Home / Romansa / Dendam Bos Arogan Berujung Akad / Bab 2 - Jatuh dalam Dekapannya

Share

Bab 2 - Jatuh dalam Dekapannya

Author: Miss Marieska
last update Last Updated: 2023-09-10 18:50:02

“Suami saya lagi tugas luar. Itu bukan dia,” tegas Angel lewat sambungan telepon.

“Iya, Bu, maaf. Mungkin memang hanya mirip ya, Bu. Maafin saya ya, Bu, habisnya mirip banget sama Bapak...” kata si ART takut-takut.

Mata Angel berkaca-kaca. Wajahnya merah menahan emosi. Dia langsung mematikan sambungan, lalu mencari kontak untuk mengubungi suaminya.

Tut, tut, tut...

Tidak ada jawaban. Panggilannya langsung dialihkan oleh operator.

Tanpa disadari, air mata menetes di pipi. Angel mulai resah sekali pun masih berusaha menyangkal. Dia percaya Nick tidak akan mungkin melakukan hal itu padanya.

Meski pikirannya semrawut, Angel harus tetap profesional. Ia menenangkan diri selama beberapa saat, lalu segera menuju ke ruang rapat.

Semua pegawai sudah berkumpul. Angel memimpin rapat pagi ini dengan wajah sedih dan tidak fokus.

“Terpaksa kita harus tutup semua cabang. Keuangan sudah tidak sanggup untuk membuat semua cabang tetap beroperasi. Kita butuh dana segar,” ucap Angel sambil menelan ludah pahit.

“Artinya, kita harus cari investor baru, Bu?”

Angel termenung menatap beberapa grafik perusahaan. Belum lagi tuntutan para pegawainya yang menuntut gaji untuk segera dibayar.

“Kenapa bisa begini? Saya sudah menganalisa, penurunan traffic konsumen sudah terjadi dalam enam bulan terakhir. Saya sudah gencar menerapkan promosi, dan juga menggandeng selebgram, kenapa tetap drop?”

“Ada laporan dari konsumen, produk kita ketinggalan zaman. Dan ada beberapa skincare yang bikin muka mereka merah-merah atau gak cocok, Bu. Tapi itu terjadi di beberapa konsumen, tidak semuanya. Nah, itu terdengar dari mulut ke mulut, akhirnya yang lain jadi takut. Itu kata netizen di media sosial yang saya tanya acak,” terang Riri, sekretaris Angel.

Angel berusaha untuk tetap tenang meski sebenarnya merasa panik. Sudah terlalu banyak masalah yang dihadapi Angel, dia mulai kelabakan.

“Ada juga, Bu, perusahaan kosmetik dan farmasi raksasa yang sedang berkibar di tanah air. Nama labelnya SkinZZ. Mereka sedang viral, pakai brand ambassador artis Korea dan seleb-seleb tanah air ternama,” kata karyawan lain ikut nimbrung.

“Oh, ya? Siapa pemiliknya?”

“Namanya Pak Bara Bagaskara, Bu. Masih single, ganteng banget orangnya, punya banyak perusahaan farmasi. Dia merambah ke skincare dan kecantikan juga,” ucap seorang karyawan, tiba-tiba bersemangat.

“Saya pernah dengar, tapi gak nyangka kalau penetrasi mereka ke pasar begitu besar,” sahut Angel sambil mencari info soal pemilik label itu di gadget-nya.

“Baru banget tadi pagi sekretarisnya menelepon ke sini, Bu,” kata Riri. “Saya baru mau lapor ke Ibu.”

“Apa?! Untuk apa?”

“Pak Bara katanya mau ketemu sama Ibu,” jawab si sekretaris.

“Ketemu sama saya? Buat apa?” Angel tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ini semua terlalu mendadak. Dia belum menyiapkan apapun. Tapi, Angel juga tidak bisa mengenyahkan secercah harap yang timbul di hatinya. Siapa tahu, pria itu bisa membantunya?

Riri lantas mengatur jadwal dan mereka akhirnya bertemu di sebuah kafe tidak jauh dari kantor. Angel datang dengan setelan blazer yang rapi, meski tidak tahu apa maksud Bara. 

Tapi Angel akan menganggap pertemuan ini sebagai sebuah peluang.

