Share

Bab. 3

Setelah cukup lama menunggu akhir mereka merasa lega saat dokter keluar dan memindahkan David di kamar rawat. Luka David tak begitu parah, pisau itu tidak terlalu dalam menembus perut David. Namun, David harus rawat inap sampai luka itu membaik. 

"Maafkan aku," kata wanita itu tidak berani menatap David.

"Sudah menjadi kewajiban kita menolong sesama," balas David, "sepertinya aku pernah lihat kamu! apa kamu kulian di universitas Wijaya?" tanya David.

"Iya," jawab wanita itu.

"Siapa nama kamu?" tanya David.

"Ayna azkayra," jawab Ayna.

"Nama yang cantik, secantik orangnya," puji David membuat Ayna tersipu.

"Kamu bisa saja! semua wanita pasti cantik," balas Ayna.

"Tapi kamu beda," kata David yang ingin semakin dekat dengan Ayna.

Ayna menunduk dan tersenyum. Ayna tidak berani menatap David. Ayna terlalu malu menatap wajah pria tampan yang ada dihadapannya.

Takut jika Ayna merasa tidak nyaman. David segera mengganti topik pembicaraan mereka.Hingga tak lama kemudian seorang pria dan wanita paruh baya masuk ke ruangan itu.

"Nak, kamu tidak pa - pa kan?" tanya wanita itu menghampiri anak gadisnya.

"Ay tidak apa Mom, ada yang tolongin Ay," jawab Ayna melirik kearah David.

"Dia yang tolongin kamu?" tanya Dara menoleh kearah David.

David tersenyum dan berusaha untuk tetap tenang saat Dara menatapnya. Meskipun dendamnya kembali membuncah saat melihat wanita itu. Ingin rasanya David membunuh wanita itu dan ayahnya saat ini juga. 

"Kalian lihat saja, aku tidak akan pernah membiarkan kalian bahagia," kata David dalam hatinya. Tatapan matanya menatap tajam pada ayah dan ibu tirinya.

David diam menatap wanita itu. David harus menyusun rencana matang agar harta ibunya kembali ketangannya sebelum dia menyingkirkan wanita itu juga ayahnya.

"Siapa namamu?" tanya Dara penuh selidik.

"David," jawab David dengan santai.

"Terima kasih sudah menyelamatkan putriku, berapapun kamu minta akan aku kasih," ucap Dara dengan tatapan meremehkan.

"Maaf, jika uang yang anda bahas ... jujur saya tidak butuh uang anda," balas David dengan penekanan.

"Mom," panggil Ayna tidak suka dengan sikap mamanya.

"Diam Ay, aku tidak ingin kamu berteman dengannya. Apalagi menyukainya! dia tidak selevel dengan kita Ay!" kata Dara menatap sang anak yang menahan amarahnya.

"Mommy jahat," kata Ayna menangis meninggalkan ruangan itu.

"Ay."

Dara mengejar anak gadisnya begitu juga dengan Adijaya.

"Sebegitu sayangnya kamu dengan anak kamu itu, Dad," batin David terasa perih.

"Ay, tunggu Sayang," panggil Dara.

Namun, Ayna tidak peduli. Ayna terus berlari meninggalkan mamanya.

"Sudahlah Ra, Ayna butuh waktu untuk menenangkan diri," kata Adijaya berusaha menenangkan istrinya.

"Dia terlalu keras kepala Mas, aku tidak suka dia menjalin hubungan dengan pria itu," balas Dara menghentikan langkahnya.

"Ra, Ayna sudah dewasa, dia tahu mana yang terbaik untuk dirinya," kata Adijaya mengusap bahu istrinya.

"Iya Mas, tapi tetap saja dia tidak boleh asal memilih pasangan," balas Dara tak masih pada pendiriannya.

"Iya, aku tahu Ra, tapi kita gak bisa memaksakan keinginan kita. Apa kamu mau dari semakin menjauh dari kamu?" tanya Adijaya.

"Tapi Mas-"

"Sudahlah, biarkan dia memilih jalan hidupnya, jika kamu tidak ingin dia membenci kamu," kata Adijaya.

Akhirnya Dara hanya terdiam pasrah. Dara tidak ingin anaknya membencinya.

***

Setiap hari sebelum berangkat ke kampus. Ayna selalu datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan David.

"Maaf sudah merepotkan kamu," ucap David menatap wajah cantik gadis yang duduk dikursi samping ranjangnya.

