Rossa memasuki pekarangan rumah bergaya Eropa yang begitu luas. Taman tertata dengan apik dan cantik. Setelah berjalan beberapa langkah dari gerbang, kakinya menapak di atas lantai berlapis marmer. Pilar-pilar besar berdiri kokoh di beranda teras yang dipijaknya ini. Rossa begitu takjub dengan kemegahan rumah yang baginya seperti istana ini. Dengan diantar satpam, Rossa dipertemukan dengan pemilik rumah.
Anwar dan istrinya yang sangat cantik membukakan pintu utama dan menyambut Rossa dengan kehangatan. Begitu melangkah masuk, sorot mata Rossa berbinar karena takjub. Interior rumah bergaya klasik ini begitu mewah dan elegan.Ada sofa besar berjajar membentuk oval di ruang tamu yang megah ini. Anwar mempersilakan Rossa untuk duduk. Kemudian datang asisten rumah tangga berusia paruh baya membawa nampan berisi suguhan minuman dan makanan ringan.“Silakan dicicipi,” tawar istri Anwar dengan senyum dikulum. Nona muda di hadapan Rossa ini memindai penampilan Rossa dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rossa mencicip teh hangat yang aromanya sangat segar. Pasti teh mahal, pikirnya.“Cantik juga kamu,” ujar istri Anwar sambil berdecak kagum. “Nyaris srmpurna, Pah. Pandai sekali kau mencari umpan,” lanjutnya. Rossa hanya tertunduk malu mendengar pujian yang menurutnya berlebihan itu.“Ini istri saya, Jelita. Dia yang meminta saya untuk mencari pelakor bayaran.”“Salam kenal, Bu.” Rossa mengulurkan tangannya yang disambut dengan hangat oleh Jelita. Lalu nyonya muda itu menyodorkan beberapa lembar foto. Rossa memerhatikan foto itu dengan saksama.“Ini Andra. Pesaing bisnis suami saya. Saya ingin kamu hancurkan karir dan reputasinya. Buat ia menjadi bangkrut. Kelemahan Andra adalah gadis cantik. Ia mudah terpikat melihat gadis cantik. Tapi sejauh ini tak ada gadis cantik yang mempu membuatnya bertekuk lutut dan mengemis.Saya ingin Andra bertekuk lutut padamu, Rossa. Apa pun caranya.Saya juga ingin istrinya merasakan apa yang ibu saya rasakan dulu. Istri Andra, Devina, adalah orang yang telah menghancurkan keluarga saya hingga hidup kami terpuruk. Dia dengan tega merebut ayah dari pangkuan ibu dan anak-anaknya.”Rupanya ada alasan kuat yang membuat Jelita tersulut dendam kesumat.“Apa uang DP yang diberikan suamiku kurang, Rossa?” tanya Jelita.Rossa menggeleng cepat. “Lebih dari cukup, Bu.”Bahkan dengan uang itu Rossa bisa menyelesaikan urusan dengan Mak Nani dan Ilyas. Ia juga mengirim perbekalan untuk kedua orang tuanya untuk beberapa bulan. Uang yang dikirimnya tidak akan habis hanya untuk mencukupi kebutuhan berdua. Inah dan anak-anaknya pun ikut terciprat, merasakan hasilnya.“Syukurlah. Setelah pekerjaanmu berhasil, saya akan memberi tambahan dan bonus.”Rossa hanya menganggukkan kepalanya.“Tapi ... ada yang kurang,” ujar Jelita. Wanita itu bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Rossa. Langkahnya anggun dan elegan seperti istri-istri pejabat dan bangsawan. Wanita itu memindai penampilan Rossa sekali lagi.“Kamu perlu sedikit berani untuk bisa memikat lelaki kalangan atas, Rossa.” Jelita menjentikkan jemari di dagunya. Lalu ia memberi kode kepada asistennya. Sang asisten bergegas datang sambil membawa tiga paper bag berukuran besar.