"Jangan pernah berharap aku akan melayanimu, baik di ranjang maupun kebutuhanmu yang lain. Aku tidak sudi, dasar pembunuh!" Desis Alana, sesampainya mereka di kamar hotel yang khusus dipersiapkan untuk pasangan suami istri memadu kasih, merengguk manisnya surga dunia malam pertama.
Alana yang mempunyai wajah cantik dengan lesung pipi kanan, ditopang tubuh tinggi semampai serta kulit putih mulus. Kesempurnaan fisiknya mungkin tak sebaik nasib hidupnya di dunia ini.Lebih-lebih, ketika tubuhnya ditukar dengan harta. Dirinya lebih pantas disebut gadis yang dijual demi kekayaan dari pada seorang istri yang sah.Seharusnya malam ini Alana menjadi pengantin wanita paling berbahagia, menikah dengan kekasih pilihannya yang sudah dipacarinya sekian tahun. Tapi, semua mimpi itu hancur, musnah setelah calon pengantin prianya dibunuh oleh sahabatnya sendiri.Arshaka, lelaki yang telah mengucapkan ikrar pernikahan satu jam yang lalu, juga penyebab terbunuhnya calon suami Alana seminggu sebelum mereka menikah. Alana begitu membencinya, apalagi karena kekayaan dan kekuasaan orang tuanya, hingga ia lolos begitu saja dari jerat hukum.Bahkan yang membuat Alana lebih membencinya, ia membuat kedua orang tuanya tak berdaya hingga menyetujui keputusannya untuk menjadikannya sebagia istri. Tentu saja, sebagai jaminan investasi perusahaan mereka yang hampir gulung tikar."Terserah apa yang mau kau katakan tentangku, untuk malam ini aku akan membiarkanmu sendiri. Tapi, untuk malam-malam selanjutnya, aku akan mengambil hakku atas dirimu," ucapnya dengan raut wajah dingin tanpa ekspresi."Kalau kau berani melakukannya, aku akan pastikan kau akan menemukan jasadku keesokan harinya!" ancam Alana yang membuat Arshaka geram dan menatap Alana dengan tajam seraya mengeratkan giginya.Akan tetapi, Alana tidak gentar. Hidup ataupun mati sudah tidak ada bedanya. Ia merasa hidupnya sudah hancur seketika mendengar kekasihnya mati mengenaskan, bahkan lebih hancur lagi ketika dipaksa menikah dengan sang pembunuh, tak lain adalah yang menjadi suaminya saat ini."Tadinya aku akan bersikap baik dan lembut padamu, tapi, sikapmu yang seperti ini membuatku berubah pikiran. Jadi, jangan salahkan aku jika aku bersikap kasar padamu, Alana," ucap Arshaka sambil melangkah perlahan memdekati Alana, sembari menanggalkan tuxedo bagian atasnya nya satu persatu."Ma-mau apa ... " Alana terkesiap, ketika tangan besar Arshaka menyergap tubuhnya lalu melahap bibirnya dengan kasar.Alana meronta berusaha melawan, namun tenagaku tak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki Arshaka.Dengan gerakan tiba-tiba Arshaka merobek gaun pernikahan yang belum sempat diganti dan membuangnya kesembarang arah. Lalu, Ia pun mendorong Alana dengan kasar ke tempat tidur sehingga membuat taburan bunga mawar di atasnya berserakan.Sorot mata Arshaka menggelap melihat tubuh Alana yang hanya terbalut pakaian dalam, Arshaka kemudian menindih tubuh Alana dan menyatukan kedua tangannya di atas kepala.Arshaka mencium dan melumat bibir Alana membabi buta seraya tangan kanannya menjelajahi keseluruh tubuh atas sampai bawah tanpa terkecuali.Entah kemana perginya keberanian Alana yang tadi, yang tersisa hanyalah ketakutan dan kebencian yang semakin mendarah daging. Membuatnya merasa jijik dengan setiap jengkal tubuhnya yang telah disentuh oleh Arshaka."Jangan sentuh aku, bajingan! Sentuhanmu tak ubahnya pria kaya yang hanya menikmati tubuh wanita panggilan!" Ronta Alana, seolah sia-sia karena cengkraman Arshaka begitu kuat. Dia tak menghiraukan ucapannya dan terus memaksa untuk melayani nafsu bejatnya.Alana begitu putus asa, ia tak sanggup mencegah perbuatan Arshaka yang menjijikkan kepadanya. Arahaka baru berhenti ketika mendengar suara tangisan dengan tubuh Alana yang bergetar hebat karena ketakutan.Arshaka melihat Alana menangis sesegukan membuatnya tertegun sekian detik, lalu seketika bangkit dari atas tubuh Alana. Ekspresinya begitu kalut, ia lantas mengacak-acak rambutnya dan mengusap wajahnya dengan frustasi.Menatap Alana dalam seakan-akan menunjukkan penyesalan, dan tanpa berkata apapun lantas pergi.Alana bersyukur karena Arshaka tidak jadi melanjutkan nafsu bejatnya padanya. