Home / Romansa / Dendam Bos Arogan Berujung Akad / Bab 3 - Masuk Perangkap CEO Arogan

Share

Bab 3 - Masuk Perangkap CEO Arogan

Author: Miss Marieska
last update Last Updated: 2023-09-11 06:29:10

Esok paginya, Angel terbangun dari tidurnya dan melihat sang suami masih tidur di sampingnya. Sudah pukul 7 pagi hari ini. Angel memegang bahu sang suami.

“Mas …”

“Hmm,” kata Nick bermalas-malasan untuk membuka mata.

“Kamu gak berangkat? Mau aku masakin apa pagi ini?” tanya Angel, berusaha bersikap manis kepada suaminya meski kepalanya mumet dipenuhi banyak pertanyaan.

“Aduh, aku masih ngantuk!”

“Memangnya semalam Mas pulang jam berapa?” tanya Angel menatap punggung suaminya dengan hati gelisah. Semalam ia tidur pukul sepuluh malam, tapi suaminya belum pulang. 

“Kamu tuh banyak nanya ya sekarang,” kata Nick akhirnya terbangun dan duduk di samping Angel, di ranjang.

“Wajar kan aku bertanya, Mas? Aku istri kamu ...”

“Jam 12! Puas? Banyak banget kerjaan yang harus aku urus. Kantorku kan hanya kantor kecil seperti hinaan Papa kamu itu! Jadi kalau mau hidup, ya harus kerja keras,” kata Nick, kembali membawa-bawa ayah Angel dengan penuh emosi.

“Mas … kamu kenapa sih kasar banget sama aku …”

Hari masih pagi, tapi Angel sudah meneteskan air mata lagi.

Nick mendengkus gusar, kembali mengambil guling dan tidur membelakangi Angel. Tidak lagi mengindahkan istrinya seperti yang sudah-sudah.

“Aku gak mau debat sama kamu pagi-pagi,” kata Nick di balik selimut.

“Si Mbak bilang …”

“Apa? Mau bahas soal kemarin lagi? Kamu telepon sekretaris aku deh kalau gak percaya. Tanya sama dia soal jadwal aku,” ucap Nick defensif, menatap Angel kesal.

Wanita itu berusaha menahan diri untuk tidak bertengkar lagi pagi ini. Dia bangkit dari ranjang, sarapan sendiri, dan berdandan untuk bersiap ke kantor.

Angel melihat Nick masih tidur pulas sehingga ia berangkat tanpa pamit. Hatinya benar-benar campur aduk dan sulit dijabarkan.

Pukul 9 pagi, Angel tiba di kantor. Dia kembali menghadapi situasi para karyawan dan dokter yang menuntut pembayaran gaji bulan ini. Ada sekitar 30-40 karyawan termasuk OB hingga driver.

“Sabar ya, Dok, dan semua teman-teman. Saya minta maaf. Memang ada keterlambatan gajian, karena situasi keuangan kantor sedang sulit. Tapi dalam 2-3 hari ini, saya akan berusaha gaji para dokter dan teman-teman sudah ditransfer masuk rekening,” ucap Angel memberi pengertian.

Para dokter dan karyawan saling tatap dengan lesu. Angel mencoba untuk menghadapi mereka semua dengan tenang.

“Saya janji bulan depan gak begini lagi. Saya akan berusaha untuk mencari investor dan dana segar,” ucap Angel meyakinkan para pegawai. 

“Ibu jangan janji-janji terus dong. Kejadian gaji terlambat seperti ini sudah terjadi dalam 3 bulan terakhir. Kali ini paling lama terlambatnya,” ucap salah satu karyawan.

“Saya minta maaf …”

Tok, tok, tok!

Satpam datang mengetuk pintu ruang rapat. Sekretaris Angel, Riri, membuka pintu dan memastikan siapa yang datang. Terlihat Riri berbincang dengan satpam. Angel mendekat ke arah mereka. Suasana ruang rapat sedikit reda dari yang sebelumnya memanas dan emosional.

“Ada pria namanya Pak Bara dan sekretarisnya datang, Bu. Katanya sudah ada janji temu sama Ibu. Dia datang membawa surat perjanjian kontrak,” lapor satpam.  

“Bara?”

Angel berjalan menuju ruang transit tamu. Ia berjalan anggun dan menemui pria tampan dengan tatapan angkuh, yang saat ini memakai jas biru dongker dipadu dengan kemeja putih.  

“Halo, Mas Bara,” sapa Angel sambil mengulurkan tangannya, bersikap sopan dan ramah pada pria yang kemarin sudah menawarkan bantuan padanya.

Bara menjabat tangan mungil wanita itu tanpa banyak kata.

