Home / Romansa / Dekapan Hangat Mafia Psikopat / Kemelut diawal pernikahan

Share

Dekapan Hangat Mafia Psikopat
Dekapan Hangat Mafia Psikopat
Author: Pelangi senja

Kemelut diawal pernikahan

Author: Pelangi senja
last update Last Updated: 2024-01-05 01:48:08

"Jangan pernah berharap aku akan melayanimu, baik di ranjang maupun kebutuhanmu yang lain. Aku tidak sudi, dasar pembunuh!" Desis Alana, sesampainya mereka di kamar hotel yang khusus dipersiapkan untuk pasangan suami istri memadu kasih, merengguk manisnya surga dunia malam pertama.

Alana yang mempunyai wajah cantik dengan lesung pipi kanan, ditopang tubuh tinggi semampai serta kulit putih mulus. Kesempurnaan fisiknya mungkin tak sebaik nasib hidupnya di dunia ini.

Lebih-lebih, ketika tubuhnya ditukar dengan harta. Dirinya lebih pantas disebut gadis yang dijual demi kekayaan dari pada seorang istri yang sah.

Seharusnya malam ini Alana menjadi pengantin wanita paling berbahagia, menikah dengan kekasih pilihannya yang sudah dipacarinya sekian tahun. Tapi, semua mimpi itu hancur, musnah setelah calon pengantin prianya dibunuh oleh sahabatnya sendiri.

Arshaka, lelaki yang telah mengucapkan ikrar pernikahan satu jam yang lalu, juga penyebab terbunuhnya calon suami Alana seminggu sebelum mereka menikah. Alana begitu membencinya, apalagi karena kekayaan dan kekuasaan orang tuanya, hingga ia lolos begitu saja dari jerat hukum.

Bahkan yang membuat Alana lebih membencinya, ia membuat kedua orang tuanya tak berdaya hingga menyetujui keputusannya untuk menjadikannya sebagia istri. Tentu saja, sebagai jaminan investasi perusahaan mereka yang hampir gulung tikar.

"Terserah apa yang mau kau katakan tentangku, untuk malam ini aku akan membiarkanmu sendiri. Tapi, untuk malam-malam selanjutnya, aku akan mengambil hakku atas dirimu," ucapnya dengan raut wajah dingin tanpa ekspresi.

"Kalau kau berani melakukannya, aku akan pastikan kau akan menemukan jasadku keesokan harinya!" ancam Alana yang membuat Arshaka geram dan menatap Alana dengan tajam seraya mengeratkan giginya.

Akan tetapi, Alana tidak gentar. Hidup ataupun mati sudah tidak ada bedanya. Ia merasa hidupnya sudah hancur seketika mendengar kekasihnya mati mengenaskan, bahkan lebih hancur lagi ketika dipaksa menikah dengan sang pembunuh, tak lain adalah yang menjadi suaminya saat ini.

"Tadinya aku akan bersikap baik dan lembut padamu, tapi, sikapmu yang seperti ini membuatku berubah pikiran. Jadi, jangan salahkan aku jika aku bersikap kasar padamu, Alana," ucap Arshaka sambil melangkah perlahan memdekati Alana, sembari menanggalkan tuxedo bagian atasnya nya satu persatu.

"Ma-mau apa ... " Alana terkesiap, ketika tangan besar Arshaka menyergap tubuhnya lalu melahap bibirnya dengan kasar.

Alana meronta berusaha melawan, namun tenagaku tak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki Arshaka.

Dengan gerakan tiba-tiba Arshaka merobek gaun pernikahan yang belum sempat diganti dan membuangnya kesembarang arah. Lalu, Ia pun mendorong Alana dengan kasar ke tempat tidur sehingga membuat taburan bunga mawar di atasnya berserakan.

Sorot mata Arshaka menggelap melihat tubuh Alana yang hanya terbalut pakaian dalam, Arshaka kemudian menindih tubuh Alana dan menyatukan kedua tangannya di atas kepala.

Arshaka mencium dan melumat bibir Alana membabi buta seraya tangan kanannya menjelajahi keseluruh tubuh atas sampai bawah tanpa terkecuali.

Entah kemana perginya keberanian Alana yang tadi, yang tersisa hanyalah ketakutan dan kebencian yang semakin mendarah daging. Membuatnya merasa jijik dengan setiap jengkal tubuhnya yang telah disentuh oleh Arshaka.

