Airaa menutup kedua matanya kembali, pura-pura tidur ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Ah, itu pasti suaminya yang baru pulang dari mengantar anak mereka yang nakal ke rumah Haikal.
What? Airaa tau?
Ya, wanita itu tau jika suaminya ternyata melakukan persengkokolan dengan anak sulung mereka. Jadi, sebenarnya tadi Airaa tidak benar-benar tertidur saat Dava masih di dalam kamar ikut berbaring bersamanya.
Airaa mendengar suara langkah kaki Dava yang perlahan keluar dari kamar. Hatinya berseru untuk mengikuti suaminya untuk menangkap basah anak dan bapak itu yang ketahuan bersekongkol. Tapi, niat itu di urungkannya.
Airaa bukan wanita bodoh yang akan dengan gampang mereka tipu. Selama ini Airaa sempat menaruh curiga pada sang suami yang menurutnya terlalu lembek sikapnya pada Davira. Tak seperti sikap seorang ayah pada umumnya, yang biasanya akan selalu tegas pada anak-anaknya.
<Kedua bola mata yang tertutup itu tampak bergerak kesana-kemari, perlahan kelopak mata itu terbuka. Davira tersentak bangun dari pingsannya, membiasakan cahaya lampu yang menyilaukan kedua matanya.Davira mengamati setiap sudut di sebuah kamar yang tengah di tempatinya, kamar yang sangat ia hafal hingga pikirannya kembali terlempar ke momen dimana ia menemukan perselingkuhan Haikal.Perselingkuhan? Ya, begitulah Davira mendefinisikannya.Dan karena itu juga sebabnya ia merasa syok luar biasa yang mengakibatkannya pingsan tak sadarkan diri."T-tapi, siapa yang menemukanku pingsan dan membawaku ke kamar ini?" ucap Davira tergugu dan bertanya-tanya pada diri sendiri.Apakah mungkin Om Haikal yang menemukannya pingsan dan membawanya ke kamar ini? Mungkinkah?Saat masih sibuk berperang melawan pemikirannya sendiri, pintu
"Vira!" jerit Cavia memanggil Davira ketika ia sudah sampai di lantai apartemen tempat Haikal tinggal.Terlihat Davira yang masih betah bersandar di belakang pintu apartemen Haikal dengan posisi berjongkok menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan miliknya. Setelah mendengar panggilan Cavia, Davira membuka telapak tangan dan mendongak menatap Cavia yang kini sudah berdiri di depannya."Cavia...." panggil Davira dengan suara merengek manja, Davira membuka lebar kedua tangannya sebagai isyarat untuk Cavia agar memeluknya.Cavia yang mengerti kode itu pun mengangguk seraya tersenyum, merundukkan tubuhnya berjongkok di depan Davira.Cavia memeluk erat tubuh Davira yang montok namun kini seakan rapuh, bahkan di dalam pelukannya pun Davira kembali menangis."Dia jahat Cavia," kata Davira mengadu pada sepupunya ini. "Dia berselingkuh bahkan bercinta denga
Benar saja apa yang Davira katakan, tak butuh waktu lama hanya dengan hitungan jam saja kabar mengenai dirinya yang tengah berada di kediaman keluarga Wicaksana sudah diketahui oleh sang papa. Dava Atmadja.Pria tampan yang dulunya mantan playboy itu kini sudah berada di kediaman rumah milik Arnando Wicaksana. Pagi-pagi sekali saat ia berpamitan pada Airaa untuk berangkat kerja ke kantor, Dava menyempatkan diri berkunjung ke rumah sahabatnya tersebut setelah mendapatkan kabar dari salah satu anggota keluarga itu.Meskipun sedikit dilanda kebingungan tentang keberadaan Davira yang ada di sana. Seingat Dava, bukankah tadi malam ia sengaja membantu putrinya itu untuk kabur dari rumah agar bisa menemui Haikal? Lalu kenapa sekarang anaknya bisa berada di rumah Nando? Seharusnya kan Davira masihberada di apartemennya Haikal. Aneh! pikir Dava merasa sepertinya sedang terjadi sesuatu hal yang tak beres.Kedatangan Dava di sambu
"Dasar bodoh!" umpat Dava memaki Haikal.Setelah pergi dari rumah Nando, Dava bukannya ke kantor malah singgah mendatangi apartemen Haikal. Syukurlah Haikal masih berada di apartemennya dan langsung membuka pintu begitu mendengar suara bunyi bel apartemen.Sedikit tercengang ketika melihat siapa tamu yang datang dan sungguh tak menyangka jika Dava akan berkunjung ke apartemennya pagi ini.Tak ada sapaan yang Dava berikan, justru pria itu langsung nyelonong masuk ke dalam tanpa sang tuan rumah menyuruh terlebih dahulu. Dan Dava tanpa tendeng alih-alih langsung mengeluarkan semua makian dan umpatan pada Haikal yang sama sekali tak mengerti."Berengsek, Haikal bodoh!" entah umpatan dan makian yang ke berapa kalinya Dava berikan untuk Haikal.Haikal yang tadinya berusaha tenang dan sabar menghadapi sikap Dava pada akhirnya pun meledak. "Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba datang ke ap
