Share

Keinginan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-22 23:49:27

"Tok, tok, tok.....

Kembali ketukan pintu terdengar lagi di depan sana, seolah Gendis menyadari akan kedatangan sang juragan kembali.

" Ada apa lagi dengan laki-laki keras kepala dan tak tahu diri itu....!!!"

Gendis  memaki setelah kepergian sang juragan yang baru saja keluar dari pintu, setelah memperingatkan. Dia kembali menatap wajah ibunya yang menangis melihat kejadian ini.

"Bu, sudahlah. Sapu air mata ibu. "

Gendis berujar.

"Sebentar bu. Aku akan kembali membuka pintu."

Gendis melangkah  ke arah pintu  dengan amarah, langkah yang begitu cepat seolah ingin tahu apa yang diinginkan lagi pria itu. Ya  Gendis tak tahu, tanpa dia sadari rupanya yang datang bukanlah sang juragan, melainkan adiknya Lastri.

Gendis buru-buru membuka pintu dan bicara dengan keras.

"Mau apa kaaaaau....???

Tiba-tiba kalimat itu terhenti seketika saat melihat wajah adiknya Lastri di depan sana.  Sang adik yang melihat perubahan wajah kakanya tiba-tiba menanyakan apa yang tengah terjadi.

" Kakak?

"Ada apa....?"

"Kenapa marah-marah?"

Lastri adalah adik dari Gendis.

Seolah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, Lastri sang adik pun terkejut dengan perubahan wajah kakanya itu.

"O-oh, ka-kauuu Las-lastri? sudah masuklah. "

Gendis seketika sedikit memalingkan wajahnya, dia tidak ingin adiknya tahu apa yang baru saja terjadi.

Gendis mengusap air matanya yang masih tersisa. Lastri tak bisa dibohongin, dia tahu kakaknya Gendis.

"Kak, kenapa? Bicaralah."

Tanya Lastri yang saat itu baru tiba. Gendis hanya diam saja dan tetap menyembunyikan wajahnya yang begitu muram.

"Ada apa kak?apa laki-laki itu datang kembar ke rumah kita?"

Tanya adiknya yang memang belum mendapat jawaban dari Gendis kakaknya itu.

"Bu, apa juragan itu kembali datang ke rumah kita?"

Sang ibu yang berpura-pura tidak terjadi apapun, hanya mencoba untuk memaksa tersenyum dengan mata yang memerah, terlihat memang ada kebohongan di balik ini semua.

"Ibu, kakak?"

"Apa Laki-laki itu kembali membuat kalian menangis?"

Tatapan yang begitu lama pada ibu dan kakaknya Gendis, membuat sang adik tahu apa yang sedang terjadi. Ya, memang kerap seperti ini, terjadi ketika sang adik pulang, dia sudah melihat ibu dan kakaknya berlinang air mata.

Keadaan sejenak hening, Gendis hanya duduk di sudut sana, dia membuka tudung saji melihat kedatangan adiknya yang seperti begitu lelah sehabis pulang sekolah.

Ya, Lastri masih sibuk dengan dunia pendidikan untuk meraih masa depan, berharap ada mimpi indah yang nanti akan merubah nasib keluarganya.

"Kau makan yaaaaa...."

Air mata perlahan turun dari kelopak mata Gendis yang sayu, menandakan ada kata dan kalimat yang sering kali dia dengar dari sang juragan terulang kembali hari itu dan benar-benar mengusik ketenangan keluarga kecil itu.

"Kakak dan ibu tidak perlu berbohong!

"Sudahkah, aku tahu apa yang kalian alami. "

Lastri yang ikut duduk di dekat ibunya bicara perlahan-lahan.

"Laki-laki itu benar-benar jahat bu!"

Lastri mencoba untuk mengatakan apa yang juga dia rasa. Bukan hanya saat Gendis berada di rumah, adiknya Lastri pun kerap mendapatkan perlakukan yang sama saat juragan itu datang.

"Dia benar-benar meneror keluarga kita sejak dari dulu bu, kaaaaak...!"

"Dan aku benar-benar tidak menyukainya!"

Ujar Lastri yang masih memakai seragam sekolahnya yang masih lusuh itu.

Keadaan sejenak hening, Gendis dan ibunya hanya bisa diam terpaku. Namun kemudian, sang ibu mencoba untuk menenangkan keadaan.

"Sudahlah, kita tidak bisa menghindari takdir yang sudah digariskan "

"Gendis,Lastri? Kita harus sabar dan menerima takdir dan keadaan ini dengan lapang dada. "

Sang ibu pun kemudian tertunduk lesu, merasakan keadaan ini benar-benar begitu pahit serta memprihatinkan bagi kedua anak gadisnya itu.

