Share

#6 - HARI PERTAMA BERTUGAS

Author: Muthi Mozla
last update Huling Na-update: 2023-09-27 14:09:11

Rossa memasuki pekarangan rumah bergaya Eropa yang begitu luas. Taman tertata dengan apik dan cantik. Setelah berjalan beberapa langkah dari gerbang, kakinya menapak di atas lantai berlapis marmer. Pilar-pilar besar berdiri kokoh di beranda teras yang dipijaknya ini. Rossa begitu takjub dengan kemegahan rumah yang baginya seperti istana ini. Dengan diantar satpam, Rossa dipertemukan dengan pemilik rumah.

Anwar dan istrinya yang sangat cantik membukakan pintu utama dan menyambut Rossa dengan kehangatan. Begitu melangkah masuk, sorot mata Rossa berbinar karena takjub. Interior rumah bergaya klasik ini begitu mewah dan elegan.

Ada sofa besar berjajar membentuk oval di ruang tamu yang megah ini. Anwar mempersilakan Rossa untuk duduk. Kemudian datang asisten rumah tangga berusia paruh baya membawa nampan berisi suguhan minuman dan makanan ringan.

“Silakan dicicipi,” tawar istri Anwar dengan senyum dikulum. Nona muda di hadapan Rossa ini memindai penampilan Rossa dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rossa mencicip teh hangat yang aromanya sangat segar. Pasti teh mahal, pikirnya.

“Cantik juga kamu,” ujar istri Anwar sambil berdecak kagum. “Nyaris srmpurna, Pah. Pandai sekali kau mencari umpan,” lanjutnya. Rossa hanya tertunduk malu mendengar pujian yang menurutnya berlebihan itu.

“Ini istri saya, Jelita. Dia yang meminta saya untuk mencari pelakor bayaran.”

“Salam kenal, Bu.” Rossa mengulurkan tangannya yang disambut dengan hangat oleh Jelita. Lalu nyonya muda itu menyodorkan beberapa lembar foto. Rossa memerhatikan foto itu dengan saksama.

“Ini Andra. Pesaing bisnis suami saya. Saya ingin kamu hancurkan karir dan reputasinya. Buat ia menjadi bangkrut. Kelemahan Andra adalah gadis cantik. Ia mudah terpikat melihat gadis cantik. Tapi sejauh ini tak ada gadis cantik yang mempu membuatnya bertekuk lutut dan mengemis.

Saya ingin Andra bertekuk lutut padamu, Rossa. Apa pun caranya.

Saya juga ingin istrinya merasakan apa yang ibu saya rasakan dulu. Istri Andra, Devina, adalah orang yang telah menghancurkan keluarga saya hingga hidup kami terpuruk. Dia dengan tega merebut ayah dari pangkuan ibu dan anak-anaknya.”

Rupanya ada alasan kuat yang membuat Jelita tersulut dendam kesumat.

“Apa uang DP yang diberikan suamiku kurang, Rossa?” tanya Jelita.

Rossa menggeleng cepat. “Lebih dari cukup, Bu.”

Bahkan dengan uang itu Rossa bisa menyelesaikan urusan dengan Mak Nani dan Ilyas. Ia juga mengirim perbekalan untuk kedua orang tuanya untuk beberapa bulan. Uang yang dikirimnya tidak akan habis hanya untuk mencukupi kebutuhan berdua. Inah dan anak-anaknya pun ikut terciprat, merasakan hasilnya.

“Syukurlah. Setelah pekerjaanmu berhasil, saya akan memberi tambahan dan bonus.”

Rossa hanya menganggukkan kepalanya.

“Tapi ... ada yang kurang,” ujar Jelita. Wanita itu bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Rossa. Langkahnya anggun dan elegan seperti istri-istri pejabat dan bangsawan. Wanita itu memindai penampilan Rossa sekali lagi.

“Kamu perlu sedikit berani untuk bisa memikat lelaki kalangan atas, Rossa.” Jelita menjentikkan jemari di dagunya. Lalu ia memberi kode kepada asistennya. Sang asisten bergegas datang sambil membawa tiga paper bag berukuran besar.

“Ini beberapa pakaian dan perlengkapan penunjang penampilanmu. Saya nggak mau kamu terlihat sangat polos seperti ini. Andra menyukai wanita yang sedikit agresif,” ujar Jelita sedikit berbisik. Anwar terkekeh mendengar ucapan istrinya. Pria itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus rokok. Ia menyulut sebatang rokok lalu menghisapnya.

Rossa melihat isi paper bag dengan takjub. Semua berisi barang branded. Belum selesai keterkejutannya, Jelita menyodorkan sebuah kunci padanya.

“Selama bertugas, kamu tinggal di apartemen yang sudah saya sediakan, ya,” pesan Jelita.

“Baik, Bu.” Kali ini Rossa menjawab dengan sedikit lantang. Ia mencoba untuk menghilangkan rasa grogi dan tidak percaya diri.

