Setelah cukup lama menunggu akhir mereka merasa lega saat dokter keluar dan memindahkan David di kamar rawat. Luka David tak begitu parah, pisau itu tidak terlalu dalam menembus perut David. Namun, David harus rawat inap sampai luka itu membaik.
"Maafkan aku," kata wanita itu tidak berani menatap David.
"Sudah menjadi kewajiban kita menolong sesama," balas David, "sepertinya aku pernah lihat kamu! apa kamu kulian di universitas Wijaya?" tanya David.
"Iya," jawab wanita itu.
"Siapa nama kamu?" tanya David.
"Ayna azkayra," jawab Ayna.
"Nama yang cantik, secantik orangnya," puji David membuat Ayna tersipu.
"Kamu bisa saja! semua wanita pasti cantik," balas Ayna.
"Tapi kamu beda," kata David yang ingin semakin dekat dengan Ayna.
Ayna menunduk dan tersenyum. Ayna tidak berani menatap David. Ayna terlalu malu menatap wajah pria tampan yang ada dihadapannya.
Takut jika Ayna merasa tidak nyaman. David segera mengganti topik pembicaraan mereka.Hingga tak lama kemudian seorang pria dan wanita paruh baya masuk ke ruangan itu.
"Nak, kamu tidak pa - pa kan?" tanya wanita itu menghampiri anak gadisnya.
"Ay tidak apa Mom, ada yang tolongin Ay," jawab Ayna melirik kearah David.
"Dia yang tolongin kamu?" tanya Dara menoleh kearah David.
David tersenyum dan berusaha untuk tetap tenang saat Dara menatapnya. Meskipun dendamnya kembali membuncah saat melihat wanita itu. Ingin rasanya David membunuh wanita itu dan ayahnya saat ini juga.
"Kalian lihat saja, aku tidak akan pernah membiarkan kalian bahagia," kata David dalam hatinya. Tatapan matanya menatap tajam pada ayah dan ibu tirinya.
David diam menatap wanita itu. David harus menyusun rencana matang agar harta ibunya kembali ketangannya sebelum dia menyingkirkan wanita itu juga ayahnya.
"Siapa namamu?" tanya Dara penuh selidik.
"David," jawab David dengan santai.
"Terima kasih sudah menyelamatkan putriku, berapapun kamu minta akan aku kasih," ucap Dara dengan tatapan meremehkan.
"Maaf, jika uang yang anda bahas ... jujur saya tidak butuh uang anda," balas David dengan penekanan.
"Mom," panggil Ayna tidak suka dengan sikap mamanya.
"Diam Ay, aku tidak ingin kamu berteman dengannya. Apalagi menyukainya! dia tidak selevel dengan kita Ay!" kata Dara menatap sang anak yang menahan amarahnya.
"Mommy jahat," kata Ayna menangis meninggalkan ruangan itu.
"Ay."
Dara mengejar anak gadisnya begitu juga dengan Adijaya.
"Sebegitu sayangnya kamu dengan anak kamu itu, Dad," batin David terasa perih.
"Ay, tunggu Sayang," panggil Dara.
Namun, Ayna tidak peduli. Ayna terus berlari meninggalkan mamanya.
"Sudahlah Ra, Ayna butuh waktu untuk menenangkan diri," kata Adijaya berusaha menenangkan istrinya.
"Dia terlalu keras kepala Mas, aku tidak suka dia menjalin hubungan dengan pria itu," balas Dara menghentikan langkahnya.
"Ra, Ayna sudah dewasa, dia tahu mana yang terbaik untuk dirinya," kata Adijaya mengusap bahu istrinya.
"Iya Mas, tapi tetap saja dia tidak boleh asal memilih pasangan," balas Dara tak masih pada pendiriannya.
"Iya, aku tahu Ra, tapi kita gak bisa memaksakan keinginan kita. Apa kamu mau dari semakin menjauh dari kamu?" tanya Adijaya.
"Tapi Mas-"
"Sudahlah, biarkan dia memilih jalan hidupnya, jika kamu tidak ingin dia membenci kamu," kata Adijaya.