"Jangan sentuh aku, bajingan! Sentuhanmu tak ubahnya pria kaya yang hanya menikmati tubuh wanita panggilan!" Ronta Alana, seolah sia-sia karena cengkraman Arshaka begitu kuat. Dia tak menghiraukan ucapannya dan terus memaksa untuk melayani nafsu bejatnya.

Alana begitu putus asa, ia tak sanggup mencegah perbuatan Arshaka yang menjijikkan kepadanya. Arahaka baru berhenti ketika mendengar suara tangisan dengan tubuh Alana yang bergetar hebat karena ketakutan.

Arshaka melihat Alana menangis sesegukan membuatnya tertegun sekian detik, lalu seketika bangkit dari atas tubuh Alana. Ekspresinya begitu kalut, ia lantas mengacak-acak rambutnya dan mengusap wajahnya dengan frustasi.

Menatap Alana dalam seakan-akan menunjukkan penyesalan, dan tanpa berkata apapun lantas pergi.

Alana bersyukur karena Arshaka tidak jadi melanjutkan nafsu bejatnya padanya. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi. Alana hanya bisa menangis, meratapi nasibnya yang tragis.

Alana merasa sangat tersiksa, andai saja papanya tidak memaksakan kehendaknya untuk menikahkannya dengan Arshaka, mungkin hidupnya tidak akan menyedihkan seperti yang ia rasakan saat ini.

Pagi harinya, Alana terbangun dengan suara tirai yang dibuka.

"Nyonya Muda, sudah pagi, bangunlah!" Mendengar suara perempuan yang menyapanya membuat Alana mengerjapkan matanya mengikuti arah cahaya.

"Kau siapa?" tanya Alana pada sosok wanita paruh baya yang berdiri tepat di samping tempat tidur.

"Nyonya bisa memanggilku Monic. Aku diutus oleh Tuan Muda untuk melayanimu mulai hari ini."

"Maaf, tapi aku bisa melakukan semuanya sendiri dan aku tidak memerlukan bantuan dari siapapun."

"Maaf, Nyonya. Ini adalah perintah dari Tuan Muda, mohon kerja samanya. Kalau tidak, aku pasti akan mendapatkan kesulitan," pintanya dengan tatapan memohon.

Alana hanya bisa menghela nafas, ia tidak akan lupa perbuatan kasar Arshaka tadi malam. Ia tidak akan lupa, kalau padanya saja bisa sekasar itu apalagi pada pelayan, pikirnya.

Setidaknya Alana tidak ingin ada orang lain mendapatkan kemalangan karana dirinya.

"Lalu katakan, apa yang Ia ingin aku lakukan?"

"Tuan Muda menyuruhmu untuk bersiap-siap, karena sebentar lagi, beliau akan menjemput dan membawamu ke mansion pribadi Tuan Muda."

"Hanya itu?" tanya Alana lagi, memastikan Arshaka tidak melakukan hal-hal yang di luar batas, seperti memakaikannya borgol agar ia tidak kabur nantinya.

"Ini adalah pakaian ganti yang harus anda kenakan, karena nanti akan ada penyambutan kedatangan anggota keluarga baru, yaitu Nyonya."

"Apakah harus begitu resmi? Oh, ayolah. Ini hanya sebuah pernikahan bisnis dan keterpaksaan. Dan tidak harus menyesuaikan diri dengan seluruh anggota keluarganya, bukan?" ucap Alana dalam hati, ia merasa muak dengan semua ini.

"Apalagi ketika pernikahan kami yang berlangsung kemarin, tak satupun anggota keluarga Arshaka yang hadir. Jadi buat apa semua ini?" racaunya lagi dalam hati melihat gaun yang harus ia kenakan, begitu formal sekali.

"Nyonya, sebaiknya mulai bersiap-siap dari sekarang. Karena Tuan Muda paling tidak suka orang yang tidak disiplin dan menghargai waktu."

Dengan enggan Alana mulai melangkah ke kamar mandi dan bersiap-siap.

"Akankah nerakaku akan segera dimulai? Apakah aku akan tinggal dalam satu atap bersama keluarga Arshaka dan akan mengalami penindasan oleh Mertua seperti di novel yang pernah aku baca?" racauku lagi dalam hati.

Seperti kata monic, Arshaka sangat disiplin. Selang satu jam kemudian Arshaka datang, bahkan ia tiba 5 menit lebih awal dan tanpa berkata sepatah katapun ia membawa Alana dengan isyarat jari telunjuk agar ia mengikutinya.