“Terima kasih sudah menyempatkan diri datang ke klinik kami,” kata Angel kemudian, merasa aneh dengan sikap dingin yang ditunjukkan pria di hadapannya.

“Saya ingin melanjutkan pembicaraan kemarin,” ujar Bara dengan nada datar.

“Silakan duduk, Mas. Bagaimana? Mas kemarin menyinggung soal merger ya,” tanya Angel mencoba untuk menurunkan ketegangan. 

“Ini proposal dan penawarannya. Silakan dibaca." 

Angel mengerjapkan mata, tidak bisa menutupi kebingungan atas sikap Bara yang sangat berjarak, padahal kemarin pria itu yang menawarkan kerja sama terlebih dahulu. Bahkan tampak khawatir saat melihat Angel kelihatan tidak sehat.

Kemana perginya pria baik hati itu?

Angel segera menepis lamunan dan fokus pada berkas di hadapannya. Wanita yang mengenakan setelan berwarna moka itu membolak-balik halaman dengan serius.

Tiba-tiba, Angel berdiri.  

“Dalam 6 bulan jika klinik kami tidak bisa mengembalikan dana investasi, maka klinik dan seluruh hak cipta menjadi milik perusahaan kamu?! Apa maksudnya?!" tanya Angel tidak terima. Dia menatap Bara nyalang.

"Kenapa begini? Di obrolan awal kita kemarin tidak seperti ini!”

Bara malah bersedekap dan menatap Angel dengan senyum miring. “Ini kan hanya tawaran bisnis. Terserah mau terima atau tidak," sahutnya angkuh.

"Tapi..."

"Saya dengar, para dokter dan karyawan belum gajian. Merger dan tawaran ini tentu akan menjadi solusi. Bukankah begitu?” Bara menaikkan alis, menyerang titik lemah Angel telak.

“Tapi mana bisa begini. Ini kesepakatan sepihak namanya,” ujar Angel emosional. Dadanya naik turun dengan cepat.

“Ini hanya tawaran," Bara menyilangkan kaki santai. "Kita merger, saya kasih dana segar 5 miliar di muka."

Ucapannya membuat Angel membelalak kaget.

"Kamu bisa mengatasi krisis dengan dana itu. Sederhana, kan?"

Angel masih berusaha menahan diri. Ia merasa dilema dengan penawaran dari pria arogan di hadapannya itu.

"Selama merger, kendali perusahaanmu saya yang pegang. Klinik ini akan jadi anak perusahaan saya. Jadi semua kegiatan operasional harus melalui persetujuan saya,” tegas Bara, tersenyum tipis melihat Angel tidak bisa berkutik.

5 miliar di muka katanya...

Tentu uang itu tidak mudah didapatkan. Tidak mudah juga jika Angel harus merepotkan ayahnya lagi.

Banyak yang harus Angel bayar. Pegawai, para dokter, dan juga iuran asuransi ketenagakerjaan dan kesehatan pun sudah menunggak dua bulan. 

“Tapi kenapa mencekik begini? Rasanya ini tidak ada bedanya dengan lintah darat!" ujar Angel, menatap Bara dengan marah tapi juga putus asa. "Saya memang sedang terdesak, tapi gak begini caranya...”

“Sekali lagi, saya hanya kasih tawaran. Kalau mau, kita deal. Kalau tidak, ya siap-siap saja perusahaanmu pailit,” Bara berujar santai tanpa beban, tampak menikmati kekalutan wanita cantik itu.

Angel melihat ke luar pintu kaca. Ada beberapa karyawan yang mondar-mandir, terlihat penasaran bahkan mengintip harap-harap cemas.

Karyawan belum menerima hak mereka. Mau dipecat pun, Angel harus bayar pesangon untuk karyawan lama.

Benar-benar tak ada pilihan lain. 

“Baiklah," kata Angel setelah berperang batin. Dia sudah memutuskan. "Saya akan ambil tawaran ini. Saya yakin bisa mengembalikan dana itu segera."

Wanita itu menatap Bara penuh keyakinan. "Saya yakin, label saya masih punya loyal customer."

Bara tersenyum puas. "Deal!"

Angel belum sempat bernapas lega, Bara kembali melanjutkan ucapannya. "Tanda tangan MoU, undang media. Kita konferensi pers. Semua kendali akan diambil oleh perusahaanku sebagai induk. Saya CEO dan founder di sini mulai sekarang."

Angel menelan ludah susah payah, mulai ragu dengan tekadnya sesaat lalu. Bisakah ia membayar kembali semua dana itu?

"Saya akan berkantor di sini sampai enam bulan ke depan. Dan jika kamu tidak bisa mengembalikan uang itu, semua aset di sini dan juga labelmu, akan menjadi milik saya,” kata Bara, membuat Angel terpaku di tempat. 