Akhirnya Dara hanya terdiam pasrah. Dara tidak ingin anaknya membencinya.
***
Setiap hari sebelum berangkat ke kampus. Ayna selalu datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan David.
"Maaf sudah merepotkan kamu," ucap David menatap wajah cantik gadis yang duduk dikursi samping ranjangnya.
"Kenapa bilang seperti itu? bukankah kamu seperti ini karena aku! jadi aku harus bertanggung jawab sampai kamu sembuh," kata Ayna membuka kantong plastik dan mengeluarkan isinya.
"Sarapan dulu gih! kamu belum minum obat kan?" tanya Ayna membuka cup kotak berisi bubur ayam.
Dengan sabar Ayna menyuapi David hingga bubur itu habis. "Maaf," ucap Ayna saat akan mengusap bibir David.
"Terima kasih," ucap David dengan senyum yang begitu manis membuat Ayna tersipu.
Jantung Ayna berdetak tak menentu saat tatapan mereka tidak sengaja bertemu.
"Ay, apa kamu sudah punya kekasih?" tanya David membuat Ayna kembali menatap wajah tampan itu.
"Maksud kamu?" tanya Ayna pura-pura tidak mengerti apa yang David tanyakan padanya.
"Apa kamu sudah punya pacar?" tanya David sekali lagi.
"Emm, belum," jawab Ayna menggeleng.
Ayna menunduk saat menjawab pertanyaan David. Sementara David menahan senyum. David begitu bahagia saat mendengar jawaban Ayna.
"Apa kamu mau jadi kekasihku, Ay?" tanya David menatap penuh harap.
"Apa kamu bersungguh-sungguh?" tanya balik Ayna yang masih belum yakin karena mereka baru saja saling mengenal.
"Tentu saja aku bersungguh-sungguh," jawab David meyakinkan Ayna.
David menggenggam erat tangan Ayna. Matanya menatap Ayna yang juga menatapnya dengan begitu dalam seolah mencari kejujuran dari apa yang baru saja David katakan.
"Tapi Vid, pacaran itu dosa," kata Ayna yang memang selalu menjaga diri dari lelaki, berbeda dengan mamanya.
"Kalau kamu mau, datanglah ke rumah. Mintalah aku dari orang tuaku," kata Ayna lagi.
"Bagaimana kalau mereka menolakku?" tanya David serius.
"Aku akan menikah dengan kamu tanpa restu mereka. Lagipula papaku juga sudah tiada, kita hanya butuh wali hakim untuk menikah," jawab Ayna menatap dalam wajah tampan yang selalu membuatnya tidak tenang.
"Kamu serius Ay?" tanya David tidak percaya dengan apa yang Ayna katakan.
"Iya," jawab Ayna tanpa ada rasa ragu sedikitpun.
"Baiklah, aku akan datang ke rumah kamu untuk meminta kamu pada orang tua kamu. Tapi jika mereka menolakku, kamu harus siap pergi bersamaku saat itu juga!" kata David dengan penekanan.
"Iya," balas Ayna mengangguk yakin.
Setelah tidak ada lagi yang mereka bicarakan. Ayna membantu David meminum obatnya. Setelah itu Ayna pamit berangkat ke kampus.
Saat keluar dari kamar rawat David. Ayna berpapasan dengan Riko. Riko menoleh kearah Ayna yang hanya tersenyum dan mengangguk padanya.
"Cie, yang setiap hari dijenguk," goda Riko saat sudah berada didalam ruang rawat David.
"Kamu apaan sih?" tanya David menyembunyikan rasa bahagianya.
"Sudah gak usah ditutupi lagi, aku tahu kok kalau kamu suka sama dia," kata Riko menghempaskan tubuhnya dikursi samping ranjang David.
"Bagaimana dengan ibu?" tanya David mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ibu percaya dengan apa yang aku katakan. Aku bang sama ibu kalau kamu menginap di rumah teman untuk beberapa hari," jawab Riko membuat David menghela nafas lega.
David terdiam, ada rasa bersalah sudah berbohong pada ibunya. Namun, disisi lain David tidak ingin melihat ibunya khawatir.