"Lastri sudahlah dik, makanlah terlebih dahulu. Kakak tahu kau lelah dan lapar, "

"Lupakan sejenak masalah itu. Tugasmu hanya belajar dan meraih  cita-cita sampai kau lulus dan menjaga nama baik keluarga. "

Gendis memegang bahu adiknya, seolah ingin memenangkan dari keadaan pahit yang terlihat begitu lelah dan memilukan ini.

Lastri sadar akan amarahnya, dia menarik napas sejenak agar tenang.

"Maafkan Lastri kak bu, "

"Lastri benar-benar tidak rela juragan jahat itu menyakiti kalian semua. "

"Apa kakak dan ibu sudah makan?"

Tanya adiknya yang menatap wajah ibu dan kakaknya yang hanya bisa pasrah dan menerima keadaan ini.

"Sudahlah, kau lebih baik makan dan tugasmu hanya belajar Lastri. Bukankah kau berjanji pada ibu dan kakak? Apapun yang terjadi, kau tetap harus semangat untuk meneruskan perjuangan mu. "

Lastri menatap wajah kakak dan ibunya kembali, ada perih dan luka serta beban yang begitu mendalam.

"Nanti kak, Aku belum merasa lapar. '

Ujar adiknya, tatapan mata Gendis pun tahu jika dia merasakan jika adiknya benar-benar tak tahan dengan tekanan demi tekanan yang terus saja terjadi, tapi apa yang harus mereka lakukan? Selain menerima keadaan ini dan pasrah.

"Aku lelah kak,"

"Aku lelah dengan semua ini. Aku ingin beristirahat sejenak. "

Lastri yang merasakan keadaan pilu ini benar-benar tidak tenang, begitu juga dengan Gendis yang memang sebagai pengganti ayahnya dalam mencari nafkah. Hati kecil Gendis merasa begitu bersalah dengan dirinya yang tak mampu melakukan apapun hingga saat ini, dia melihat adiknya gontai perlahan  pergi memasuki kamar kecil itu.

"Sudahlah, kau harus maklum pada adikmu itu. Dia memang seperti itu. "

Ujar ibunya yang merasa keadaan sejenak mulai terasa begitu sangat menyedihkan. Gendis menarik napas sejenak, dia kembali menghambat ibunya.

"Buuuu, sepertinya aku tidak bisa membiarkan keadaan terus seperti ini. "

Gendis yang tiba-tiba bicara ingin mengungkapkan apa yang selama ini dia tengah pikirkan, ya hanya untuk mengubah jalan hidup keluarganya yang tidak pernah berubah.

Ibunya perlahan diam, dari dalam sana sang adik rupanya menguping pembicaraan kakak dan ibunya itu.

"Apa yang kau maksud Gendis?"

"Ibu belum paham, apa kau menerima tawaran dari juragan kastro?"

Tanya ibunya yang saat itu mencoba untuk menebak apa yang ada dalam pikiran Gendis anak gadis tertuanya itu.

"Aku hanya ingin mengubah kehidupan ekonomi keluarga kita bu. Melunasi semua hutang yang kita pinjam dari juragan, "

"Gendisssss, Gendis akan mencari pekerjaan. "

Memang, dari sejak lama Gendis memikirkan akan hal ini. Dia tidak ingin keadaan terus seperti ini, beban kehidupan keluarganya benar-benar sulit. Sebagai pengganti ayahnya, Gendis wajib untuk mengubah semua keadaan perih ini. Dia tahu  ini adalah tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga.

"Jika kita hanya berharap pada tanaman pekarangan rumah dan tanah yang tidak seberapa ini? sampai kapan kita bisa melunasi hutang pada juragan kastro?"

"Seperti apa yang ibu katakan, kita tidak akan bisa mengharapkan hal itu bukan?"

Tanya Gendis dengan mata yang masih berbinar-binar menahan kesedihan dan air matanya yang kembali jatuh tepat di hadapan ibunya itu.

Ibu Gendis hanya bisa terdiam.

"Jika ibu izinkan, Gendis akan mencoba mencari peruntungan bekerja di luar kota bu,

" Buuuu, keadaan dan niat baik ini sudah Gendis pikirkan beberapa hari."

Mbok Warsih hanya terdiam mendengar apa yang diinginkan oleh Gendis anak gadisnya itu.