"Ini!" Haikal meletakkan segelas air mineral di atas meja, "minumlah agar tenggorakanmu tidak kering lagi dan batukmu berhenti." titahnya yang di angguki Dava.Dava meraih segelas air mineral itu dan langsung menegguknya cepat. "Pelan-pelan Dav, nanti kau bisa tersedak." kata Haikal memperingati, namun terlambat sebab segelas air mineral itu sudah tandas di teguk Dava.Dava nyengir seraya meletakkan gelas yang sudah kosong kembali ke meja. "Udah habis," katanya cengengesan.Haikal memutar bola matanya kesal, tingkah bapak satu ini masih sama saja seperti dulu. Tidak berubah sama sekali walaupun umurnya sudah semakin bertambah dan memiliki anak dua. Tapi, tingkah Dava masihlah sama seperti waktu muda, hanya satu yang sudah berubah darinya. Yaitu, sikap playboynya, Dava memang seperti sudah bersumpah jika ia akan berubah untuk yang satu itu. Dan harus Haikal akui, jika Dava memang bersungguh-sungguh pada janjinya itu.
Siang itu Davira memutuskan pamit pergi dari kediaman rumah milik keluarga Wicaksana. Davira beralasan jika ia ingin pulang ke rumahnya sendirian tanpa mau di temani Cavia sekalipun ataupun di antarkan pak supir pribadi keluarga Wicaksana.Kia awalnya menolak keinginan Davira tersebut karena ia sedikit merasa curiga dengan gerak-gerik serta gelegat gadis itu. Tapi, Davira yang bersikeras pun tentu tak kehabisan ide untuk terus meyakinkan Kia.Pada akhirnya Kia mengalah dan merelakan Davira pulang sendiri. Dalam hatinya, wanita itu berdoa semoga Davira tak berbohong dan sungguh pulang ke rumahnya dengan aman."Bunda yakin dengan keputusan ini? Merelakan Davira pergi sendirian." ucap Cavia setelah kepergian Davira, "bagaimana jika Davira berbohong Bunda?"Kia menghela napasnya sejenak sembari menatap lembut sang anak. "Insyaallah sayang, semoga Davira berkata jujur d
Suara musik DJ mengalun begitu keras terasa memekakkan telinga, para manusia tampak tengah menikmati alunan musik yang menghentak-hentak itu.Begitu juga dengan seorang gadis yang barusan saja menginjakkan kakinya masuk ke dalam club ini bersama dua orang wanita lainnya. Dua orang wanita yang merupakan temannya, bernama Selena dan Annisa.Davira tersenyum senang tampak begitu menyukai tempat yang di tawarkan kedua temannya itu."Bagaimana Vira?" tanya Selena pada Davira yang dari kedua bola matanya terlihat berbinar bahagia."Kau suka dengan tempat ini?" timpal Annisa yang juga ikut bertanya.Davira mengangguk semangat seraya berseru. "Sukaaa!!! Thanks ya guys." kata Davira sembari memeluk tubuh kedua sahabatnya.Dari arah yang tak terlalu jauh dari tempat mereka saat ini, dua orang pria terlihat melambai-lambaikan tangannya pada Anissa dan Selena. Kedua wanita itu membalas lamb
Davira terus melangkah ke toilet yang ada di club malam itu, sepanjang perjalanannya menuju toilet Davira banyak melihat wanita dan pria yang tengah bercumbu mesra bahkan ada yang lebih dari itu. Entah mereka pasangan atau tidak, yang pasti Davira serasa mual dan ingin muntah melihatnya.Davira sedikit mempercepat langkahnya agar sampai di toilet untuk mengeluarkan semuanya disana.Benar saja, begitu sampai di toilet Davira langsung muntah. Padahal ia sama sekali belum ada minum atau makan sesuatu, tetapi karena melihat adegan tak senonoh itu membuat perutnya di landa mual.Padahal hal seperti itu yang di idam-idamkan Davira dulu bersama Haikal. Mengingat pria tua itu, Davira malah bertambah semakin mual sebab Haikal sendirilah yang membuatnya sampai terdampar seperti ini. Tidak, lebih tepatnya atas kehendak Davira sendirilah ia sampai di tempat ini, berkat momen percintaan Haikal bersama seorang wanita waktu itu, Davira jadi