"Malah bengong," kata Riko menyadarkan David.
"Kita dosa gak ya? kita sudah bohongi ibu!" tanya David.
"Dosa sih sebenarnya, tapi berbohong demi kebaikan sepertinya tidak apa!" jawab Riko santai.
"Iya, semoga aku cepat sembuh, Rik. Aku tidak ingin ibu curiga dan mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi," kata David cemas.
"Amin, semoga cepat sembuh. Ibu juga sudah kangen sama kamu," balas Riko.
"Aku juga kangen sama ibu," kata David membayangkan wajah sang ibu yang begitu menyayanginya.
"Sayang, Aa pulang dulu ya, Riko udah balik," pamit David menghampiri Ayna."Iya, A," balas Ayna. David mengusap lembut kepala sang istri dan mencium puncak kepala Ayna dengan penuh cinta sebelum meninggalkan istrinya. "Nis, aku titip Ayna ya," kata David."Iya," balas Nisa. "Kmau gak balik?" tanya Nisa saat David akan melangkah pergi."Balik kok, aku akan tidur di sini," jawab David. Nisa mengangguk mendengar ucapan David.Setelah David pergi, Nisa masuk ke kamar menemani Ayna. "Ay, apa David sudah tahu kalau kamu mengandung anaknya?" tanya Nisa."Sudah," jawab Ayna. "Memangnya kenapa, Nis?" tanya Ayna."Gak apa, semoga kalian selalu bahagia, jangan kabur - kabur lagi, kasihan David," kata Nisa menasehati sahabatnya."Iya," balas Ayna.***"Kamu darimana saja, Nak?" tanya Marni saat melihat kedua anaknya baru pulang."Dari rumah Nisa, Bu," jawab Riko."Siapa Nisa?" tanya Marni."Temen Ayna, Bu," jawab David."Ngapain kamu ke rumah temen Ayna?" tanya Marni."Ayna ada di sana," jawab
"Apaan sih?" tanya Nisa merasa kesal pada sahabatnya. "Emangnya ada apa? aku salah ya ngomongnya?" tanya Adel."Iya," jawab Nisa."Kamu aja yang terlalu sensitif, Nis, siapa tahu beneran Rayhan menemukan cinta sejati, meski bukan kamu kan bisa saja, Lisa mungkin," kata Adel menoleh pada Lisa. Nisa pun terdiam, dia membuang nafas panjang."Kenapaaku selalu pengen marah - marah setiap bertemu dengan Rayhan," kata Nisa memijat pelipisnya. "Kamu terlalu menanggapi Rayhan, karena itu kamu merasa tertekan dan membuat kamu emosi setiap kali bertemu dengannya," kata David."Mungkin, entahlah, aku sendiri tidak faham," balas Nisa."Silahkan," ucap Rayhan meletakkan pesanan mereka di atas meja."Terima kasih," ucap David."Sama - sama," balas Rayhan."Ray, Abang tunggu kamu di ruangan Abang," kata Azlan membuat semua yang berada di meja itu menoleh ke arah pria tampan idaman setiap wanita itu."Tampan sekali, pantas saja Nisa jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Riko tanpa sadar membuat
Tak berselang lama, David dan Ayna keluar dari kamar menghampiri mereka. "Kalian kenapa?" tanya Ayna dengan polosnya."Haish! Kami nungguin kamu sampai lemes, Ay," jawab Adel."Maaf, ibu hamil lagi sensitif banget," kata David."Kok bisa?" tanya Nisa karena selama tinggal dengan dia Ayna tidak pernah aneh - aneh."Gak tahu, istriku takut jika ada wanita yang deketin aku, dia bilang katanya dia tidak menarik lagi, padahal menurut aku, dia lebih memesona saat berbadan dua seperti ini," kata David."Iya sih, kamu lebih cantik sekarang lho, Ay," kata Nisa setuju dengan apa yang David katakan."Kamu jangan bohong deh, Ay," kata Ayna."Gak kok, serius, kamu cantik!" balas Nisa, "dan kamu David, sepertinya kamu jangan deket - deket sama wanita manapun kecuali kita, karena Ayna bisa cemburu kalau kamu deket sama yang lain, meski yang lain tidak cantik tetap saja itu sakit," kata Nisa."Iya, Kalian memang selalu kompak," balas David membuang nafas kasar."Berangkat yuk, sudah laper banget ini,