Perempuan paruh baya itu diam sejenak, dia memang sempat ragu dengan keinginan Gendis. Ragu akan dunia di luar sana tidak seperti apa yang anak gadisnya Gendis pikirkan. Kekhawatiran akan keadaan Gendis dan orang-orang jahat di luar sana selalu menghantui pikiran Mbok Warsih pada anak gadisnya itu.

"Gendis, ketahuilah nak? Keadaan di luar sana tidak seindah yang kau bayangkan!

" Sudahlah! Hilangkan saja impianmu untuk ke ibu kota, disana kehidupan benar-benar begitu berbahaya, apalagi kau hanya seorang  perempuan. "

Memang Gendis sudah pernah mengatakan keinginan keras itu pada ibunya, ibunya tidak pernah mengizinkan Gendis.

Nasehat demikian nasehat kerap Ibunya katakan pada Gendis. Namun  keinginan Gendis begitu kuat dengan niatnya yang tulus. Gadis itu hanya ingin mengangkat derajat orang tua dan keluarganya.

"Bu, percayalah padaku! Ku mohon."

Gendis merapatkan tangannya.

"Bu, itu hanya mitos dan perkataan orang-orang di luar sana!

"Tidak semua seperti itu! Banyak orang-orang berhasil kembali ke kampung dalam keadaan ekonomi yang berubah. Mereka bisa membahagiakan keluarga bahkan melunasi hutang-hutangnya. "

"Apa Gendis tidak boleh merasakan kesempatan dan impian yang sudah lama Gendis pendam bu...?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dendam Dan Pengkhianatan   Identitas Baru Dan Penyamaran

    “Aku ingin kau tetap merahasiakan hal ini dari siapapun!”Ya, Gendis hanya berasal dari kampung kecil itu kini menjelma menjadi sosok baru dalam hidupnya, kini berganti nama menjadi Monic, seorang perempuan kota bak model dengan daya tarik baru.“Aku akan kembali dan sudah lama aku ingin merencakanan balas dendam!”Ya, Gendis yang kini menyamar sebagai Monic itu bahkan lebih bersikap dewasa dan mengikuti perkembangan zaman. Jiwa dan dendamnya yang tak pernah padam, dalam sekejap merubah watak dan karakternya. Dia lebih agresif dan seksi itu telah berubah dari sosok gadis desa yang lugu dan sebelumnya tak tahu apa-apa, sekarang menjadi lebih moderen dari sebelumnya, semua itu berkat Tom.“Ya, tentu saja Gendis, eh... maaf, maksudkuuuuu Monic.....”Tom yang belum terbiasa memanggil nama itu bahkan mengulang kembali menyebut nama yang kini disandang sang perempuan yang berasal dari kampung itu, dengan kesepakatan dan rahasia bersama dan hanya mereka berdua yang mengetahui semuanya.“A

  • Dendam Dan Pengkhianatan   Ratu Penggoda

    Seorang perempuan cantik muncul di tengah rapat dan tengah duduk di sana, dia begitu cantik dan seksi sekali, menemani Tom yang sedang mengumpulkan beberapa rekan kerja anak buahnya. Tempat dimana laki-laki gagah dan tampan itu memimpin para rekan bawahannya, sebuah perusahaan asing bidang ekspor dan impor yang bergerak di bidangnya.“Terimakasih atas kehadiran kalian kembali di ruangan ini,”“Oh yaaaa, aku juga tidak lupa untuk berterima kasih pada kalian semua. Kalian sudah membantu semua tugas yang sudah aku percayakan pada kalian, hingga akhirnya aku bisa kembali aktif memimpin kaliandi sini hingga saat ini.”Tom tersenyum dan bicara pada beberapa orang rekan anak buahnya yang dia kumpulkan dalam sebuah meja bundar.Tom, memang sudah lama tak kembali berbicara sejak beberapa lamanya dan menyerahkan semua itu pada orang-orang kepercayaannya, sebelum dia kembali siap mulai hari ini untuk memulai kembali semua keadaan untuk menjadi normal sedia kala.“Aku bangga, kalian bisa memega