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi. Alana hanya bisa menangis, meratapi nasibnya yang tragis.Alana merasa sangat tersiksa, andai saja papanya tidak memaksakan kehendaknya untuk menikahkannya dengan Arshaka, mungkin hidupnya tidak akan menyedihkan seperti yang ia rasakan saat ini.Pagi harinya, Alana terbangun dengan suara tirai yang dibuka."Nyonya Muda, sudah pagi, bangunlah!" Mendengar suara perempuan yang menyapanya membuat Alana mengerjapkan matanya mengikuti arah cahaya."Kau siapa?" tanya Alana pada sosok wanita paruh baya yang berdiri tepat di samping tempat tidur."Nyonya bisa memanggilku Monic. Aku diutus oleh Tuan Muda untuk melayanimu mulai hari ini.""Maaf, tapi aku bisa melakukan semuanya sendiri dan aku tidak memerlukan bantuan dari siapapun.""Maaf, Nyonya. Ini adalah perintah dari Tuan Muda, mohon kerja samanya. Kalau tidak, aku pasti akan mendapatkan kesulitan," pintanya dengan tatapan memohon.Alana hanya bisa menghela nafas, ia tidak akan lupa perbuatan kasar Arshaka tadi malam. Ia tidak akan lupa, kalau padanya saja bisa sekasar itu apalagi pada pelayan, pikirnya.Setidaknya Alana tidak ingin ada orang lain mendapatkan kemalangan karana dirinya."Lalu katakan, apa yang Ia ingin aku lakukan?""Tuan Muda menyuruhmu untuk bersiap-siap, karena sebentar lagi, beliau akan menjemput dan membawamu ke mansion pribadi Tuan Muda.""Hanya itu?" tanya Alana lagi, memastikan Arshaka tidak melakukan hal-hal yang di luar batas, seperti memakaikannya borgol agar ia tidak kabur nantinya."Ini adalah pakaian ganti yang harus anda kenakan, karena nanti akan ada penyambutan kedatangan anggota keluarga baru, yaitu Nyonya.""Apakah harus begitu resmi? Oh, ayolah. Ini hanya sebuah pernikahan bisnis dan keterpaksaan. Dan tidak harus menyesuaikan diri dengan seluruh anggota keluarganya, bukan?" ucap Alana dalam hati, ia merasa muak dengan semua ini."Apalagi ketika pernikahan kami yang berlangsung kemarin, tak satupun anggota keluarga Arshaka yang hadir. Jadi buat apa semua ini?" racaunya lagi dalam hati melihat gaun yang harus ia kenakan, begitu formal sekali."Nyonya, sebaiknya mulai bersiap-siap dari sekarang. Karena Tuan Muda paling tidak suka orang yang tidak disiplin dan menghargai waktu."Dengan enggan Alana mulai melangkah ke kamar mandi dan bersiap-siap."Akankah nerakaku akan segera dimulai? Apakah aku akan tinggal dalam satu atap bersama keluarga Arshaka dan akan mengalami penindasan oleh Mertua seperti di novel yang pernah aku baca?" racauku lagi dalam hati.Seperti kata monic, Arshaka sangat disiplin. Selang satu jam kemudian Arshaka datang, bahkan ia tiba 5 menit lebih awal dan tanpa berkata sepatah katapun ia membawa Alana dengan isyarat jari telunjuk agar ia mengikutinya.Selama perjalanan yang lumayan jauh, tak satupun dari mereka yang memulai pembicaraan hingga mereka pun tiba di sebuah mansion mewah yang telah berjejer-jejer pula para pelayan dan penjaga untuk memyambut kedatangannya."Selamat datang di kediaman kami, Menantu. Aku berharap, kau akan betah tinggal di sini bersama kami. Amggaplah selayaknya rumah sendiri," sapa wanita yang masih terlihat cantik di usia bayanya."Perkenalkan, aku Alice, Ibu dari Arshaka. Dan ini David, adiknya," imbuhnya sambil tersenyum, tapi terasa mengerikan dengan senyum smirk yang ia tampilkan.Apalagi sorot mata adiknya yang tengah memandang Alana begitu tajam, membuat Alana bergidik ngeri, seakan ingin melahapnya hidup-hidup."Sebaiknya kau jangan pernah mengaku-ngaku menjadi bagian dari keluarga ini. Karena bagiku, kalian adalah sampah dan selamanya akan menjadi benalu di rumah ini," sergah Arshaka."Dan jangan pernah berfikir akan mengambil milikku kalau tidak ingin celaka," imbuhnya dengan nada penekanan sambil merangkul pinggang Alana dengan erat sambil menatap adiknya dengan tajam."Selamat