Pesta BesarPesta ulang tahun hotel Graha akan dilaksanakan tepat jam tuju malam, satu jam lagi. Suasana di luar hotel sungguh sangat ramai, dipenuhi awak media yang ingin mengambil gambar dan mencari berita.Di apartemennya, apartemen baru Laura yang diberikan Radit, Laura terlihat begitu cantik, dirias oleh make up artis terkenal, Oci. "Nona, nona cantik sekali, saya seperti sudah pernah merias wajah nona tapi mungkin hanya perasaan saja atau sekedar mirip," ucap Oci sang make up artis."Apa sangat mirip?" tanya Laura."Tidak, nona jauh lebih cantik, wajah nona memiliki keunikan, yang tidak dimiliki orang lain, itu yang membuat riasan apapun terlihat begitu sempurna," ucap Oci."Terimakasih," ucap Laura seraya tersenyum."Nona akan menjadi bintangnya," ucap Oci yakin seraya mengulaskan senyum.Beberapa saat setelah itu, Radit terlihat menjemput Luna, menaiki mobil alphard warna putih. Radit menunggu di luar, bersama sang supir pribadinya.Dari gedung apartemen, Laura keluar dengan
Panas HatiDi kantor berlian grup, Vero terlihat begitu risau, ada hal yang mengganjal di dalam hatinya."Tuan memanggil saya?" tanya sekretaris Mike ketika masuk ke dalam ruang kerja Vero."Ya, Mike carikan nomor ponsel Laura, dia benar benar hampir membuatku gila," ucap Vero."Baik tuan, secepatnya saya akan mendapatkannya," ucap sekretaris Mike."Oh iya tuan, nyonya Rose menghubungi saya, katanya tuan tidak bisa dihubungi," ucap sekretaris Mike."Wanita itu benar benar membuatku hampir gila, dia terus menekanku dengan pernikahan, bahkan aku tidak lagi merasakan apapun di dekatnya," ucap Vero kesal."Saya permisi dulu tuan," ucap sekretaris Mike, Vero menjawabnya dengan anggukan, kemudian sekretaris Mike berbalik dan meninggalkan ruang kerja Vero."Wanita itu benar benar membuatku gila,apa pernikahan harus terjadi, aku sudah menikahinya sepuluh tahun lalu, bahkan hampir sebelas tahun," gumam Vero. "Hatiku tidak lagi bergetar, hatiku hidup lagi setelah melihat Laura, apa yang harus
Tangan Ajaib Vero terlihat bangun dari tempat tidurnya, dia melihat jam, menunjukkan pukul sembilan pagi. Vero memegangi kepalanya, masih terasa berat dan sakit."Vero, apa yang kau lakukan, kau tidak biasanya mabuk seperti ini, apa yang membuatmu melakukan hal ini," ucap nyonya Anna khawatir setelah masuk ke kamar Vero."I-ibu, kenapa aku bisa ada di rumah?" tanya Vero."Kau tidak ingat, sekretaris Mike mengantarmu pulang setelah menemanimu semalaman mabuk di tempat karaoke. Apa yang kau pikirkan? ini bisa menimbulkan kesan yang buruh bagi hotel kita, kau tidak bisa mabuk mabukan seperti ini," ucap nyonya Anna."Ibu, Vero hanya minum sedikit," ucap Vero."Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya, apa kata orang jika ada yang melihatmu, kau pimpinan hotel mewah, kau cerminan pria hebat dengan kesuksesan, tidak bisa seperti ini," ucap nyonya Anna kesal."Ibu, iya Vero tahu, maafkan Vero," ucap Vero berusaha menghentikan kekhawatiran ibunya."Kau benar benar membuat ibu kesal, ibu ingin
Kebencian dalam cinta Laura merias wajahnya dengan riasan terbaik, dia akan segera bertemu dengan Vero, dia pastikan Vero akan tergila gila padanya. Laura memakai dress minim, jenis pakaian yang sangat dihindari Luna. Dia harus terlihat berbeda dari Luna. Laura memasuki ocean blue, restoran mewah tempat kalangan atas biasa menghabiskan waktu. Luna langsung menuju ke meja yang sudah dipesan untuknya. Dia berjalan dengan begitu anggun dan santai. Vero sudah ada di sana, dia melihat Laura dengan pandangan bulat penuh, begitu terpesona. Vero tidak mengedipkan mata sedikitpun, Laura seperti telah menghipnotisnya."Selamat malam," sapa Laura, lalu dia duduk di hadapan Vero."Selamat malam, terimakasih sudah datang," ucap Vero."Kau sangat cantik sekali," lanjut Vero."Terimakasih," ucap Laura."Aku senang sekali bisa menghabiskan waktu denganmu," ucap Vero."Benarkah?" tanya Laura memastikan."Ya, aku sudah memesan hidangan istimewa untuk kita," ucap Vero. Pelayan terlihat mengantar hida
Memori TubuhLaura dan Vero berjalan menuju ke arah kamar hotel tempat Vero menginap. Jantung Laura bergetar, berdegup tidak karuan. Dia khawatir ini akan menjadi sebuah bumerang yang menakutkan. Dia hanya berdua dengan Vero, disebuah kamar hotel, segala hal bisa terjadi. Tubuh kecil Laura mungkin tidak akan kuat melawan jika terjadi hal hal yang diinginkan Vero, namun benar benar tidak diinginkan Laura.“Ada apa? Kau sepertinya tegang sekali,” tanya Vero seraya membuka kamar hotelnya.“Ah tidak apa apa, mungkin karna sudah larut,” ucap Laura berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.“Jangan terlalu formal, santailah,” ucap Vero seraya tersenyum.“Masuklah, ini kamar terbaik di tempat ini. Mereka ingin menjadi mitra Berlian grup, jadi mereka akan melakukan apa saja untuk menyenangkanku,” ucap Vero.Laura terdiam, apa benar ini adalah Vero yang pernah hidup dengannya, sepertinya Vero di luar rumah terlihat jauh lebih ramah dan hangat di banding yang pernah tidur satu ranjang dengannya.
