya dan tahu siapa yang telah menghubunginya. Dan benar saja, abang bossnya langsung meneleponnya kembali. Alhamdullilah."Ya, La. Ada apa?"Vanilla merasa agak aneh saat mendengar nada suara abang bossnya terkesan hati-hati dan sedikit berbisik. Vanilla semakin curiga saat samar-samar seperti mendengar suara ayahnya dan juga kalau tidak salah suara kakakny
Abang bossnya telah menunggu di lobby saat ia dan Bumi tiba di kantor. Abang bossnya memang telah berpesan pada Bumi bahwa ia juga ingin berbicara dengannya. Vanilla mencuri dengar pembicaraan mereka berdua via ponselnya tadi. Ia memang terpaksa memberikan ponselnya pada Bumi, karena abang bossnya telah mengetahui kebohongannya. Saat melihat abang bossnya ternyata sampai menunggunya di lobby, tahulah Vanilla betapa seriusnya abang bossnya ini menanggapi masalah kebohongannya tadi. Jarak antara kantor ayahnya dan kantor abang bossnya yang memang masih berada dalam satu deretan gedung perkantoran, jelas memungkinkan Altan untuk tiba di kantor terlebih dahulu dari pada mereka berdua. Di sepanjang perjalanan menuju kantor Vanilla begitu gelisah. Ia sama sekali tidak menyangka kalau keputusannya untuk tidak mengatakan yang sebenarnya pada abang pacarnya ternyata adalah pilihan yang salah.Sebenarnya ia sama sekali tidak bermaksud untuk berbohong. Berniat pun ti