datang, Nyonya Muda," sapa Monic ketika mereka sudah sampai di mansion pribadi Arshaka.Alana bernafas lega. merasa beruntung, setidaknya Arshaka punya tempat sendiri. Tadinya Alana sempat berfikir kalau Arshaka akan mengajak dirinya untuk tinggal bersama keluarganya.Entah kenapa, Namun, Alana pun tidak memungkiri kalau ia tidak menyukai mama dan adik tiri Arshaka yang terkesan licik. Padahal, ini adalah kali pertama mereka bertemu dan kesan yang di dapatinya malah kemunafikan. Setidaknya, kekuatiran Alana akan mengalami penindasan oleh Mertua seperti yang ia pikirkan tidak terjadi.Alana hanya menanggapi sapaan monic dengan anggukan. Lagipula, Alana hanya bisa pasrah, juga tidak berharap diperlakukan dengan baik dan istimewa oleh Arshaka. Asal ia tidak menyentuhku dan memperlakukanku secara kasar, itu sudah cukup."Mari aku antar ke dalam kamar, Nyonya." ajak Monic, sedangkan Arshaka hanya meliriknya sekilas tanpa berbicara sepatah katapun, ia lantas melenggang masuk tanpa
Arshaka terkejut dengan sura benda terjatuh lantas bangkit untuk memeriksanya. melihat pintu yang sedkit terbuka membuat Arshaka menjadi curiga. seingatnya, ia telah menutup pintu itu dengan rapat.Arshaka memeriksa dan melihat sekeliling, namun nihil, ia tak menemukan siapapun.Arshaka masuk ke dalam kembali kemudian berpamitan pada mertuanya. Ia ada meeting dengan klien dan menitipkan Alana padanya.Alana yang melihat Arshaka pergi, akhirnya bisa bernafas dengan lega. meskipun dibenaknya muncul berbagai pertanyaan, ia akhirnya memutuskan untuk mencari tahu sendiri.sementara itu, Arshaka yang telah tiba di perusahaan miliknya selalu menjadi pusat perhatian setiap karyawan. Bagaimana tidak, Arshaka, Ceo pemilik Arshaka group. Berparas tampan dengan tinggi 180 cm dengan netra berwarna almond, rahangnya yang tegas dengan alis tebal serta bibirnya yang tipis ditunjang dengan tubuh sixpacknya membuatnya begitu sempurna bak dewa yunani.Sifatnya yang dingin, ambisius dan kejam membuat law
Bab 4"Tuan Besar, Tuan Muda Arshaka datang berkunjung!" lapor Enrique membuat Daniel yang sedang membaca laporan perusahaan di ruang kerjanya langsung menengadahkan wajahnya tak percaya."Benarkah? Apa itu benar?" Binar di wajahnya begitu kentara sekali, sungguh baginya itu adalah sebuah kebahagiaan yang tak mampu ia ungkapkan.Setelah lebih dari sepuluh tahun anak kandungnya pergi dengan penuh kebencian. Lantas mengibarkan bendera peperangan padanya.Daniel berpikir, kelakuan Arshaka layaknya kenakalan remaja, semua itu hanya sebagai bentuk protes akan kematian ibunya juga karena kekecewaan pada dirinya karena menikah lagi.Arshaka akan kembali karena ia pasti tidak akan bisa menghidupi dirinya sendiri, anak remaja tanpa uang dan fasilitas dari orang tua bisa apa?Nyatanya, ia menyesali semuanya. Ia begitu menyesali akan komunikasi buruk pada anak semata wayangnya itu, bahkan tidak berusaha mencari tahu keberadaannya.Sedangkan waktu anaknya datang ke mansionnya untuk pertama kalin
Bab 5"Sialan, brengsek! Aku tidak akan pernah memaafkan kalian, tidak akan pernah!" Raung Arshaka putus asa.Ia tidak pernah menyangka, keputusannya untuk bertemu papanya membuat luka hatinya kembali menganga. Apalagi, setelah mendengar semua harta yang dinikmati wanita ular itu adalah milik mama kandungnya.Arshaka kira, dirinya sudah kuat. Hatinya sudah sekeras batu dan tak mungkin goyah apalagi tersakiti. Tapi siapa sangka, justru bertatapan langsung dengan mereka malah membuat luka hatinya kembali menganga. Apalagi, setelah mendengar isi wasiat mendiang mamanya tadi membuat kebenciannya semakin berlipat ganda.Arshaka memukul setir mobilnya dengan beringas, ia melampiaskan amarah dan sesak di dadanya dengan menjerit sekuat tenaga. Sengaja ia memilih menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, agar tidak ada seorang pun yang tahu bahwa seorang Arshaka sedang menangis, meratapi hidupnya yang malang.Sudah cukup lama ia menenangkan diri, sendirian dan kesepian sudah menjadi ba