Selama perjalanan yang lumayan jauh, tak satupun dari mereka yang memulai pembicaraan hingga mereka pun tiba di sebuah mansion mewah yang telah berjejer-jejer pula para pelayan dan penjaga untuk memyambut kedatangannya.

"Selamat datang di kediaman kami, Menantu. Aku berharap, kau akan betah tinggal di sini bersama kami. Amggaplah selayaknya rumah sendiri," sapa wanita yang masih terlihat cantik di usia bayanya.

"Perkenalkan, aku Alice, Ibu dari Arshaka. Dan ini David, adiknya," imbuhnya sambil tersenyum, tapi terasa mengerikan dengan senyum smirk yang ia tampilkan.

Apalagi sorot mata adiknya yang tengah memandang Alana begitu tajam, membuat Alana bergidik ngeri, seakan ingin melahapnya hidup-hidup.

"Sebaiknya kau jangan pernah mengaku-ngaku menjadi bagian dari keluarga ini. Karena bagiku, kalian adalah sampah dan selamanya akan menjadi benalu di rumah ini," sergah Arshaka.

"Dan jangan pernah berfikir akan mengambil milikku kalau tidak ingin celaka," imbuhnya dengan nada penekanan sambil merangkul pinggang Alana dengan erat sambil menatap adiknya dengan tajam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   kembalinya sang musuh

    “Bie, jangan! Jangan lakukan itu!” teriak Alex keras yang membuat Bian langsung menoleh ke arahnya.“Alex ... “ gumam Bian menatap Alex yang tengah berlari ke arahnya seraya bertelanjang dada.Dengan secepat kilat disertai nafas yang memburu Alex berlari, ketakutannya semakin menjadi ketika ia melihat Bian berada tepat di sisi jurang.“Bie, tolong jangan lakukan, aku mohon!” Pinta Alex sekali lagi ketika dirinya berjarak hanya beberapa jengkal dari Bian.Bian menyunggingkan senyum penuh arti yang membuat Alex tambah ketar-ketir.“Jika aku loncat ke bawah apa kau mau memaafkanku?” Bian bertanya masih dengan senyum masgul.Alex menggeleng lemah. “Apa cintaku tak mampu membuatmu berkeinginan untuk hidup? Apakah cintaku sangat tak layak hingga kau mau meninggalkan aku? Meninggalkan dunia?” tanya Alex frustasi dengan mata yang memerah menahan air mata.“Aku tahu, penderitaan yang kau alami sangatlah berat. Tapi, bisakah kau memberikanku kesempatan untuk mengobati luka itu?”“Alex, kau tahu

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   Jadilah milikku, Bie

    Seakan tak percaya dengan penglihatannya, Bian melangkah perlahan, berjalan dengan hati-hati melawati setiap tas dan kardus yang terisi berbagai macam barang yang disediakan oleh Arshaka. Bian mulai memeriksa satu persatu dengan saksama, kebutuhan mereka dari perlengkapan mandi, skincare, baju, dress hingga dalaman begitu lengkap seakan satu toko diboyong semua. Bian menggeleng tak percaya, entah bagaimana caranya Arshaka bisa menyiapkan hal itu semua dalam waktu singkat. Bian menatap Alex seakan ingin penjelasan, akan tetapi ia hanya mengedikkan bahu seakan memberi tahu bahwa ia juga tak tahu menahu tentang itu semua. Bian melihat sekeling, masih ada beberapa tas tang belum dibuka, hingga sebuah koper besar membuatnya begitu penasaran. Ia pun menghampiri koper itu dan langsung membukanya. Terdapat note yang bertuliskan ‘selamat bersenang-senang’ di atasnya. Setelah membaca catatan itu, dengan rasa penasaran Bian mengambil sebuah kain berenda yang ia pun tak pernah menaruh curi