“I-ini kerja sama yang tidak sehat,” kata Angel, benar-benar merasa terpojok.

Bara mengedikkan bahu tidak peduli. Beda dengan Angel yang tengah mempertaruhkan segalanya, bagi Bara ini hanya salah satu kesepakatan bisnis.

Namun, Angel berusaha berpikir positif. Ini satu-satunya cara cepat mengatasi krisis. Tidak ada pilihan yang lebih baik dari ini. Peluang seperti ini tidak mungkin datang dua kali.

“Saya yakin akan ada kemudahan ke depannya. Saya pasti akan mengembalikan dana darimu,” tukas Angel, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

“Bagus. Kamu itu seorang pemimpin. Jadi harus optimis dan berani ambil risiko,” kata Bara tersenyum sinis.

“Jangan mengajari saya soal leadership,” ucap Angel sambil menahan emosi. Kemarahan yang tercetak di wajah cantik memikat itu justru mengundang kekehan kecil dari Bara.

Sambil menahan rasa dongkol, Angel akhirnya mengambil pulpen dan membubuhkan tanda tangannya di atas kontrak kerja sama itu.

Bara menyunggingkan senyuman miring sambil membatin. 'Kena kau!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 80 - Rela Menjadi Ayah dari Anak Itu

    Angel melotot menatap Bara saat mendengar Bara menyatakan perasaannya. Sang perempuan berbadan dua itu sedikit memastikan apa yang sebenarnya Bara katakan. "Maksud kamu gimana mas? Aku gak paham," ujar Angel. "Ya maksudku sudah jelas Ngel. Bahwa aku sayang sama kamu. Entah kenapa, ini semua seperti proses. Jujur, awalnya aku sangat benci kamu dan ayahmu, namun setelah aku mengenal kamu lebih jauh, justru hidupku menjadi lebih baik, aku lebih banyak tersenyum. Kamu mengisi kekosongan dan mengusir rasa dendam itu Ngel," kata Bara menyatakan panjang lebar. "Apaan sih kamu mas ..."Angel mencoba menghindar dan menuju ke arah pintu ruang kerjanya. Bara lantas memegang bahu Angel. "Jangan marah Ngel, aku hanya menyatakan yang sebenarnya, yang aku rasakan," kata Bara. "Mas ... aku ini istri orang. Bahkan, aku sedang mengandung anak suamiku," kata Angel dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya mau tanya satu hal sama kamu Ngel," kata Bara. "Apa itu mas," sahut Angel. "Apakah kamu masih ci

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 79 - Aku Sayang Kamu, Angel

    Angel sudah jauh lebih baik hari ini. Dia sudah mulai bisa tersenyum saat masuk ke kantor. Sudah sepekan sejak Angel masuk rumah sakit dan dinyatakan hamil. "Ya baik! Deal ya pak! Kita jalankan kerja sama ini," kata Bara saat bersalaman dengan klien kemudian menoleh ke ruang kaca. Angel melintas dengan membawa tas tangan dengan penampilan yang sudah jauh lebih baik. Lantas kemudian Angel masuk ke dalam ruangannya. Bara bergegas menuju ke ruangan Angel. "Sehat Ngel?" tutur Bara tersenyum kecil. "Hei ... mas. Iya udah lebih baik," kata Angel tersenyum dan sudah jauh lebih tegar. "Syukurlah. Aku senang dengarnya. Gimana? Sudah lebih bisa rileks atau ..." "Ya, sudah mas. Aku sudah lama menginginkan anak ini," kata Angel memegang perutnya. "Iyaaa ... aku paham. Kalau kamu memang tidak sanggup, pulang gak apa-apa. Gak usah ke kantor," ujar Bara. UWEEKK! UWEEEK! Angel tiba-tiba mual. Dia lantas beranjak dari bangkunya lalu menuju wastafel. Bara cukup menunjukka

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 78 - Itu Bukan Anak Kamu!