Dari kejauhan, seorang pria tengah duduk sendiri dengan secangkir kopi di atas meja. Di belakang mejanya, ada sosok perempuan dengan blazer rapi. Mungkin itu sekretarisnya. 

Derap langkah Angel yang berkelotak di lantai menyadarkannya dari lamunan di depan laptop. Pria berbadan tegap itu segera berdiri dan tersenyum menyambut kedatangan Angel.

“Pak Bara?”

“Angel?”

“Iya, Pak, saya Angel,” ucap perempuan cantik dengan rambut panjang sebahu itu ramah sambil menyambut uluran tangan Bara.

“Ah, panggil Mas saja. Saya belum setua itu,” katanya dengan senyum yang tak bisa Angel artikan.

“O-oh, baik, Mas. Sekretaris saya bilang, Mas mau ketemu saya? Kita belum kenal, dan saya kaget Mas ingin ketemu saya,” ujar Angel basa-basi.

“Ah, ya, silakan duduk dulu. Ini sekretaris saya,” katanya menunjuk perempuan di belakangnya yang sedang sibuk di depan laptop. 

Angel mengangguk.

Bara menyodorkan laptopnya. Ada berbagai bagan dan grafik company profile perusahaan miliknya. Angel menanti penjelasan lebih lanjut, sambil sesekali melirik ponsel. Dia tengah menanti jawaban dari suaminya yang belum memberi kabar apapun pasca pesan dari ART tadi pagi. Angel sedikit resah.  

“Saya dengar, salah satu label kecantikan yang sempat naik daun adalah label milik Anda. Kami berminat kerja sama,” kata Bara.

“Aduh … kamu ke mana sih, Mas,” tanpa sadar Angel bergumam dengan ekspresi gelisah.

“Apa?”

“Eh … maaf. Saya gak ngomong sama, Mas. Maaf ya. Gimana tadi?” Angel langsung menyimpan ponselnya di saku blazer, lalu menatap Bara dengan rasa bersalah. “Tadi sampai mana ya, Mas? Maaf, saya kurang fokus,” sesal Angel sambil merutuki diri sendiri dalam hati. Bisa-bisanya dia bersikap tidak profesional!

“Oh, begitu.” Bara menyahut sambil memperhatikan raut wajah Angel lamat-lamat. "Benar tidak apa-apa? Kamu tampak pucat,” katanya, masih belum melepas tatapanya dari wanita di hadapannya itu.

“It's okay. Jadi bagaimana, Mas?” Angel mencoba bersikap tenang meskipun tatapan Bara membuatnya agak tidak nyaman karena terlalu intens.

“Tadi saya bicara soal kemungkinan kita kerja sama,” kata Bara, masih dengan tatapan yang sama.

“Mas … maaf. Kami justru akan menutup semua cabang. Kami sedang sulit. Jadi rasanya kami tidak siap,” kata Angel jujur setelah berhasil meredakan kegelisahannya.

“Bagaimana jika kita merger?”

“Hah? Merger?!”

Angel menatapnya terkejut. Sama sekali tidak menduga tawaran kerja sama yang membuat harapannya seketika melambung tinggi. Namun, bantuan tiba-tiba itu membuat Angel merasa aneh...

Drrt, drrt...

Angel mendadak kehilangan fokus saat merasakan getaran ponsel di dalam saku. Pertanyaan dalam benaknya seketika buyar. Ia merogoh saku dan melihat ke ponselnya.

Bara masih memerhatikan gerak-gerik Angel dengan tatapan yang sulit diartikan. Pria itu tidak berusaha menyembunyikan ketertarikan yang amat kentara. Entah itu adalah hal yang baik atau ...

“Ehm, maaf, Mas … saya mau telepon dulu. Boleh?”

“Silakan,” ujar Bara seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kafe. Sikap santainya justru menimbulkan satu tanya lagi dalam benak wanita itu.

Namun, fokus Angel segera teralihkan pada ponsel. Ia agak menjauh dari meja mereka untuk menerima panggilan dari suaminya.

“Halo, Mas,” kata Angel dengan suara pelan.

“Halo, ada apa?”

