Dinar meletakkan bubur diatas meja dan berjalan menuju kearah lemari dimana pakaian-pakaian Dirham tersimpan, hatinya kesal dan dongkol, sementara pria beralis tebal itu mengambil ponselnya dan melakukan panggilan.
“Waalaikumussallam ma, Am belum bisa tidur rumah sana, ada beberapa desain yang belum jadi dan harus siap untuk bulan ini, mumpung besok kantor juga libur, Am akan buat di rumah saja."(O begitu, padahal ada teman mama datang besok, mama undang untuk lunch bareng kita)“Lain kali ya ma, auuuuch.. ” Dirham meringis kecil.(Kenapa Am?) terdengar suara khawatir dari mamanya di seberang.“Nggak apa-apa ma, cuma kesandung kaki meja.” Dirham meringis karena tanpa sengaja tangannya terkena jahitan lukanya. (Ya sudah, mama mau siapkan air hangat untuk papa, kalau ada waktu harus pulang kesini, rumah sepi banget, mama kesepian, cepat menikah biar anak-anak kamu nanti bisa meriuhkan rumah kita)DirhaDirham masih terpukau dengan permintaan gadis didepannya. Sungguh permintaan yang luar biasa. Sangat diluar dugaannya, sesederhana itu yang diminta?“Ayo, aku bantu kekamar mandi.”“I-iya.”Dinar memapah lelaki itu berjalan, setelah sampai dalam, Dinar terdiam tidak tahu mau berbuat apa.“Keluarlah, aku bisa buka sendiri, tapi nanti saat selesai tolong bantu aku, aku janji tidak akan menyentuhmu.” Dinar mengangguk lalu keluar, dia menuju lemari pakaian Dirham dan mengambil bawahan dan dalaman yang diminta.“Di, aku sudah selesai.” laung Dirham dari dalam kamar mandi, dia sudah menyelesaikan urusannya disana.“Iya sebentar.” Dinar menutup matanya, sambil meraba-raba mendekat kearah Dirham yang berdiri membelakanginya tadi sekarang sudah menghadap ke arahnya.“Hahahaha, aku pakai handuk lah,”Dinar membuka matanya, dia menunduk karena malu, dipukul kepalanya
Sudah tiga hari sejak Dinar meminta mukenah dan Dirham menunaikan permintaannya, dia selalu memakainya untuk melaksanakan kewajiban yang sudah lama dia tinggalkan, Dirham juga seakan menjaga jarak dengannya, datang hanya sebentar itupun tidak sampai bermalam, tapi yang dia heran tidak pula dia dilepaskan. Dini hari Dinar terbangun dari tidurnya, dia bergegas kekamar mandi dan mengambil air wudhu, dia mengerjakan sholat taubat juga sholat tahajud, tiap malam sepinya, dalam sujud dia akan menangis memohon ampun atas segala dosa yang dilakukan selama ini. Di luar kamar Dirham mendengar doa-doa yang terucap dari bibir gadis ayu itu, isak tangisnya juga pengaduannya, benar-benar mengusik hati lelaki itu, setiap malam sebenarnya Dirham pulang ke rumah, tapi dini hari dia akan keluar untuk pulang keapartemennya. Lama Dirham berhenti di depan pintu, mendengarkan tangis pilu dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, heran juga dia, kenapa Dinar ti
Dinar sudah selesai mandi dan masak untuk ia makan malam, seperti hari-hari sebelumnya sejak dia masak sendiri Dinar selalu menyimpan makanan itu untuk Dirham dia meja, lelaki itu sekarang jarang sekali datang untuk bertemu dengannya, Kadang Jeff dan Steve juga kebagian, tapi Dirham tidak memperbolehkan itu kalau ketahuan. Setelah makan Dinar membersihkan Dapur, dia sudah terbiasa dirumah itu sekarang, toh Dirham tidak akan mengijinkan ia pergi, jadi Dinar memutuskan untuk menjalani saja kehidupannya sekarang ini. Tapi dalam doanya selalu disertakan keinginan untuk hidup seperti orang lain, kehidupan yang normal bisa kemana saja. “Hari ini masak apa?” Dinar yang sedang asik mencuci piring dan barang dapur lainnya terlonjak kecil karena kaget dengan suara Dirham yang datang tiba-tiba.“Mmmm, aku masak udang sambal, dan telur dadar, ada sayur bening juga, kamu mau makan?”“Mmm, bolehlah. Siapa tahu bisa masuk citarasaku.”Dinar menyiapkan mak
“Atau, mau tetap tinggal bersamaku dalam rumahku?”Dengan cepat Dinar menggeleng berulang kali, apa yang dialaminya kini seperti mimpi, dia sudah dilepaskan. Akhirnya dia bebas seperti dulu lagi.“Terima kasih, aku tidak akan muncul di hadapanmu lagi, dan tidak akan menceritakan ini semua pada orang lain. Atau buat laporan polisi.” lancar ucapan mulut Dinar membuat Dirham terbelalak kaget. ‘Lapor polisi? lancang!’“Aku tidak akan berpikir panjang tentang Arfa dan ibumu kalau ini sampai pada urusan polisi, faham itu?” Dinar segera mengangguk laju. ‘Sialan! berani dia mengancamku’ Dirham memukul setir dengan geram kecepatan mobil ditambah lagi, membuat Dinar ketakutan. Gadis itu terus menunduk tidak mau melihat wajah Dirham yang memerah menahan amarah.Kebisuan menyelimuti mereka, Dirham tidak menoleh sedikitpun kepada gadis di sebelahnya, ucapan Dinar tadi benar-benar menaikkan darahnya. Mobil berhenti di depan gang tempat kosnya, Dinar sebenar