  • Dendam Dan Pengkhianatan   Suli Percaya

    “Apa kau sudah siap?”Dokter Cleo saat itu tengah berada di ruang dimana Gendis dirawat, ya keadaan waktu yang berjalan semakin cepat membuat waktu terus berputar, dimana perban yang menutupi wajah itu harus segera dibuka demi untuk mengetahui hassilnya.“A-aku, aku sudah si-siappp...”Gendis, jantungnya benar-benar berdegup kencang saat itu. Bercampur aduk perasaannya, penasaran ketakutan, dan rasa ingin tahunya terhadap hasil yang sudah dia usahakan selama ini berkat Tom juga, laki-laki yang seperti seorang pahlawan untuknya yang datang disaat dia benar-benar membutuhkan.“Tenanglah, kau akan tahu setelah kau membuka perbannya,”“Aku pikir selama dalam menjalani masa perawatan, semua berjalan baik-baik saja sesuai rencana.”Tom, laki-laki tampan bertubuh tinggi dan gagah itu meyakinkan akan rasa penasaran sekaligus ketakutan yang kini tengah melanda itu.Gendis, dia duduk tepat di depan sebuah cermin.“Gendis, kau harus yakin,”“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dengan semua us

  • Dendam Dan Pengkhianatan   Harapan

    “Sebentar lagi dia akan siuman.”Gendis, masih terbaring di sana dalam keadaan lemas tak berdaya. Beberapa selang impus tengah terpasang di tangannya, terlihat seperti dia yang memang sudah tertidur beberapa waktu yang cukup lama, Ya tertidur dalam mimpi yang sejenak membangunkan dirinya dari masa lalu kelam yang pernah membayangi hidupnya.“Bu-Ibuuuu....?“La-lastriiii......!!!Teriakan itu benar-benar terdengar dari mulut Gendis.Ya, dalam ketidak sadaran perempuan itu, dia menyebut beberapa orang yang begitu sangat penting dalam hidup dan masa lalunya, ibu dan adiknya.“Tenangggg, tenangggglahh...Suara itu seolah mampir dan menyadarkan akan mimpi yang sejenak memudar dari ingatan Gendis saat itu, dimana dalam ilusinya melihat ibu dan adiknya melambai perlahan dan bayang-bayang mereka meninggalkan Gendis dalam kegelapan.“Gendis?“Gendis???“Aapa kau dengar???”Tanya Tom yang sudah begitu setia menemani sang gadis malang yang kini mulai menarik hati dan perhatiannya itu. Laki-laki

  • Dendam Dan Pengkhianatan   Rahasia Besar

    “LASTRIIII....?“LASTRIIIII....???“BUKA PINTUNYA.....!!!”Panggilan itu terus saja tanpa henti ,bunyi ketukan pintu berkali-kali terdengar, saat Bibi Esmeralda mencoba untuk mengetuk pintu itu berkali-kali, namun tak kunjung ada jawaban dari dalam. Begitulah yang terjadi,Bibi Esmerala mencoba untuk mencari tahu tentang ada apa yang tengah terjadi pada Lastri, suaminya pun hanya diam saja tak begitu menanggapi karena sudah tahu kenapa Lastri menjadi pendiam dan sekarang lebih memilih sering berdiam diri.Lastri, beberapa minggu ini, sang adik Gendis yang kini hidup sebatang kara tanpa ayah, ibu bahkan kakaknya itu seperti mengalami trauma mendalam. Acap kali dia merenung, bahkan menangis, hal ini kerap dipergoki oleh Bibi Esmeralda ataupun sang paman yang dalam keadaan tanpa sengaja melihat perubahanm drastis perempuan malang itu.“Ada apa denganmu???“Hidupmu tak akan selesai dengan terus melamun dan selalu saja mengabaikan setiap pekerjaan yang aku berikan!“Cepat bersihkan rumah in

  • Dendam Dan Pengkhianatan   Trauma Mendalam

    “Aaaaaa.......!!!“Pamaaaan??? “Kenapa paman melakukan hal ini padaku?”Lastri berteriak seolah benar-benar tak terima dengan apa yang sudah dia alami itu, sebuah kesucian yang selama ini begitu dia jaga akhirnya harus direnggut oleh laki-laki nista dan tak bertanggung jawab seperti sang paman yang sudah membuat adiknya Gendis itu benar-benar trauma. Begitulah yang terjadi, seorang paman yang seharusnya menjaganya dari mara bahaya, malah sengaja menodainya.“Ma-maafkan paman Lastri, maafkannnnn pamannnn....”Laki-laki yang sedang mengancing bajunya kembali itu seolah benar-benar meminta maaf atas kejadian yang baru saja diperbuatnya. Di sana, terbaring Lastri yang lemas karena memang laki-laki itu benar-benar sudah membuatnya tak berdaya, terpaksa menyerahkan kesuciannnya pada seorang laki-laki bejat itu.“Hik, hik, hik....“Pergggggi.....!“Pergggi kauuu....!!!“Aku tidak ingin melihatmuuuuu.....!”Tidak ada lagi sopan santun serta menganggap laki-laki itu sebagai seseorang yang b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status