Share

Dear You
Dear You
Penulis: Drama Hati

Malam Aneh Dengan Pria Aneh

Tania

Gue enggak tahu ini dimana.

Erang gue dalam hati ketika gue baru saja memicingkan mata pagi ini.

Wait! Gue tahu kalau gue di Bali, tapi ini bukan kamar hotel tempat gue menginap. Tempat gue menginap adalah sebuah hotel di pinggir pantai yang debur ombaknya pasti akan sampai ke telinga gue setiap kali gue membuka mata di pagi hari. Tapi di sini, pertama kali yang gue denger ketika membuka mata justru hanya gemericik air yang tenang, seperti lagu nina bobo dan memaksa gue untuk kembali menutup mata.

Stop!

Gue enggak boleh kembali tidur.

Dimana ini, batin gue penuh pertanyaan. Masih berusaha mencoba mengingat namun hasilnya nihil. Semalam gue seperti dihipnotis oleh apapun itu, bahkan gue sama sekali enggak tahu bagaimana ceritanya gue bisa sampai di sini. Sebuah kamar asing dengan wangi lavender.

Dengan kepala berat dan masih berdenyut hebat, gue mencoba untuk menegakan tubuh gue yang terasa sakit semua. Sebuah kamar tidur berukuran besar dengan sofa yanag terlihat mewah, dan Kasur king size yang sekarang seprai putihnya sudah tak berbentuk dan juga…..juga….

“Apa?!” gue langsung menutup mulut gue yang ternganga lebar. Mata gue liar menjelajah keadaan gue sekarang. Tanpa mengenakan selembar kain dan hanya tertutup selimut sebatas dada. Di lantai berserakan baju yang gue pakai semalam plus dalaman-dalaman yang bentuknya tak beraturan.

Astaga, kesalahan apa yang gue lakuin semalam?

Tiba-tiba saja degup jantung gue bertalu tak berirama, jemari-jemari gue juga terasa dingin sekarang.

Making love?

Dengan seorang pria yang enggak gue kenal?

Bule kah?

Astaga! Apa yang harus gue lakuin?

“Akhirnya lo bangun juga.” Sebuah suara menginterupsi gue yang masih setengah sadar dan syok dengan apa yang sudah menimpa hidup gue.

Gue tidak ingin menoleh. Namun suara itu terdengar tidak asing di telinga gue. Ya, meskipun gue masih setengah hangover, namun gue cukup familiar dengan suara itu. Bukankah dia…..?

“Lo?!” teriak gue histeris ketika tatapan kami bertemu.

Pria berperawakan tinggi itu hanya tersenyum dengan salah satu sudut bibirnya. Rambut dan tubuhnya basah, gue yakin dia habis nyemplung di kolam renang di samping penginapan ini, yang hanya tersekat oleh pintu kaca yang lebar. Tangannya memegang segelas anggur yang hanya tinggal sedikit.

“Lo ngapain gue?!” teriak gue histeris. Reflek gue eratkan selimut di tubuh gue ketika dia mulai berjalan mendekat kearah Kasur.

“Bukan gue yang minta tapi lo.” Jawabnya santai, lantas menarus gelas anggurnya di atas nakas.

“Apa?!” gue mengerutkan alis. Enggak mungkin gue memulai hal semacam ini apalagi dengan orang yang enggak gue kenal. Ralat, maksudnya sama seseorang yang baru beberapa harai gue kenal, dan enggak ada good feeling pula. bahkan beberapa hari ini, gue selalu enggak mood tiap ketemu ini manusia. Dan sekarang dia bilang gue yang minta?! Hah, sinting!

“Sorry….gue bukan tipe cewek seperti itu.” Gue menunduk, mencoba memunguti helaian demi helaian pakaian gue yang berserakan di lantai. Namun sialnya, tangan gue enggak sampai ketika hendak mengambil BH gue yang teronggok persis di sebelah kakinya.

“Gue ngomong apa adanya kok.” Seolah mengerti, pria itu ikut menunduk dan memungut BH gue tanpa canggung sedikitpun. Ia justru tersenyum ketika BH merah itu sudah berada di tangannya.

Dasar muka sangean!

“Balikin!” Gue merebut BH itu dengan paksa, lantas berdiri dengan selimut yang menutup erat tubuh gue yang bugil. Seakan gue tak mempersilakan cowok sange macam dia melihat bagian tubuh gue meski Cuma sesenti saja. Meskipun sebenarnya, dia lebih dari melihat tubuh gue, karena dia udah ngelakuin itu sama tubuh gue.

Ikh…. Membayangkan saja gue ngerasa mual.

