Home / Romansa / Dead&Queen / Bab 33 : Viral

Share

Bab 33 : Viral

Author: Ucyl_16
last update Last Updated: 2025-08-14 19:52:59

Suasana hening.

Satu staf dari divisi desain angkat tangan. “Gue juga pernah, Kak. Ide desain gue dipakai presentasi, tapi gak dikasih kredit.”

Yang lain menyusul. “Gue waktu itu kasih konsep buat kampanye, tapi malah dimasukin tim lain dan dibilang ‘ide bersama’.”

Lalu satu suara dari belakang: “Gue juga sering ngerasa invisible. Kerja keras iya, tapi gak pernah kelihatan di akhir.”

Forum yang awalnya ditata netral, kini berubah jadi ruang curhat jujur.

Alma duduk kembali. Tapi hatinya penuh. Untuk pertama kalinya, forum internal bukan ajang basa-basi. Tapi ruang pembebasan.

Wina mencatat semua. Rian merekam—tentu dengan izin.

Di luar ruangan, sistem mendengar.

Dan yang paling tidak mereka duga: banyak yang mulai bicara, bukan karena berani… tapi karena lelah diam.

Tiga hari setelah forum refleksi, Alma dipanggil ke ruang supervisor utama.

Tapi kali ini, suasananya berbeda. Tidak ada nada tuduhan. Tak ada dokumen peringatan.

Yang menunggu di dalam: Kepala Divisi Kreatif, satu perwaki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dead&Queen   Bab 76 : Biarlah jatuh sambil berteriak

    Setelah mengirim pesan, Gio menutup laptop dan berdiri. Ia berjalan ke jendela, menatap lampu kota yang berkilau di kejauhan. Besok mungkin akan jadi hari paling berat. Tapi gue nggak akan membiarkan mereka melihat Alma hancur. Kalo gue harus jadi tameng, gue akan berdiri di depan. Kalo gue harus jatuh, gue akan jatuh lebih dulu.Ia mengepalkan tangan, tatapannya tajam.Dan setelah semua ini, gue akan pastikan orang yang bermain di balik layar membayar lunas.***Rian menatap layar laptopnya dengan mata membelalak. Email HR terbuka lebar, kata-kata itu seakan bergetar di depannya.“Dimohon kehadiran Saudara Gio, Alma, dan Rian dalam rapat internal terkait investigasi data. Besok, pukul 10.00 WIB.”Darahnya mendidih. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena terkejut, melainkan karena marah.Jadi benar. Mereka menjadiin gue kambing hitam.Ia berdiri begitu saja, kursinya terhantam mundur menimbulkan bunyi keras. Beberapa rekan kerja menoleh, menatap heran, tapi Rian tak peduli. Ia ber

  • Dead&Queen   Bab 75 : Puncak permainan

    Reina duduk santai di pantry, secangkir kopi di tangannya mengepulkan asap tipis. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat kilasan layar komputer Rian di kejauhan. Bahkan dari jauh, ia bisa menebak ekspresi gelisah pria itu—bahu menegang, jemari mengetuk meja cepat, tatapan terpaku pada layar seakan mencari celah yang tak kunjung ia temukan. Senyum tipis muncul di bibir Reina. Senyum itu dingin, nyaris tak bernyawa.Bagus. Skema sudah berjalan persis seperti yang kuinginkan.Ia masih ingat semalam, percakapan singkat dengan “kontak” yang setia bekerja di balik layar. Hanya sebuah pesan singkat,“Akses dengan nama Rian sudah dimasukkan. Pagi ini sistem akan otomatis kirim laporan.”Dan pagi ini, tepat seperti janji, wajah Rian pucat pasi di depan layar. Reina menyandarkan punggung, menyeruput kopinya perlahan. Aroma pahit bercampur manis terasa jauh lebih nikmat ketika dinikmati bersamaan dengan pemandangan seseorang yang mulai terperangkap.Yang membuatnya lebih puas adalah kenyataan bah