“Ini beberapa pakaian dan perlengkapan penunjang penampilanmu. Saya nggak mau kamu terlihat sangat polos seperti ini. Andra menyukai wanita yang sedikit agresif,” ujar Jelita sedikit berbisik. Anwar terkekeh mendengar ucapan istrinya. Pria itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus rokok. Ia menyulut sebatang rokok lalu menghisapnya.Rossa melihat isi paper bag dengan takjub. Semua berisi barang branded. Belum selesai keterkejutannya, Jelita menyodorkan sebuah kunci padanya.“Selama bertugas, kamu tinggal di apartemen yang sudah saya sediakan, ya,” pesan Jelita.“Baik, Bu.” Kali ini Rossa menjawab dengan sedikit lantang. Ia mencoba untuk menghilangkan rasa grogi dan tidak percaya diri.Setelah itu Jelita mengajarkan beberapa hal pada Rossa di sebuah ruangan khusus. Janda kembang itu dibriefing agar semua rencana berjalan dengan lancar.***Rossa memasuki sebuah kafe. Dengan langkah gemulai ia berjalan menuju sofa kosong di sudut ruang. Tanpa sengaja gelangnya terjatuh tepat di samping seorang lelaki berblazer maroon yang duduk berhadapan dengan seorang perempuan muda. Hingga lelaki itu menoleh ke arahnya.Rossa memberikan senyuman termanisnya pada lelaki yang sudah ditargetkannya. Ia juga sedikit memberi kerlingan mata. Lalu bangkit berdiri setelah mengambil gelang dan kembali berjalan menuju sofa di sudut ruang.Rossa melambaikan tangan ke arah waiter yang menghampirinya. Lalu memesan minuman dan makanan ringan. Sesekali tatapannya melirik ke arah Andra. Lelaki itu duduk berhadapan dengan sang istri yang membelakangi Rossa. Andra pun terlihat mencuri-curi pandang ke arahnya. Sementara sang istri asyik bermain ponsel.Selesai dengan makan siang sederhananya, Rossa kembali mencuri pandang ke arah Andra yang ternyata sedang memperhatikannya. Sang istri tidak terlihat, sepertinya sedang ke toilet. Kesempatan ini digunakan Rossa untuk memberikan secarik kertas berisi nomor ponselnya ke atas meja Andra. Lalu Rossa menyentuh bahu pria itu dengan lembut seraya berkata dengan sedikit lirih, “simpan, ya.”Rossa berjalan gemulai ke arah kasir untuk membayar. Ia melirik sedikit ke arah Andra yang terburu-buru menyimpan secarik kertas tadi sebelum istrinya datang. Rossa tersenyum penuh arti. Target telah terperangkap jebakan. Satu langkah tugasnya berhasil.Rossa tersenyum puas lalu meninggalkan kafe dan berjalan menuju mobil yang terparkir. Pak Rudi, sopir yang ditugaskan secara khusus oleh Jelita, sudah menunggu perempuan berwajah kearaban itu.***Di sebuah rumah di tengah kota ....Sudah sekitar seminggu Rossa menjalankan misi yang diberikan Anwar dan Jelita padanya. Andra bisa beberapa kali menghubungi gadis berparas cantik khas Timur Tengah itu dalam sehari. Dosisnya bahkan bisa melebihi minum obat. Seolah kecantikan Rossa membuatnya candu. Bahkan di tengah kesibukan pria itu bekerja, ia menyempatkan untuk melakukan video call dengan gadis itu.Tidak hanya di kantor, saat di rumah setelah menunggu istrinya tidur, Andra akan menyempatkan diri menelepon Rossa. Suara gadis itu terasa menggoda di pendengarannya. Tak ayal Andra terkadang membayangkan paras cantik rupawan itu tengah bercinta dengannya.Awalnya Devina tidak menyadari keanehan tingkah suaminya. Namun beberapa hari belakangan pria itu bersikap sangat romantis. Devina yang sudah hafal di luar kepala gelagat suaminya akhirnya menaruh curiga. Ia teringat gadis cantik yang dilihatnya beberapa waktu lalu di sebuah kafe. Saat itu pandangan Andra seolah tak ingin terlepas