"Kenapa bilang seperti itu? bukankah kamu seperti ini karena aku! jadi aku harus bertanggung jawab sampai kamu sembuh," kata Ayna membuka kantong plastik dan mengeluarkan isinya.

"Sarapan dulu gih! kamu belum minum obat kan?" tanya Ayna membuka cup kotak berisi bubur ayam.

Dengan sabar Ayna menyuapi David hingga bubur itu habis. "Maaf," ucap Ayna saat akan mengusap bibir David.

"Terima kasih," ucap David dengan senyum yang begitu manis membuat Ayna tersipu.

Jantung Ayna berdetak tak menentu saat tatapan mereka tidak sengaja bertemu.

"Ay, apa kamu sudah punya kekasih?" tanya David membuat Ayna kembali menatap wajah tampan itu.

"Maksud kamu?" tanya Ayna pura-pura tidak mengerti apa yang David tanyakan padanya.

"Apa kamu sudah punya pacar?" tanya David sekali lagi.

"Emm, belum," jawab Ayna menggeleng.

Ayna menunduk saat menjawab pertanyaan David. Sementara David menahan senyum. David begitu bahagia saat mendengar jawaban Ayna.

"Apa kamu mau jadi kekasihku, Ay?" tanya David menatap penuh harap.

"Apa kamu bersungguh-sungguh?" tanya balik Ayna yang masih belum yakin karena mereka baru saja saling mengenal.

"Tentu saja aku bersungguh-sungguh," jawab David meyakinkan Ayna. 

David menggenggam erat tangan Ayna. Matanya menatap Ayna yang juga menatapnya dengan begitu dalam seolah mencari kejujuran dari apa yang baru saja David katakan.

"Tapi Vid, pacaran itu dosa," kata Ayna yang memang selalu menjaga diri dari lelaki, berbeda dengan mamanya.

"Kalau kamu mau, datanglah ke rumah. Mintalah aku dari orang tuaku," kata Ayna lagi.

"Bagaimana kalau mereka menolakku?" tanya David serius.

"Aku akan menikah dengan kamu tanpa restu mereka. Lagipula papaku juga sudah tiada, kita hanya butuh wali hakim untuk menikah," jawab Ayna menatap dalam wajah tampan yang selalu membuatnya tidak tenang.

"Kamu serius Ay?" tanya David tidak percaya dengan apa yang Ayna katakan.

"Iya," jawab Ayna tanpa ada rasa ragu sedikitpun.

"Baiklah, aku akan datang ke rumah kamu untuk meminta kamu pada orang tua kamu. Tapi jika mereka menolakku, kamu harus siap pergi bersamaku saat itu juga!" kata David dengan penekanan.

"Iya," balas Ayna mengangguk yakin.

Setelah tidak ada lagi yang mereka bicarakan. Ayna membantu David meminum obatnya. Setelah itu Ayna pamit berangkat ke kampus.

Saat keluar dari kamar rawat David. Ayna berpapasan dengan Riko. Riko menoleh kearah Ayna yang hanya tersenyum dan mengangguk padanya.

"Cie, yang setiap hari dijenguk," goda Riko saat sudah berada didalam ruang rawat David.

"Kamu apaan sih?" tanya David menyembunyikan rasa bahagianya.

"Sudah gak usah ditutupi lagi, aku tahu kok kalau kamu suka sama dia," kata Riko menghempaskan tubuhnya dikursi samping ranjang David.

"Bagaimana dengan ibu?" tanya David mengalihkan pembicaraan mereka. 

"Ibu percaya dengan apa yang aku katakan. Aku bang sama ibu kalau kamu menginap di rumah teman untuk beberapa hari," jawab Riko membuat David menghela nafas lega.

David terdiam, ada rasa bersalah sudah berbohong pada ibunya. Namun, disisi lain David tidak ingin melihat ibunya khawatir. 

"Malah bengong," kata Riko menyadarkan David.

"Kita dosa gak ya? kita sudah bohongi ibu!" tanya David.

"Dosa sih sebenarnya, tapi berbohong demi kebaikan sepertinya tidak apa!" jawab Riko santai.

"Iya, semoga aku cepat sembuh, Rik. Aku tidak ingin ibu curiga dan mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi," kata David cemas.

"Amin, semoga cepat sembuh. Ibu juga sudah kangen sama kamu," balas Riko.

"Aku juga kangen sama ibu," kata David membayangkan wajah sang ibu yang begitu menyayanginya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status