“Lo jangan pergi dulu. Karena gue butuh penjelasan!” todongku padanya sebelum akhirnya melangkah ke dalam kamar mandi.

*******

Setelah keluar dari kamar mandi, gue menemukan dia duduk di sofa dengan pakaian lengkap. Celana jeans dan kaos berwarna soft blue membuatnya terlihat segar dan begitu menarik.

Hei……Tania! Apa yang lo pikirin, ha? Apa hanya karena kejadian semalam yang bahkan lo enggak ingat apapun, lo bisa dengan mudahnya menyimpulkan dia begitu menarik? Ingatlah, lo punya tunangan di Jakarta!

“Duduk….” Perintahnya lugas. Seperti biasa. Tangan kekarnya menepuk-nepuk sofa di sampingnya.

Dan entah kenapa gue udah mirip kerbau di cocok hidung. Nurut aja bawa’annya. Tapi gue masih punya pikiran jernih, gue emang duduk tapi di sofa single yang terpisah dari tempat duduknya. Dan apa yang gue lakukan berhasil mengundang seringaian dari sudut bibirnya.

“Jelasin sama gue apa yang terjadi semalam?” Tanya gue to the point. Karena gue udah muak, gue pengen segera keluar dari kamar ini. Sebuah kamar megah, yang tentu saja semalam menjadi saksi bisu pertempuran kami. Dia yang playboy dan gue yang mungkin enggak sadar telah memperlihatkan sisi beringas gue ketika mabuk. Gue enggak bisa ngebayangin atraksi gue semalem.

“Lo mabuk.” Jawabnya singkat.

“Cuma itu?” Gue membuang nafas jengah.

Kalua Cuma mabuk, kenapa gue harus bugil seperti tadi?

“ Ya, dan seperti biasanya. Apa sih yang dilakuin pria dan wanita ketika hanya berdua di dalam kamar?” dia mengangkat alis tebalnya.

Gue meremas ujung dress yang gue kenakan. Out shoulder dress selutut yang menampilkan kaki jenjang dan belahan tubuh bagian atas gue yang sempurna. Lalat aja nafsu sama gue, apalagi pria macam dia!

“Ternyata lo hebat juga ya?” kekahnya. “Baru kali ini gue ngelihat cewek seliar lo.”

Muka gue langsung memerah mendengar kalimatnya tadi. Antara malu, marah dan sedih karena ternyata gue sudah melakukan hal semacam itu semalam dengannya. Gue emang bener-bener enggak ingat apa yang terjadi semalam. Meskipun gue mencoba mengingatnya sampai pusing di kamar mandi tadi. Yang gue ingat terakhir kali adalah gue datang ke sebuah bar, memesan bergelas-gelas martini karena kesal sehabis bertengkar dengan tunangan gue—Altan.

Dan sialnya, gue sebenarnya enggak bisa bersahabat dengan minuman macam begitu. Minum segelas saja gue bisa langsung ambruk. Makanya sekarang gue hanya bisa mengutuki keteledoran diri gue sendiri akibat apa yang terjadi semalam.

Tania, lo ke Bali buat kerja. Tapi kenapa akhirnya lo malah berurusan dengan manusia macam begini!

“Jadi kita beneran ngelakuin itu semalam?” gue mencoba untuk mencari pembenaran lagi. Siapa tahu dia sedang bercanda tadi sama gue.

“Lo minta gue jawab enggak, sementara faktanya semalam emang kita tidur bareng? Bercinta hingga hampir pagi. Lo enggak lihat gimana lingkaran hitam di bawah mata lo itu?”

“Brengsek!” seketika gue berdiri. Gue udah gelap mata, enggak peduli dengan siapa gue bicara sekarang. Meskipun dia adalah orang yang berpengaruh dengan kelangsungan finansial gue ke depan.

Bukannya terkejut, dia malah tertawa.

“Tania, kita bukan akan kecil lagi. Apa yang salah dengan cinta satu malam?”

Salah brengsek! Gue punya tunangan. Dan lo…..lo adalah….

“Gue ingetin lo ya. Jangan pernah membahas masalah ini lagi kalau kita ketemu.” Gue menunjuk-nunjuk mukanya. Seakan di muka bersihnya itu ada kotoran yang musti gue buang jauh-jauh. “Dan lagi, gue enggak mau ada yang tahu tentang apa yang kita lakuin tadi malam. Termasuk tunangan gue!’

Gue berbalik, mengambil clutch yang berada di atas meja lantas pergi begitu saja sambil membanting pintu.

Di luar pintu kamar, gue termangu beberapa saat di depan pintu. Tubuh gue merosot, hingga akhirnta tangisan gue pecah. Apa yang udah gue lakuin sampai-sampai gue menghianati tunangan gue?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status