Alana pov“Oh ya? Kalau begitu, anggap saja kau beruntung, karena aku sudah mau mencicipi perempuan kurus dan tak menarik sepertimu!" “Tidak! Shaka, jangan lakukan itu! Aku mohon, jangan!” Aku menjerit dan meronta sekuat tenaga agar Arshaka menghentikan niatnya. Namun, bukannya berhenti malah membuat Arshaka bertambah bersemangat.“Sebaiknya kau diam dan menikmatinya, Alana. karena ini adalah hukuman bagi pembangkang sepertimu!” ucap Arshaka, seringainya membuatku semakin takut manakala tangannya juga ikut bergerilya dari atas sampai bawah tubuhku.“Shaka, aku mohon. Aku mohon lepaskan aku, aku mau melakukan apa saja asal kau mau melepaskanku,” harapku dengan mengiba.Arshaka tertawa sumbang. “Percuma kau memohon, Alana. Karena, semua itu sudah terlambat,” ucapnya dengan pongah.Aku menggeleng keras. Antara frustasi dan putus asa, apakah aku akan kehilangan kesucianku dengan cara seperti ini?Dengan beringas Arshaka membuka pakaianku, aku berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari cen
David melangkah maju perlahan ke arahku, tatapannya sangat menjijikkan seakan ingin menerkamku hidup-hidup.“Kakak Ipar, kau begitu cantik dan menggoda. Aku mengakui, selera kakakku sangat bagus hingga semua wanita yang menghangatkan ranjangnya semuanya begitu menawan,” godanya mengerlingkan sebelah matanya.“Kalau kau mau, aku bisa menggantikannya menghangatkan malammu ketika ia pergi. Asal kau tahu, aku bisa memuaskanmu melebihi Arshaka,” tawarnya dengan smirk menghiasi bibirnya.“Oh ya, apa kau pikir kau lebih hebat dari Arshaka hingga aku mau berpaling darinya?” tanyaku dengan tatapan meremehkan.“Bahkan kau bagaikan sampah di matanya, bagaimana mungkin kau bisa setara dengannya. Oh ya, satu hal lagi. Aku dengar kau hanyalah anak tiri dan semua yang kau banggakan saat ini adalah hasil dari merebut milik Arshaka!” ejekku membuat raut mukanya berubah merah padam.“Lantas apa yang bisa aku lihat darimu sedangkan kau hanyalah bayangan Arshaka?”David marah, “Kau...”“Kenapa? Apa aku b
“Menjadi budak maupun jalangmu itu tak ada bedanya, dan jangan bermimpi aku akan menyenangkanmu, Shaka,” desisku kesal.“Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melemparkan tubuhku secara sukarela padamu!”Arshaka tertawa, terlihat betapa ia meremehkan ucapanku. “Tak peduli seberapa kuat kau menentangnya, pada akhirnya kau akan merangkak memohon padaku, Alana.” Arshaka memasang kembali kacamata hitamnya dan berlalu turun dari kapal.Kenapa hidupku sial sekali harus berhubungan dengan seorang seperti dirinya.Dengan kesal aku mengikutinya dan turun dari kapal yang dibantu salah seorang pengawalnya.Dengan berjalan kaki kira-kira lima belas menit kami sampai di Villa yang lumayan besar. Dikelilingi hutan kecil di samping Villa dengan struktur bangunan terlihat kokoh dengan design dinding sebagian besar dipasang kaca tebal tembus pandang.Hal itu tentu saja membuat siapa saja akan merasa kerasan karena kita bisa melihat langsung pemandangan dari dalam tanpa harus ke luar rumah.Terlihat
Suara pintu kaca pecah terkena tembakan membuat Alana memekik ketakutan yang membuatnya refleks menutup telinganya. Ia tak mengerti apa yang tengah terjadi saat ini.Suara tembakan saling bersahutan dengan suara lolongan kesakitan membuat bulu kuduknya meremang membuat ketakutannya semakin bertambah.Arshaka menarik pergelangan Alana dan menyeretnya ke arah pintu belakang. Terlihat beberapa laki-laki berpakaian serba hitam menerobos masuk dan menembaki mereka.“Cepat Alana, atau kita akan mati di sini!” perintah Arshaka, ia mengeluarkan pistolnya dan mulai balas menembaki mereka sambil melindungi Alana.Mereka berlari setengah menunduk untuk menghindari peluru yang kapan saja bisa menembus kulit mereka.Rupanya musuh sudah mengepung seluruh Villa tanpa Arshaka sadari. Karena ketika keduanya tiba di belakang rumah, musuh sudah menghadangnya dengan tembakan yang bertubi-tubi.Arshaka balas menembak, meskipun saat ini situasinya sedang terdesak, namun pantang baginya menyerah begitu saja