Dirham terbelalak melihat siapa yang datang, dia membuka pintu lebih lebar. Julia. Sungguh nekad gadis ini, berani datang meskipun waktu di telepon tadi sudah diacuhkan.Dirham menilik penampilan gadis cantik di depannya itu, sangat fashionable dan sexy.Rambut yang dibentuk Curly dan agak pirang itu dimainkan dengan manja.“Hei, Am. Sorry aku maksa kali ini, nggak enak dong datang sendiri, lagian teman-teman pada pengen ketemu kamu, secara idola kampus yang dingin. Dan incaran para mahasiswi. Kan?”“Masuk dulu Jue, aku bersiap bentar. Ada mama di dalam.”“Jadi, bisa pergi ke acara Linda nih?” wajah Julia berubah ceria. Dirham hanya mengangguk memberi isyarat pada gadis itu supaya masuk. ‘Nggak sia-sia aku nekad datang samperin dia, memang siapa sih yang bisa nolak pesona seorang Julia.’ monolog gadis itu sambil berjalan masuk menuju ruang tamu.“Ma, ada Julia.”“Sore Tante, maaf datang tiba-tiba, nggak ngabarin dulu.”“A
Jaket hoodie yang dipakai orang itu terbuka bagian atasnya, mata Dinar membulat melihat siapa yang sedang menarik lengannya. Tatapan mata mereka bertemu. Dua hati kembali bergetar karena kedekatan posisi mereka sekarang. Seketika Dinar teringat pesan Dirham tadi pagi. ‘Jangan muncul di hadapan ku lagi’ tapi lihat sekarang, bahkan belum juga sehari sudah bertemu lagi. Apa rencana mu, Tuhan? “Aku antar pulang.” suara berat Dirham menyudahi tatapan itu.“Aku masih bekerja, nggak bisa pergi gitu aja.”“Dia akan mempermalukan mu di dalam.”“Dia hanya emosi sesaat.” Dinar menarik paksa tangannya dari pegangan Dirham.“Kau tidak kenal siapa dia. Hubungi temanmu dan katakan kamu tidak enak badan.”“Tapi... ”“Lakukan Di, aku tidak suka ada keributan di tengah acara, dan di depanku. Memalukan!” Dinar mencari ponselnya di dalam saku celana.“Del, aku tidak enak badan, aku pulang dulu ya. Maaf banget tidak bisa membantumu sampai akhir acara,
“Kamu kemana aja Di, aku sama Delia sampe muterin rumah besar itu tadi malam.” Edo langsung memberondong Dinar dengan pertanyaan-pertanyaan saat gadis itu baru hendak memakai apronnya di loker belakang.“Aku kaga enak badan, tapi kan sudah pamit bilang sama Delia.” Dinar mengikat tali apronnya di belakang pinggang.“Itu juga kami sudah puas nyariin kamu. Baru ada kejelasan. Naik apa? kan bisa ngasih tahu aku dulu biar aku antar pulang,”“Kasian Delia kalau ditinggal sendirian kerja, banyak banget tuh tamu. Lagian sekarang aku udah aman kok, santai aja,”“Kamu nggak tahu aku khawatir banget tadi malam.” Nada bicara Edo perlahan, seperti menyembunyikan sesuatu. “Udah ah, jangan dibahas lagi, thanks udah khawatirkan aku.” Dinar menepuk bahu Edo dan pergi meninggalkannya sendirian, semangat kerja pagi ini perlu dipertahankan. Dia sudah rindu dengan kerjanya, juga teman-teman yang baik dengan dia.Edo hanya termangu setelah kepergian Dinar.‘Kamu bis
Seperti tersambar petir, tubuh Dinar langsung tegang, dunianya terasa gelap, ia duduk tegak dan kaku di atas kursinya, dokter Vera tersenyum pada gadis muda itu.“Pasti anak pertama ya?, Jadi tegang seperti ini, ada keluhan apa?”Dinar tidak tahu harus menjawab apa, dia bingung, hamil? Ini tidak pernah terlintas di pikirannya sama sekali. Dia hamil anak Dirham, anak luar nikah. Wajah Dinar pucat lesu. “Ibu Dinar.”“Iya dok, maaf saya tidak menyangka saja, ini terlalu cepat.”“Ibu ada keluhan apa? kandungan Ibu sehat, kalau soal mual itu sudah biasa ya Bu, morning sickness. Bisa dikurangi dengan makan es krim, atau makan buah yang ibu sukai,” Dinar masih pucat dia tidak tahu harus menjawab apa dari pertanyaan dokter Vera.“Saya tidak merasa apapun dok, mungkin belum. Cuma pagi tadi waktu mau kerja, perut saya terasa mual banget.”“Itu perkara biasa saat awal kehamilan Bu, makan yang teratur ya Bu, yang bergizi, banyak sayur ataupun ik