“Ada apa?" ulang Angel tidak bisa menyembunyikan rasa kesal. "Memangnya istri gak boleh hubungin suami? Gak boleh telepon kalau tidak ada perlu apa-apa?” cecar Angel menahan emosi sambil sesekali menoleh ke belakang. Ternyata Bara masih memerhatikannya.

“Ya kan kamu tadi chat, aku harus telepon balik kamu. Penting. Makanya aku tanya, ada apa? Apa yang penting?” Nick menyahut acuh tak acuh.

“Kamu lagi di mana sekarang? Aku cuma mau tanya itu. Lagi di mana sekarang, dan juga 1-2 jam yang lalu,” kata Angel mempertegas. Dia sama sekali tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.

“Apaan sih? Ya aku di kantor lah,” sewot Nick.

“Beneran di kantor kan, Mas?” Angel masih tidak percaya. Jantungnya kini berdegup lebih kencang.

“Kamu tuh kenapa sih? Kalau bukan di kantor, kamu pikir aku di mana? Sepagian tadi sampai siang begini aku masih di kantor. Ini juga pesan makan siang dari luar minta bantuan OB karena gak sempat keluar. Kerjaan aku banyak,” jelas Nick dengan nada kesal.

“Oh, soalnya tadi …”

“Apa?” potong Nick tidak sabaran.

“Tadi si Mbak lihat kamu lagi di mal katanya,” kata Angel dengan suara bergetar.

“Di mal? Hah!" Terdengar helaan napas panjang dari seberang sambungan. Namun, gelagat itu justru mempertegas kecurigaan Angel. "A-aku gak ke mana-mana. Cuma di kantor seharian ini,” dalih Nick setelah terdiam beberapa detik.

“Mas … kamu jujur kan?” Angel dengan cepat mengusap air mata yang turun membasahi pipinya.

“Astaga! Kamu mau jawaban seperti apa sih dari aku? Aku harus selfie dan kirim bukti kalau aku di kantor? Nanti aku selfie. Udah ya, aku masih harus makan siang, habis itu ada meeting lagi,” kata Nick lalu memutus sambungan secara sepihak.

Angel menghapus air matanya dengan ekspresi pucat dan bibir yang kering. Ia menatap ponselnya tidak percaya. Dadanya terasa nyeri karena sikap sang suami barusan.

Bara yang masih belum melepas tatapan dari Angel tiba-tiba berdiri dari kursinya, berjalan menghampiri wanita yang memegang kening usai menelepon.

“Kamu baik-baik saja? Pembicaraan kita sebaiknya ditunda dulu,” kata Bara, ekspresi acuh tidak acuhnya sangat berbanding terbalik dengan perhatian yang ia tunjukkan.

“Saya gak apa-apa. Hanya ada masalah sedikit,” ujar Angel sambil menyunggingkan seulas senyum pias.

Dengan kening berkerut, Bara akhirnya mengangguk.

Sreet!

Angel tiba-tiba kehilangan keseimbangan di atas sepatu heels-nya. Langkahnya goyah dan hampir saja terjungkal ke lantai kalau tidak ditahan oleh tangan kekar yang melingkar di pinggangnya.

Bara mendekap tubuh Angel erat. Selama sepersekian detik, mereka mematung sambil saling tatap.

“Ini bukti kalau kamu sedang tidak baik-baik saja," kata Bara singkat. Namun, perhatian kecil itu justru membuat Angel salah tingkah. Kapan terakhir kali suaminya bersikap gentle seperti ini? Angel tidak ingat.

Wanita itu menelan ludah pahit, lalu menegakkan tubuh dengan bantuan Bara.

"Saya panggilkan pelayan dulu untuk ambil air atau teh hangat,” kata Bara setelah mereka kembali ke meja semula.

“Terima kasih,” sahut Angel seraya memijat-mijat keningnya.

Pelayan datang membawakan minuman hangat untuk Angel. Sekretaris Bara ikut membantu dan memberikan minyak aromaterapi.

“Baiklah, kita ketemu lagi saat kamu merasa lebih sehat," putus Bara setelah Angel menyesap minumannya. "Saya ada niatan merger dengan klinik kamu."

