Share

5. Pertemuan

Lampu yang remang dengan musik yang begitu keras menyambutnya ketika dia masuk ke dalam. Xavier mengedarkan pandangannya mencari sosok yang dikenalnya. Tiba-tiba Noah mendekat dan membisikkan sesuatu padanya, tangan Noah terulur menunjuk tempat paling pojok ruangan bar ini.

Xavier mengangguk, dia berjalan melewati lautan manusia yang sedang asyik berjoget. Banyak tatapan liar dari para wanita penghibur, tapi Xavier mengabaikan mereka.

Salah satu wanita tiba-tiba menghadang jalannya, berpose menggoda sambil mengelus sensual dada Xavier. "Tuan, aku bisa menemanimu malam ini."

Tapi Xavier hanya terkekeh, dia mencekal tangan wanita itu lalu mendorongnya. Xavier terlihat acuh meskipun wanita tadi nampak mengumpat padanya.

"Kau bersenang-senang?" tanya Xavier ketika sampai di depan sebuah meja. Ada seorang lelaki di depannya yang sedang memangku wanita.

"Xavier," ucap lelaki itu riang, dia langsung berdiri, membiarkan wanita yang dipangkunya tadi terjungkal.

Xavier tersenyum, dia langsung memeluk tubuh sahabatnya. "Kenapa kau tak menghubungiku, Scoot?" tanya Xavier.

"Aku berencana datang setelah mengisi tenagaku. Kau tahu, kan, jika aku butuh wanita setiap malamnya." Scoot terkekeh, dia menyuruh Xavier untuk duduk. Tak lupa juga dia menyapa Noah, orang kepercayaan Xavier.

Mata Scoot melirik ke arah wanita yang menemaninya tadi. Mengerti dengan kode itu, wanita itu berdiri, melambai pada temannya yang sedang tidak sibuk. Beberapa saat kemudian, beberapa wanita datang ke meja mereka. Langsung duduk mendekati Xavier dan juga Noah.

Tapi Xavier nampak tak suka, dia mendengus menatap Scoot kesal. "Kau sudah tahu, kan? Aku tak suka ditemani para wanita."

Scoot hanya terkekeh, dia meneguk segelas Red Wine di depannya. "Kukira hal itu sudah berubah."

Melihat Xavier yang tak nyaman, Noah berinisiatif untuk mengusir wanita itu. Dia bahkan menyeret sendiri wanita itu dari dekat Xavier. Mengakibatkan wanita itu menjadi marah karena sikap Noah. Dia bahkan mengumpat pada Noah sebelum beranjak pergi dari sana. 

"Kau juga tak berubah, Noah. Selalu tahu apa yang diinginkan oleh Xavier." kata Scoot.

"Aku tak tahu itu pujian atau hinaan," balas Noah melirik Scoot.

Mereka bertiga sama-sama tertawa sesaat, sebelum suasana menjadi canggung. Scoot tampak menyandarkan tubuhnya pada sofa, tangan kanannya mengelus paha wanita yang ada di sampingnya. Tapi tatapannya mengarah ke arah Xavier.  "Aku tak menduga jika James akan pergi secepat ini." 

"Ini semua salahku, aku yang mengajak James ke tempat sialan itu," kata Xavier sedikit menyesal dengan apa yang telah terjadi. 

"Kau tak perlu menyalahkan dirimu seperti ini, itu pasti akan membuat James menyesal. Lebih baik pikirkan cara untuk balas dendam," kata Scoot menasihati. 

"Ya, kau benar." Xavier menyalakan rokok di tangannya, menghisapnya lalu mengeluarkan asapnya. Pikirannya saat ini mengarah pada wanita yang ada di rumahnya. Wanita itulah yang pantas bertanggung jawab atas kematian James. 

"Bagaimana kabar Grace, kenapa dia tak mengekor di belakangmu?" tanya Scoot yang terkesan menyindir Xavier. Entah mengapa dia tak suka pada kekasih Xavier itu. 

"Entahlah, dia bilang ada pekerjaan di luar kota. Sudah hampir sebulan tapi dia belum kembali juga," jawab Xavier dengan acuh. 

"Wow, tumben sekali dia betah berjauhan denganmu?" Scoot mengangkat salah satu alisnya mendengar perkataan Xavier. Dia terkekeh kecil, Noah yang di depannya pun ikut tertawa. 

"Dia memang seperti anjing Xavier," kata Noah ikut menimpali. 

"Sudah selesai mengejekku?" Xavier menatap kesal pada dua temannya itu. Tapi mereka seolah tak peduli dengan Xavier. 

Karena Scoot baru saja pulang dari luar negeri, mereka merayakan pertemuan mereka dengan berbincang sampai larut malam. Besok, Scoot berjanji akan datang ke tempat Xavier setelah dia menengok makam James dan mengunjungi keluarga James. 

Xavier pulang sendirian malam ini, Noah memutuskan menginap di bar bersama wanita. Jangan ditanya soal Scoot, dia juga pasti mengikuti jejak Noah. 

Keheningan malam itu membuat Xavier memikirkan kekasihnya. Dia meraih telepon yang ada di sampingnya, melihat layarnya sebentar untuk mencari nama kekasihnya. Setelahnya dia bergerak untuk menelpon kekasihnya. 

Tapi sudah dua kali panggilan, kekasihnya itu tak menjawab. Entah mengapa Xavier merasakan ada yang tidak beres. Kekasihnya itu jarang menghubungi setelah berpamitan pergi sebulan yang lalu. Dia akan memerintahkan Noah untuk menyelidikinya besok. Hati Xavier merasa tak tenang. 

**

Sinokmput 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status