Setelah itu Jelita mengajarkan beberapa hal pada Rossa di sebuah ruangan khusus. Janda kembang itu dibriefing agar semua rencana berjalan dengan lancar.

***

Rossa memasuki sebuah kafe. Dengan langkah gemulai ia berjalan menuju sofa kosong di sudut ruang. Tanpa sengaja gelangnya terjatuh tepat di samping seorang lelaki berblazer maroon yang duduk berhadapan dengan seorang perempuan muda. Hingga lelaki itu menoleh ke arahnya.

Rossa memberikan senyuman termanisnya pada lelaki yang sudah ditargetkannya. Ia juga sedikit memberi kerlingan mata. Lalu bangkit berdiri setelah mengambil gelang dan kembali berjalan menuju sofa di sudut ruang.

Rossa melambaikan tangan ke arah waiter yang menghampirinya. Lalu memesan minuman dan makanan ringan. Sesekali tatapannya melirik ke arah Andra. Lelaki itu duduk berhadapan dengan sang istri yang membelakangi Rossa. Andra pun terlihat mencuri-curi pandang ke arahnya. Sementara sang istri asyik bermain ponsel.

Selesai dengan makan siang sederhananya, Rossa kembali mencuri pandang ke arah Andra yang ternyata sedang memperhatikannya. Sang istri tidak terlihat, sepertinya sedang ke toilet. Kesempatan ini digunakan Rossa untuk memberikan secarik kertas berisi nomor ponselnya ke atas meja Andra. Lalu Rossa menyentuh bahu pria itu dengan lembut seraya berkata dengan sedikit lirih, “simpan, ya.”

Rossa berjalan gemulai ke arah kasir untuk membayar. Ia melirik sedikit ke arah Andra yang terburu-buru menyimpan secarik kertas tadi sebelum istrinya datang. Rossa tersenyum penuh arti. Target telah terperangkap jebakan. Satu langkah tugasnya berhasil.

Rossa tersenyum puas lalu meninggalkan kafe dan berjalan menuju mobil yang terparkir. Pak Rudi, sopir yang ditugaskan secara khusus oleh Jelita, sudah menunggu perempuan berwajah kearaban itu.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #30 - KEDATANGAN ANDRA DI RUMAH JUBAEDAH

    Urusan perpindahan sekolah Rani dan adik-adiknya sudah beres. Tinggal membantu bibinya melunasi utang-utangnya kepada rentenir. Rossa banyak menggelontorkan sejumlah uang demi membantu adik sepupu bapaknya itu. Di dapur, ibu dan Bi Sari sibuk mengadon kue. Ibu sudah dibekali Rossa usaha bakery. Sementara ini berproduksi skala rumahan karena baru merintis. Bila sudah berjalan lancar, barulah Rossa mencarikan tempat untuk disewa atau dibeli.Sementara bapak sudah dimodali mobil dan motor second untuk usaha angkot dan ojeknya. Masing-masing satu buah kendaraan. Bila usaha bapaknya lancar, barulah menambah jumlah kendaraannya. Tapi bukan bapak yang menyupiri. Bapak hanya tinggal menerima setoran dari supir angkot dan pengemudi ojeknya nanti. Rossa tidak ingin kedua orang tuanya di masa tua masih kerepotan mencari uang sana sini. Apalagi jika teringat masa-masa sulit dulu. Sekadar mencari pinjaman untuk sarapan saja sulit. Tidak jarang kedua orang tuanya harus menjadi kuli dulu agar m

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #29 - Terlilit Utang

    Rossa dan kedua orang tuanya telah sampai di lobby apartemen yang ditempati Rossa. Tampak Bi Inah dan ketiga anaknya sudah menunggu di sofa ruang tunggu. Mereka membawa tas berukuran besar yang tergeletak di atas lantai.Begitu melihat Rossa, mereka langsung menghambur dan memeluk gadis itu. Bi Inah mengisakkan tangis.“Mari kita ke apartemen Rossa dulu, yuk,” ajak Rossa sambil merangkul bahu Bi Inah yang masih terguncang dan mengisakkan tangisnya. Sementara Jubaedah menuntun Rani dan kedua adiknya. Mereka memasuki lift dan meluncur ke lantai tiga.Sesampainya di apartemen, Rossa menyediakan minum untuk para tamu kesayangannya ini. Bi Inah langsung meneguk hingga tandas minuman berwarna oranye dengan rasa jeruk. Lalu Rani dan kedua adiknya juga ikut meneguk minuman yang terlihat menyegarkan dahaga itu. Mereka terlihat sangat kehausan.“Maaf, minumnya jadi habis, Rossa. Kami kehausan. Mau beli minum tidak punya uang sepeser pun,” jelas Bi Inah dengan raut wajah yang sendu dan membu