“Ini benar-benar suatu kehormatan untuk saya dan perusahaan,” ujar Angel dengan mata berbinar penuh harap. Dia juga sudah merasa mulai tenang, berkat pria asing di hadapannya ini.

"Terima kasih banyak untuk kesempatannya, Mas," lanjut Angel sungguh-sungguh.

Bara mengangguk sambil menyunggingkan seulas senyum penuh arti, yang luput dari perhatian wanita di hadapannya.

"Saya tidak sabar untuk bekerja sama denganmu, Angel Aurora..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 80 - Rela Menjadi Ayah dari Anak Itu

    Angel melotot menatap Bara saat mendengar Bara menyatakan perasaannya. Sang perempuan berbadan dua itu sedikit memastikan apa yang sebenarnya Bara katakan. "Maksud kamu gimana mas? Aku gak paham," ujar Angel. "Ya maksudku sudah jelas Ngel. Bahwa aku sayang sama kamu. Entah kenapa, ini semua seperti proses. Jujur, awalnya aku sangat benci kamu dan ayahmu, namun setelah aku mengenal kamu lebih jauh, justru hidupku menjadi lebih baik, aku lebih banyak tersenyum. Kamu mengisi kekosongan dan mengusir rasa dendam itu Ngel," kata Bara menyatakan panjang lebar. "Apaan sih kamu mas ..."Angel mencoba menghindar dan menuju ke arah pintu ruang kerjanya. Bara lantas memegang bahu Angel. "Jangan marah Ngel, aku hanya menyatakan yang sebenarnya, yang aku rasakan," kata Bara. "Mas ... aku ini istri orang. Bahkan, aku sedang mengandung anak suamiku," kata Angel dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya mau tanya satu hal sama kamu Ngel," kata Bara. "Apa itu mas," sahut Angel. "Apakah kamu masih ci

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 79 - Aku Sayang Kamu, Angel

    Angel sudah jauh lebih baik hari ini. Dia sudah mulai bisa tersenyum saat masuk ke kantor. Sudah sepekan sejak Angel masuk rumah sakit dan dinyatakan hamil. "Ya baik! Deal ya pak! Kita jalankan kerja sama ini," kata Bara saat bersalaman dengan klien kemudian menoleh ke ruang kaca. Angel melintas dengan membawa tas tangan dengan penampilan yang sudah jauh lebih baik. Lantas kemudian Angel masuk ke dalam ruangannya. Bara bergegas menuju ke ruangan Angel. "Sehat Ngel?" tutur Bara tersenyum kecil. "Hei ... mas. Iya udah lebih baik," kata Angel tersenyum dan sudah jauh lebih tegar. "Syukurlah. Aku senang dengarnya. Gimana? Sudah lebih bisa rileks atau ..." "Ya, sudah mas. Aku sudah lama menginginkan anak ini," kata Angel memegang perutnya. "Iyaaa ... aku paham. Kalau kamu memang tidak sanggup, pulang gak apa-apa. Gak usah ke kantor," ujar Bara. UWEEKK! UWEEEK! Angel tiba-tiba mual. Dia lantas beranjak dari bangkunya lalu menuju wastafel. Bara cukup menunjukka

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 78 - Itu Bukan Anak Kamu!

    Nick bertanya kepada satpam di depan rumah Angel. Saat menurunkan kaca jendela, satpam tentu sudah mengenal majikannya. Saat mendekat, Nick mengajak satpam tersebut ngobrol. "Pak Nick gak masuk? Sudah lama sekali Pak Nick tidak pulang. Ibu lagi hamil katanya pak. Selamat ya," kata satpam enggan ikut campur. "Ah iya pak. Ya ... memang saya gak mungkin pulang. Mungkin bapak sudah tahu ..." kata Nick terlihat bimbang. "Iya pak. Yang sabar ya pak, saya ikut doakan yang terbaik," kata satpam. "Di dalam sedang ada tamu saya lihat," kata Nick menyelidik. "Ah iyaa... ada Pak Bara. Beberapa kali sering ke sini sejak bu Angel sering sakit dan hamil," kata satpam. "Ohhh ... sering datangnya?" tanya Nick. "Hemm ... ya sejak bu Angel masuk rumah sakit, dan pulang dari rumah sakit aja sih pak," kata satpam. Nick melihat ke arah mobil Bara. Dia mengangguk dan langsung pamit kepada satpam tanpa masuk. Lalu Nick memberikan sekantong plastik mangga dan bubur ayam untuk Angel. "Tolong kasih ya