    Nick bertanya kepada satpam di depan rumah Angel. Saat menurunkan kaca jendela, satpam tentu sudah mengenal majikannya. Saat mendekat, Nick mengajak satpam tersebut ngobrol. "Pak Nick gak masuk? Sudah lama sekali Pak Nick tidak pulang. Ibu lagi hamil katanya pak. Selamat ya," kata satpam enggan ikut campur. "Ah iya pak. Ya ... memang saya gak mungkin pulang. Mungkin bapak sudah tahu ..." kata Nick terlihat bimbang. "Iya pak. Yang sabar ya pak, saya ikut doakan yang terbaik," kata satpam. "Di dalam sedang ada tamu saya lihat," kata Nick menyelidik. "Ah iyaa... ada Pak Bara. Beberapa kali sering ke sini sejak bu Angel sering sakit dan hamil," kata satpam. "Ohhh ... sering datangnya?" tanya Nick. "Hemm ... ya sejak bu Angel masuk rumah sakit, dan pulang dari rumah sakit aja sih pak," kata satpam. Nick melihat ke arah mobil Bara. Dia mengangguk dan langsung pamit kepada satpam tanpa masuk. Lalu Nick memberikan sekantong plastik mangga dan bubur ayam untuk Angel. "Tolong kasih ya

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 77 - Memelas, Ingin Bertemu

    Nick melihat istrinya pagi hari. Semalaman, Nick tidur di sofa. Wajah Riri cemberut dengan tanpa senyum sedikitpun. Nick bangkit dari sofa memegang bahu Riri dari belakang. "Jangan gitu dong sayang, jangan marah," kata Nick saat Riri tengah menyiapkan sarapan. "Apaan sih! Jangan sentuh sentuh aku," ucap Riri ketus. "Sayang ... aku kan memang masih suaminya Angel. Jadi wajar kalau kami memang tidur bareng. Dia aku kasih nakah batin," kata Nick mencoba merayu Riri. "Gila kamu ya! Berani-beraninya kamu berpikir seperti itu!" kata Riri. "Ya bukan berani-beraninya, saat itu memang Angel merayu aku, dan aku ....""TERGODA! AH KAMU EMANG DOYAN!" tukas Riri sambil mengacungkan pisau. "Sayang, please! Tolong mengerti," kata Nick. "Ya terus, kalau Angel sedang hamil anak kamu, terus, kamu gak jadi cerai? Terus nasib aku gimana? Terus jadi yang kedua seumur hidup? Hah!" "Ya gak begitu juga sayang ... Angel juga gak mau nerima aku lagi. Tapi, tentu memang kami belum bisa bercerai. Tapi ak

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 76 - Buaya Terperangkap 2 Janin

    Pagi hari, Nick termenung di balkon apartemen. Riri dengan dress dan perut yang mulai terlihat, memberikan jus di pagi hari. Sang istri siri juga membawakan buah untuk suaminya. "Sayang, kok kamu melamun aja sih? Semalam pulang jam berapa? Aku udah tidur," kata Riri sambil memetik satu buah anggur. "Hemm iya, jam 11 malam," kata Nick sambil menatap ke arah sejauh mata memandang dengan dingin. "Oh gitu, kok gak bangunin aku sih? Terus, sekarang kamu ke kantor? Temani aku aja dong sayang," kata Riri langsung duduk di pangkuan Nick. "Aduh ..." kata Nick langsung mengelak lalu menghindar perlahan."Ada apa sih sayang? Kok kamu kayak sembunyikan sesuatu dari aku," kata Riri mulai curiga. "Hah? Gak apa-apa," kata Nick. "Pasti kamu mikirin Bu Angel kan? Jujur!" kata Riri. Nick hanya menggeleng dan menoleh ke arah Riri dengan dingin. Dia berdiri lalu memegang besi balkon sambil menatap jalan.Riri mulai resah, dan bingung dengan sikap suami yang dirampasnya. Lantas, Riri memeluk Nick d

  • Dendam Bos Arogan Berujung Akad   Bab 75 - Perceraian yang Tertunda

    TING TONG! ART membuka pintu. Bara yang datang, membawakan beberapa plastik berisi makanan. Pukul 7 pagi saat ini. "Pak Bara ... ada apa ya?" tanya ART sudah mengenalnya. "Angel ada? Sudah bangun?" tanya Bara ramah. "Non Angel lagi di area belakang, lagi minum jus di area kolam renang," kata ART. "Saya susul ya. Sudah makan belum dia?" tanya Bara lagi. "Tadi sih bu Angel katanya sedang mual. Jadi makanya minta dibikinin jus dan buah aja," kata ART. "Oh gitu, ya sudah, saya ke dalam ya," kata Bara seraya melangkah. Bara mengintip ke arah kolam renang. Terlihat Angel tengah menyantap buah sambil melamun. Tatapan matanya kosong dan memang sedang banyak pikiran. "Ehem! Morning," kata Bara tiba-tiba. "Ehhh ... mas Bara? Kok ada di sini," tanya Angel seraya berdiri menyambut atasannya. 'Ya kebetulan sebelum ke kantor sekalian lewat. Ada bubur sumsum dan kacang ijo nih. Mau yang mana? Belum sarapan kan," tanya Bara seraya memperlihatkan makanan yang dipegangnya. "Ya amp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status