Melawan HasratDi kamar hotelnya, Vero terlihat cukup kesal, sungguh sangat kesal karna apa yang dia inginkan tidak dia dapatkan hari ini. Dia terlihat meraih ponselnya, lalu menghubungi seseorang.“Halo Mike, maaf mengganggumu malam malam begini,” ucap Vero yang ternyata menghubungi sekretaris pribadinya.“Aku minta kau mencari tahu tentang Laura, apapun itu, juga hubungannya dengan Radit Utama Putra, presdir Graha hotel. Aku tidak peduli, apapun caranya kau harus mencari informasi sebanyak mungkin,” ucap Vero dengan nada suara yang cukup kesal.Vero terlihat melempar ponselnya, lalu ponsel itu jatuh tepat di sebuah karpet bulu yang ada di ruang tengah kamar mewah itu.“Apa kau sedang bermain main denganku, kita lihat saja apa yang bisa aku lakukan. Aku akan mendapatkanmu, bagaimanapun caranya. Kau sudah membuatku gila, kau harus bertanggung jawab,” ucap Vero dengan mata nanar dan bengis.Di apartemen sekretaris Mike, terlihat dia sedang menghabiskan waktu dengan sahabatnya, yaitu se
Regulasi MimpiRadit terlihat menyandarkan tubuhnya di penyangga kursi kerja yang ada di dalam kantornya, matanya menerawang, lalu sesekali memutar mutar kursi itu.“Selamat pagi tuan, bagaimana hari minggu anda? apa semuanya berjalan dengan baik?” ucap sekretrais Nade.“Nade, kau sudah datang, baguslah, ada yang harus aku bicarakan denganmu,” ucap Radit yang kemudian menegakkan posisi duduknya.“Apa kau kemarin berhasil mendapatkan file rekaman dari tempat sekretaris pribadi Vero?” tanya Radit.“Saya hingga tadi malam menginap di tempat Mike tuan, saya juga berhasil meminjam laptopnya, namun sepertinya rekaman cctv itu tidak ada di sana. Saya sudah mencarinya berkali kali, bahkan di file yang disembunyikan, tapi saya berhasil mendapatkan ini,” ucap sekretaris Nade yang kemudian meletakkan beberapa lembar foto di meja kerja Radit.“Foto?” tanya Radit.“Saya mendapatkan foto itu dari laptop Mike, lalu mencetaknya, mungkin saja tuan ingin melihat foto itu,” ucap sekretaris Nade.Dengan
Persaingan SengitVero dan Radit terlihat saling melempar pandangan sengit, seolah mata itu ingin saling beradu, menyerang dengan pertarungan mematikan. Entah apa yang akan terjadi, yang jelas dua pria yang bukan dari kalangan biasa itu akan menemui wanita yang sama.“Radit,” bisik Vero.“Untuk apa dia ada di sini, dia akan merusak semuanya,” ucap Vero jauh di dalam hatinya.“Mari kita bertarung secara adil,” ucap Radit di dalam hatinya, seraya tetap memusatkan pandangannya, pandangan tajam, menjurus, menusuk.“Tuan Radit, kau juga di sini?” tanya Vero.“Selamat siang tuan Vero, tidak disangka kita akan bertemu di sini,” ucap Radit yang tentu itu semua adalah sekedar basa basi.Dari ujung jalan terlihat Laura berjalan menuju ke arah mereka berdua, dengan sekretaris Mimih mengikuti dari belakang.“Kalian berdua di sini?” tanya Laura.“Se-selamat siang nona Laura,” ucap Vero berusaha mendapatkan perhatian Laura lebih dulu.“Aku membeli ini untukmu, bunga yang sama cantiknya denganmu,” u