"Laper," kata Ayna."Tu Nisa suruh beli makanan di cafe Bang Azlan, biar ketemu abang ganteng lagi," kata Adel."Kamu jangan ngomporin deh, Del, kasihan Nisa tahu, dia tu sudah dikejar - kejar sama adiknya dah gitu kamu suruh sama abangnya," sahut Lisa.'Habisnya gimana ya, aku juga lebih setuju kalau Nisa sama abangnya," balas Adel."Tapi bagaimana dengan Rayhan?" tanya Ayna."Maksud kamu apa, Sayang?" tanya David." Maksud Ay, bagaimana kalau Rayhan tudak terima Nisa sama Bang Azlan, pasti urusannya akan semakin rumit, A," jawab Ayna."Biarkan saja, lagipula dia pria yang menyebalkan," sahut Nisa tidak peduli."Kamu tenang saja, Ay, nanti aku akan berusaha menjadi obat buat Rayhan," sahut Lisa."Ah, serius kamu, kamu mau sama Rayhan?" tanya Ayna."Memangnya kenapa? Apa salah jika aku suka sama dia?" tanya Lisa menatap semua orang."Jadi kamu punya rasa gitu sama dia?" tanya Adel tidak percaya. "Entahlah, meski menyebalkan aku sedikit tertarik sama dia, lagian kalian semua sudah pu
Ayna mengerjabkan mata begitu juga dengan David saat mereka mendengar suara dari luar kamar."Sepertinya Nisa, Adel dan Lisa sudah pulang, A," kata Ayna."Sepertinya iya, kayaknya Riko juga ikut ke sini," balas David beranjak dari tempatnya. David dan Ayna keluar dari kamar menuju ke ruangan tempat Nisa dan yang lainnya berada."Yang dijagain sama suami, pules banget tidurnya," kata Adel menggoda Ayna."Apaan sih, Del?" tanya Ayna pura - pura tidak mengerti. "Del, kek nya kamu juga sudah gak sabar ingin nikah, ya?" tanya Lisa."Eh, apaan sih, gak kok!" jawab Adel mengelak."Siapa sih yang mau sama dia?" tanya Nisa, "cewek setengah cowok," lanjut Nisa. "Aku mau kalau Adel juga mau sama aku," sahut Riko. "Ha, apa? aku gak dengar!" tanya David."Aku serius, Vid, jika Adel mau aku gak bakal nolak walau dia minta aku untuk ke rumah orang tuanya sekarang juga," kata Riko tanpa pikir panjang."Kamu serius?" tanya David. "Iya," jawab Riko."Eh, wajah kamu kenapa, Del, kepanasan ya?" tanya
"Ay," gumam David berjalan mendekati sang istri yang masih terlelap. David mengusap puncak kepala Ayna hingga membuat Ayna terganggu dan mengerjabkan mata."Apa sih, Nis?" tanya Ayna belum sadar jika itu adalah sang suami."Apa kamu sedang sakit, Sayang?" tanya David membuat Ayna membuka mata lebar - lebar."Aa, darimana Aa tahu aku tinggal di sini?" tanya Ayna."Nisa yang membawaku ke sini," jawab David jujur."Kamu kenapa pergi dari rumah, Sayang? Kamu tahu tidak Aa sangat mengkhawatirkan kamu!" kata David duduk di samping sang istri."Maaf, Mas, Ay-""Lupakan masa lalu, Ay, kita harus membuka lembaran baru," kata David memotong ucapan Ayna. Ayna terdiam mendengar ucapan sang suami. Dasa bersalah masih memenuhi hatinya. Namun, dia tidak bisa memungkiri dirinya jika ia juga ingin selalu berada di samping suaminya. "Ay, apa kamu tidak rindu sama aku?" tanya David menatap sang istri dengan penuh rindu. "Tentu saja aku sangat merindukan kamu, A," jawab Ayna menatap dalam wajah tampan