Rossa tidak dapat berlama-lama di rumah orang tuanya. Ia hanya menjenguk ibunya lalu memberi sejumlah uang. Rossa meminta supaya rumah mereka direnovasi segera karena begitu iba melihat ibunya berbaring lemah di lantai. Di hari itu juga ia mengirimkan kasur busa dengan tebal 30 senti supaya kedua orang tuanya bisa tidur dengan nyaman.Sebelum keluar dari desa, mobil Jazz yang ditumpangi Rossa dihadang beberapa pria bertopeng dan bersenjata tajam. Pak Rudi mengerem mendadak hingga membuat Rossa yang sedang melayani chat dari Andra terlonjak kaget. Pria itu gemetaran. Rossa pun terlihat panik saat melihat dua pemuda memaksa Pak Rudi membuka kunci pintu dengan mengetuk-ketuk kaca. Sementara dua lainnya masih menghadang di depan.Dua orang tadi segera membuka pintu belakang dan menarik tubuh Rossa keluar. Sementara Pak Rudi dibekap hingga pingsan. Rossa menjerit meminta tolong. Tapi suasana jalanan begitu sepi.Gadis itu diseret menuju kebun di pinggir jalan. Rossa memberontak. Akhirnya s
Saat di klinik kemarin Rossa meminta izin Kasimin agar ibunya untuk sementara waktu ikut tinggal bersamanya. Sambil menunggu renovasi rumah sederhana mereka selesai. Hari ini hari pertama rumah bilik penuh kenangan itu akan dibongkar dan menjelma menjadi bangunan permanen, seperti rumah lainnya di desa itu.Melihat interior kamar apartemen yang ditempati Rossa, kedua bola mata Jubaedah membulat sempurna. Ia teringat kemegahan rumah majikannya di Tanah Arab dulu. Jubaedah duduk di atas sofa dengan bantalan yang sangat empuk. Jauh berbeda dengan kasur lantai berbusa tipis yang menjadi alasnya tidur.Meskipun apartemen ini bukan milik putrinya, tapi ia begitu bersyukur Rossa bekerja pada orang yang dianggapnya tepat. Walaupun hingga saat itu dirinya belum tahu pekerjaan apa yang dijalani gadis keturunan Arab itu.“Bosmu pasti orang yang sangat baik, Ros. Sepertinya ibu akan nyaman tinggal bersamamu di sini.” Jubaedah mengelus lembut kulit sofa yang didudukinya. Orang kaya di desanya pun
Beberapa panggilan masuk dari Andra tidak sempat Rossa angkat karena sibuk mengantarkan dan menemani Jubaedah check up di salah satu rumah sakit. Ternyata ibunya memiliki flek di paru-parunya sehingga harus mendapatkan pengobatan selama beberapa bulan ke depan.Setelah check up, Rossa membawa ibunya pulang ke apartemen. Ia sudah memesan menu masakan untuk santapan makan siang ibunya. Rossa juga baru saja menyewa asisten untuk mengurus keperluan ibunya bila dirinya sedang keluar menjalankan tugas.Setelah memastikan segala keperluan ibunya tersedia, gadis itu berpamitan. Segera Rossa menemui Pak Rudi yang sudah menunggunya di lobby. Mereka pun segera meluncur dengan Jazz merah dan menuju sebuah kafe. Di sana ia akan menemui Andra. Pria itu sudah tidak tahan ingin segera bertemu dengan Rossa yang beberapa hari belakangan ini sulit dihubungi.“Halo, Beb. Aku rindu berat padamu,” ujar Andra gombal ketika Rossa menghampirinya. Pria itu mengecup punggung telapak tangan Rossa yang lembut. M
Rossa sudah tiba di lobby apartemen. Resepsionis memberitahukan bila ada seorang perempuan telah menunggunya sejak tadi. Rossa menoleh ke arah sofa di mana seorang perempuan yang wajahnya sudah dikenalinya tengah menatap ke arahnya tajam. Rossa tersenyum simpul. Jelita sudah mengajarinya bagaimana cara menghadapi situasi saat istri sah lelaki yang akan direbutnya itu datang melabrak.“Oh, rupanya benar kamu. Kamu perempuan di kafe waktu itu kan?” tanya Devina angkuh. Rossa melipat kedua tangannya di dada.“Jika memang itu aku, kenapa? Kamu takut suamimu akan kurebut?” Rossa menghampiri perempuan itu dengan langkah anggun namun tegas. Tak sedikit pun gadis itu gentar. Apalagi semua ia lakukan demi uang, demi keluarga dan demi masa depannya yang lebih baik.“Huh! Aku tidak akan pernah takut menghadapi pelakor apalagi picisan sepertimu,” cibir Devina. “Oh, pastinya kamu tidak akan pernah takut. Karena kamu sangat tahu bagaimana cara menghadapi pelakor. Bukankah, sebelum menjadi istri An