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 77 - Memelas, Ingin Bertemu

    Nick melihat istrinya pagi hari. Semalaman, Nick tidur di sofa. Wajah Riri cemberut dengan tanpa senyum sedikitpun. Nick bangkit dari sofa memegang bahu Riri dari belakang. "Jangan gitu dong sayang, jangan marah," kata Nick saat Riri tengah menyiapkan sarapan. "Apaan sih! Jangan sentuh sentuh aku," ucap Riri ketus. "Sayang ... aku kan memang masih suaminya Angel. Jadi wajar kalau kami memang tidur bareng. Dia aku kasih nakah batin," kata Nick mencoba merayu Riri. "Gila kamu ya! Berani-beraninya kamu berpikir seperti itu!" kata Riri. "Ya bukan berani-beraninya, saat itu memang Angel merayu aku, dan aku ....""TERGODA! AH KAMU EMANG DOYAN!" tukas Riri sambil mengacungkan pisau. "Sayang, please! Tolong mengerti," kata Nick. "Ya terus, kalau Angel sedang hamil anak kamu, terus, kamu gak jadi cerai? Terus nasib aku gimana? Terus jadi yang kedua seumur hidup? Hah!" "Ya gak begitu juga sayang ... Angel juga gak mau nerima aku lagi. Tapi, tentu memang kami belum bisa bercerai. Tapi ak

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 76 - Buaya Terperangkap 2 Janin

    Pagi hari, Nick termenung di balkon apartemen. Riri dengan dress dan perut yang mulai terlihat, memberikan jus di pagi hari. Sang istri siri juga membawakan buah untuk suaminya. "Sayang, kok kamu melamun aja sih? Semalam pulang jam berapa? Aku udah tidur," kata Riri sambil memetik satu buah anggur. "Hemm iya, jam 11 malam," kata Nick sambil menatap ke arah sejauh mata memandang dengan dingin. "Oh gitu, kok gak bangunin aku sih? Terus, sekarang kamu ke kantor? Temani aku aja dong sayang," kata Riri langsung duduk di pangkuan Nick. "Aduh ..." kata Nick langsung mengelak lalu menghindar perlahan."Ada apa sih sayang? Kok kamu kayak sembunyikan sesuatu dari aku," kata Riri mulai curiga. "Hah? Gak apa-apa," kata Nick. "Pasti kamu mikirin Bu Angel kan? Jujur!" kata Riri. Nick hanya menggeleng dan menoleh ke arah Riri dengan dingin. Dia berdiri lalu memegang besi balkon sambil menatap jalan.Riri mulai resah, dan bingung dengan sikap suami yang dirampasnya. Lantas, Riri memeluk Nick d

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 75 - Perceraian yang Tertunda

    TING TONG! ART membuka pintu. Bara yang datang, membawakan beberapa plastik berisi makanan. Pukul 7 pagi saat ini. "Pak Bara ... ada apa ya?" tanya ART sudah mengenalnya. "Angel ada? Sudah bangun?" tanya Bara ramah. "Non Angel lagi di area belakang, lagi minum jus di area kolam renang," kata ART. "Saya susul ya. Sudah makan belum dia?" tanya Bara lagi. "Tadi sih bu Angel katanya sedang mual. Jadi makanya minta dibikinin jus dan buah aja," kata ART. "Oh gitu, ya sudah, saya ke dalam ya," kata Bara seraya melangkah. Bara mengintip ke arah kolam renang. Terlihat Angel tengah menyantap buah sambil melamun. Tatapan matanya kosong dan memang sedang banyak pikiran. "Ehem! Morning," kata Bara tiba-tiba. "Ehhh ... mas Bara? Kok ada di sini," tanya Angel seraya berdiri menyambut atasannya. 'Ya kebetulan sebelum ke kantor sekalian lewat. Ada bubur sumsum dan kacang ijo nih. Mau yang mana? Belum sarapan kan," tanya Bara seraya memperlihatkan makanan yang dipegangnya. "Ya amp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status