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #28 - Bi Inah

    “Rossa lagi sibuk ngga?” tanya Rusydi dari seberang telepon.“Ngga, Bang. Ini habis ngobrol sama ibu soal keadaan Razan,” jawab Rossa sambil melepas jarum pentul yang mengunci hijab pashminanya. Gadis itu belum terbiasa mengenakan hijab. Tampak wajah cantik khas Timur Tengah miliknya sedikit berkeringat.“Abang lupa bilang. Tadi abang simpan box hadiah di minibar. Mudah-mudahan masih ada. Itu sengaja abang kirim buat Rossa. Karena tadi Rossa sibuk mengobrol dengan Razan, jadi abang kelupaan ngasih ke Rossa. Mohon diterima, ya.”“I-iya, Bang. Sebentar Rossa cek dulu, ya.”Rossa lalu berjalan menghampiri minibar. Benar, box berwarna merah muda itu masih tersimpan dengan baik.“Merah muda warnanya, Bang?” tanya Rossa memastikan.“Iya. Warna kesukaan Rossa, kan?” Rossa mengulum senyum dan tersipu malu. Ternyata pemuda itu masih ingat dan hafal apa warna kesukaannya. Rossa menyukai dua warna, merah muda dan ungu. Bahkan dekorasi kamarnya ini pun bernuansa pink dan ungu.Pelan-pela

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #27 - API CEMBURU

    Pandangan mata Rusydi mengawasi gerak-gerik pemuda yang sedang mengobrol dengan Rossa. Setelah acara tasyakuran, pria yang tidak dikenal Rusydi itu tidak langsung pulang. Dia sengaja menunggu Rossa.Sikap Rossa yang terlihat hangat dan ramah membuat hati Rusydi dibakar api cemburu. Namun ia harus bisa menahannya. Bagaimana pun mereka berdua tidak memiliki hubungan apa pun meskipun Rusydi sudah mengutarakan perasaannya. Rossa hingga kini belum memberi jawaban.“Baiklah, Rossa. Kapan-kapan aku mampir ke apartemenmu, ya. Jangan lupa simpan nomorku,” pesan Razan. Pemuda itu meninggalkan rumah ibu Rossa dan berjalan menghampiri mobilnya yang terparkir agak jauh dari rumah itu. Rossa berbalik hendak memasuki rumah.Namun tiba-tiba beberapa warga berteriak histeris. Terdengar suara rintihan kesakitan yang Rossa kenal. Bergegas Rossa menghampiri asal suara. Disusul Rusydi di belakangnya.Di luar rumah para warga berkerumun mengelilingi seseorang yang terluka akibat luka tusuk di perutnya.

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #26 - IDENTITAS INISIAL R TERUNGKAP

    Ponsel pintar Rossa berdering beberapa kali dan bersumber dari telepon nomor tidak dikenal. Bi Sari sampai kebingungan mengapa majikannya tidak mau mengangkat telepon itu. Padahal sejak tadi aktivitasnya menonton TV terganggu karena suara bisingnya.“Non, kenapa ngga diangkat dulu?” tanya Bi Sari dengan sopan. Wanita itu tengah membersihkan laci-laci menggunakan kemoceng dan lap basah.“Biarin aja, Bi. Nomornya ngga dikenal. Paling juga orang iseng,” jawab Rossa sambil terus mengunyah keripik singkong buatan ibunya. Jubaedah sudah tidak tinggal di apartemen ini. Ibu Rossa itu sudah menempati rumahnya sendiri. Malam ini akan diadakan tasyakuran. Pagi ini Rossa akan berkemas untuk menginap di rumah baru ibunya selama beberapa hari. “Bi, nanti tolong kemasi barang-barang keperluan saya, ya. Jangan lupa skincare yang saya pakai jangan sampai ketinggalan. Sekalian pakaian bibi juga dikemas. Kita akan menginap sekitar tiga hari di rumah ibu,” pinta Rossa.“Baik, Non. Siap, laksanakan!” sah

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #25 - KEDATANGAN MAK NANI

    “Rossa ... keluarlah! Pangeranmu sudah datang!” Dengan begitu percaya diri Ilyas memanggil nama Rossa. Wanita yang sedang mengintip dari balik gorden itu tampak kesal dan tak menghiraukan. Rossa menoleh ke arah Rusydi yang tampak keheranan. Pemuda itu penasaran dan akhirnya ikut mengintip. Ia menertawakan tingkah kakak ipar Rossa yang begitu aneh itu.Bagaimana tidak? Lelaki itu datang dengan gaya berpakaian ala A Rafiq, penyanyi dangdut legendaris yang sering mengenakan celana jeans model cutbrai. Lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya dan rambut klimis. Belum lagi, wanita yang selalu menempel di lengannya seperti prangko, si ‘janda herang’ Kartika. Perempuan itu seperti tidak punya harga diri, dengan beraninya menggaet suami orang.“Kakak iparmu itu lucu sekali, Rossa. Sifatnya tidak berubah sejak kecil, ya. Jauh berbeda dengan Saleh,” ujar Rusydi berkomentar. Rossa pun tersenyum sinis.“Iya, tuh. Entah kenapa Bang Saleh harus bersaudara dengan lelaki t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status