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   morning sickness

    “Sayang, apakah tak apa-apa melakukan hal itu pada mereka berdua?” Tanya Alana dalam perjalanan pulang ke Mansion Arshaka.Arshaka tersenyum penuh arti. “Tak usah khawatir, Alex memang pernah meminta ijinku sebelumnya. Aku rasa, ia tidak akan keberatan jika aku menjahilinya kali ini. Bahkan ia harusnya berterima kasih padaku nantinya.”Alana menggeleng pelan. “Terserahlah, kalau nantinya ada masalah dengan mereka tanggung sendiri akibatnya!”“Aku jamin tidak akan ada kendala apapun, Sayang. Lagi pula, aku sudah menyiapkan seluruh kebutuhan mereka sampai hal yang terkecil sekalipun. Jadi kau tak usah cemaskan mereka, ok!”Alana merasa gemas dengan suaminya itu, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. “Kau tahu bukan, Alea kondisinya masih belum sehat betul, kalau nanti ada apa-apa dengan kesehatannya, lantas bagaimana?”Arshaka memeluk Alana dengan sebal. “Kau terlalu mencemaskan mereka, Sayang. Kau tahu, kau terlalu perhatian dengan mereka berdua, dan hal itu membuatku cemburu,” rajuknya.“

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   Kucing Anggora

    “Bie, kau di mana?” teriak Alex, wajahnya kian panik ketika tak mendapati Bian berada di dalam kamar mandi.Ia pun bergegas mencari ke luar, bertanya pada beberapa petugas dan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar sana.Berlarian ke sana kemari dengan wajah panik dan cemas hingga nyaris putus asa. Alex duduk dengan berbagai asumsi yang memenuhi kepalanya hingga terasa ingin pecah.Perasaannya begitu kalut, ia takut jika Bian benar-benar pergi dan berniat untuk bunuh diri.Akhirnya Alex memilih duduk di kursi penunggu, berusaha untuk menjernihkan pikiran. “Tidak! Tidak boleh! Aku tidak akan pernah membiarkannya pergi dari hidupku!” racau Alex dalam hati sambil memegangi kepalanya.Terlihat seseorang yang mendekati Alex dan berhenti di depannya. Alex memandangi kaki yang dibalut celana panjang yang menutupi sandal yang di kenakannya. “Kau sedang apa?”Alex tersentak dan langsung menengadahkan wajahnya untuk melihat suara yang telah menyapanya itu. Alex tersenyum senang, ia bangki

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   Bian menghilang

    “Dokter, bagaimana kondisi Arshaka?” tanya Alana dengan cemas. Pasalnya tubuh Arshaka terlihat lemah hingga harus diberi cairan infus.Alex yang dikabari Alana bahwa Arshaka jatuh pingsan langsung lari terbirit-birit, begitu cemasnya karena Arshaka tak pernah pingsan dengan mudahnya.Bahkan ketika peluru masih bersarang di tubuhnya, ia masih bisa bertahan dan mampu terjaga tanpa menunjukkan kelemahan juga rasa sakit yang dirasa.“Kondisi tubuh Tuan Arshaka menunjukkan kondisi yang prima, juga tanda-tanda vitalnya berfungsi dengan baik. Hanya saja sedikit lemas karena kekurangan cairan. Namun Jika ingin memastikan kondisi pastinya, saya sarankan untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh,” terang Dokter Edwin, Dokter umum yang berkepala plontos itu setelah selesai memeriksa keadaan Arshaka. Karena Gilang, kepala Tim Dokter yang ditunjuk oleh Arshaka sudah dipecat dan tak lagi bekerja.Setelah Dokter dan para perawat pergi, Alana memeluk erat Arshaka. Rasa cemasnya begitu berlebihan

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   pingsan

    “Apa yang telah terjadi padamu?” tanya Bian dengan nada cemas setelah melihat luka di sudut bibir Alex.Alex tersenyum seraya menggeleng pelan. “Tak apa-apa, laki-laki memiliki luka itu sudah biasa,” canda Alex.Arshaka melihat Bian dan berpikir sejenak lalu berkata, “Alea, setelah kau sembuh, apakah kau masih berminat jika kembali menjabat sebagai Kepala Tim Dokter di Rumah Sakit ini?” ucap Arshaka yang membuat Bian terperangah tak percaya.“Shaka, luka di tubuhnya masih belum sembuh. Lagi pula, identitasnya sudah berubah. Aku khawatir kredibilitasnya sebagai dokter akan diragukan mengingat sekarang ia bukanlah orang yang sama,” sela Alex.“Bukankah aku berkata jika sudah sembuh bukan? Dan ini hanya sebuah tawaran baginya, dan mengenai identitasnya bukankah sangat gampang bagi kita untuk mengurus hal tersebut?” ucap Arshaka menatap Alex dalam.“Apakah kau tak senang jika Alea kembali menekuni bidang yang disukainya? Setidaknya, ia bisa beraktivitas seperti sedia kala meskipun dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status