Sebuah pesan masuk dari Andra melayang di layar ponsel Rossa. Segera ia mengklik pesan itu.[Istriku marah besar. Sementara waktu aku belum bisa menghubungimu, Honey. Sabar, ya. I’ll miss you]Rossa tersenyum sinis. Sama sekali ia tidak akan merindukan lelaki bajingan seperti Andra. Hari-hari wanita itu selalu dibayangi wajah Rusydi. Apalagi semenjak Rusydi menyelamatkannya yang hampir menjadi korban perkosaan Ilyas. Si lelaki biadab.Sayangnya, masa iddah yang dijalaninya belum genap 130 hari. Gadis itu masih berstatus menantu Mak Nani. Sungguh waktu yang sangat lama untuk bisa terlepas dari jeratan nenek sihir penuh kelicikan itu.[Miss you too]Rossa bergidik ketika membaca balasan pesannya sendiri. Kalau bukan karena ia masih butuh pekerjaan ini untuk mengumpulkan pundi-pundi uang, pria itu pasti sudah ditinggalkannya. Meskipun Rossa terkenal sebagai biduan dangdut, yang notabene sering dicap perempuan tidak baik, tapi sampai saat ini gadis itu berusaha menjaga kesuciannya. Ia ha
Hari ini Rossa dan Jubaedah akan meninjau lokasi tanah yang akan ia beli dari Anwar dan Jelita. Anwar memang dikenal juga sebagai juragan tanah, selain sebagai eksekutif muda. Ia memiliki banyak tanah yang tersebar di berbagai kota. Masing-masing tanah juga ada yang mengurusnya.Rossa diajak ke lokasi terdekat, agar ia bisa berdekatan dengan kedua orang tuanya. Kebetulan tanah yang akan dibelinya ini tidak jauh dari kampungnya. Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit saja. Apalagi tanahnya juga berada di pinggir jalan raya. Sungguh strategis.“Lokasi ini sangat cocok buat keluargamu, Rossa,” ujar Anwar.“Kalau kamu bersedia membeli tanah ini, kamu juga boleh memiliki isinya. Kebetulan ada beberapa pohon dan tanaman yang ditanam Pak Yanto, pengurus tanah kami di sini,” tambah Jelita.Lalu mereka berjalan semakin dalam. Ada sebuah gazebo yang sengaja dibuat untuk tempat beristirahat dan bersantai. Mereka pun beristirahat di sana. Pak Yanto membawakan beberapa buah-buahan hasil panen
Rossa langsung menghubungi Rusydi via telepon. Sengaja ia tidak chat karena Rusydi sangat jarang membalas pesannya. Telepon pun terhubung.“Bang, makasih banyak kiriman paketnya,” ujar Rossa setelah mengucapkan salam.“Sama-sama, Ros. Maaf, abang ngga bisa kasih sesuatu yang mungkin lebih berharga di hari ulang tahunmu ini,” sahut Rusydi.Apa? Ulang tahun? Rossa terkejut karena ia sendiri tidak menyadari hari kelahirannya pada hari itu. Belakangan gadis itu begitu sibuk mengurusi renovasi rumah di kampung dan fokus mencari tempat tinggal baru. Apartemen ini sudah tidak aman karena sudah diketahui Devina.“Ngga perlu repot-repot, Bang. Sampai kirim paket dua kali,” ujar Rossa.“Apa? Dua paket?” suara di seberang justru terkejut. “Abang hanya kirim satu paket di hari ini, Ros. Karena abang ingat hari ulang tahunmu. Dulu kita sering merayakannya bersama Soleh dengan memancing di kali belakang kebun orang tua Soleh.”Rossa bergumam dalam hatinya. Jika bukan Rusydi yang mengirimkan paket