  • Dead&Queen   Bab 74 : Menjadi kambing hitam

    Reina mengusap bibirnya dengan jari, menahan tawa kecil yang paling membuatnya puas adalah kenyataan bahwa Gio pun ikut terseret. Pemimpin yang selama ini dipuja karena tenang dan profesional, kini mulai dipertanyakan integritasnya. Dan yang lebih manis lagi: semua karena Alma. Sekarang orang-orang melihat Gio bukan sebagai pemimpin hebat, tapi sebagai lelaki yang bias, yang membiarkan emosinya mengganggu pekerjaannya.Reina berjalan keluar dari ruang arsip, langkahnya ringan. Di koridor, beberapa rekan kerja menatap heran karena melihat senyumnya. Ia balas dengan anggukan sopan, wajah bersih tanpa noda. Tidak ada yang tahu, di balik senyum itu, ia baru saja menyusun langkah berikutnya: memastikan investigasi ini berakhir dengan keputusan paling pahit—pemecatan.Dan ketika hari itu tiba, ia akan berdiri di barisan depan, berpura-pura kaget, berpura-pura bersimpati. Padahal, dialah yang paling menikmati kejatuhan mereka.***Pagi itu udara di kantor terasa lebih berat daripada biasanya

  • Dead&Queen   Bab 73 : Di balik senyuman

    Suasana ruang rapat berbeda dari biasanya. Tidak ada canda ringan, tidak ada senyum basa-basi. Yang terdengar hanyalah suara kertas dibalik dan denting jam dinding yang berdetak pelan. Alma duduk dengan punggung kaku, map presentasi di tangannya hampir bergetar. Di sekelilingnya, deretan manajer senior duduk berjejer, wajah mereka serius menatap data yang baru saja dibagikan.Gio ada di ujung meja, tenang seperti biasa, tapi tatapannya tajam mengawasi jalannya rapat. Alma menelan ludah. Ia berdiri, melangkah ke depan. Slide pertama muncul di layar. Suaranya sempat serak saat mulai berbicara, tapi ia paksa keluar. “Selamat siang. Saya akan memaparkan perkembangan proyek kuartal ini…”Setiap kalimat seperti meniti tali tipis. Ia tahu, sedikit saja salah langkah, manajer senior akan langsung memotong.Dan benar saja.Seorang manajer menyela dengan suara tajam, “Kenapa ada selisih antara laporan sistem dan data manual?”Alma terdiam sepersekian detik. Pertanyaan itu menusuk tepat di bagia

  • Dead&Queen   Bab 72 : Ini jebakan

    Alma menatap layar lama, detak jantungnya melonjak. Rapat dengan manajer senior? Itu level yang lebih tinggi dari klien tadi. Presentasi di hadapan mereka… berarti semua atasan langsung menilai. Apa gue bisa? Tidak mengulang kesalahan, hingga julukkan Copy Queen itu kembali lagi? Atau malah kini gue seperti apa mereka? Menjadi bayangan Gio.Tangannya gemetar. Ia ingin mengetik penolakan, ingin menuliskan, gue belum siap. Tapi jari-jarinya berhenti di atas keyboard.Bayangan wajah Gio saat tadi menatapnya muncul begitu saja. Tatapan tenang, penuh keyakinan, seakan tidak ada sedikit pun keraguan bahwa ia mampu.Kenapa dia bisa percaya gue, sementara gue sendiri ragu?Air mata tiba-tiba menggenang. Bukan karena sedih, tapi karena rasa campur aduk yang tidak bisa dijelaskan. Haru, takut, dan sedikit—sangat sedikit—percikan percaya diri yang mulai tumbuh.Akhirnya ia hanya membalas singkat. “Baik. Gue akan coba.”Setelah itu, Alma menutup ponsel dan menarik napas panjang. Ia tahu besok aka

  • Dead&Queen   Bab 71 : Alma dan keraguannya

    Seharusnya ia bisa menolak. Mudah saja, cukup menghampiri Gio, mengatakan dirinya belum siap, atau pura-pura sibuk dengan hal lain. Tetapi entah mengapa, kaki Alma berat untuk melangkah. Ada sesuatu dalam dirinya yang menahan, sesuatu yang berbisik: Gio percaya padamu. Jangan sia-siakan itu. Dan sekuat apa pun ia menyangkal, hati kecilnya bergetar karena kepercayaan itu. Sisa jam kerja Alma habiskan dengan menekuni dokumen itu. Ia membaca ulang data, menuliskan poin-poin penting, bahkan memeriksa catatan dari rapat sebelumnya. Pandangannya kabur karena terlalu lama menatap layar, tapi ia tidak peduli. Rekan-rekan di sekitarnya sempat melirik, sebagian berbisik-bisik. Alma tahu apa yang mereka bicarakan bahwa dirinya panik, bahwa Gio sengaja mendorongnya supaya terlihat mampu, padahal kenyataannya tidak. Namun kali ini ia berusaha menutup telinga. Jika ia terlalu sibuk mendengarkan bisikan orang lain, ia tidak akan pernah sanggup maju. Ketika waktu sore tiba, Alma berjalan ke ruan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status