Share

Bab. 4

Satu minggu sudah berlalu. David tidak sabar menunggu dokter memeriksanya. David sudah sangar rindu dengan sang ibu yang menunggu kepulangannya.

"Ay?" tanya David saat Ayna masuk ke ruang rawatnya.

Ayna tersenyum berjalan menghampiri David. "Aku akan mengantar kamu pulang," Ayna  menatap David yang tersenyum padanya.

"Terima kasih, harusnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini Ay," kata David.

"Aku tidak pernah merasa kamu merepotkan aku," kata Ayna menatap pria tampan yang mampu membuat jantungnya berdetak tak menentu. 

"Ehem," suara deheman dari arah pintu membuat Ayna tersadar dan membuang pandangannya menatap kearah lain. Ayna salah tingkah saat Riko masuk ke ruangan itu.

"Apa kamu sudah siap Vid?" tanya Riko saat sudah berdiri disamping ranjang David.

"Sudah, dokter juga sudah memeriksa. Luka jahitannya juga sudah kering, kamu tidak perlu khawatir lagi," jawab David membuka sedikit pakaiannya memperlihatkan luka yang sudah mengering itu pada Riko.

Ayna menoleh kearah lain saat David membuka pakaiannya walau sedikit. Namun, mampu membuat Ayna merasa gelisah.  Nafasnya terasa berat saat dia tidak sengaja melihat bagian tubuh David yang sungguh menggoda siapapun kaum hawa yang melihatnya.

"Yuk kita pulang sekarang!" ajak Riko membawa ransel berisi pakaian David.

"Iya," balas David mendongakan wajah menatap Ayna.

"Ay, kamu jadi anterin aku atau-"

"Jadi," potong Ayna segera.

Ayna pun berjalan mengikuti Riko dan David yang sudah lebih dulu keluar dari kamar. "Sebentar aku urus administrasinya," kata Ayna yang dibalas anggukan oleh David.

"Kamu tahu kalau dia anak wanita itu, bukan?" tanya Riko saat Ayna menjauh dari mereka.

"Iya," jawab David, "aku akan memanfaatkan dia untuk masuk kedalam kehidupan mereka," kata David yang memang sudah mengatur siasat.

"Baguslah! aku pikir kamu menyukainya!"

"Tidak! aku hanya ingin memanfaatkannya!" balas David membohongi perasaannya sendiri. 

Namun, saat mereka sedang membahas rencana David. Tanpa mereka sadari Ayna sudah berdiri dibelakang mereka.

"Memanfaatkan? apa maksud kalian?" tanya Ayna curiga.

"Riko, dia memanfaatkan keadaanku agar bisa dekat dengan ibu. Sebelumnya ibu lebih dekat denganku," jawab David berusaha terlihat tenang meski dia masih merasa khawatir takut jika Ayna tidak mempercayai ucapannya.

"Oo, jadi ibu lebih sayang sama kamu?" tanya Ayna percaya dengan apa yang David katakan membuat David menghela nafas lega.

"Iya," jawab David menoleh pada Riko. David mengedipkan sebelah matanya berharap Riko mau membantunya agar Ayna semakin percaya padanya.

"Dia itu anak kesayangan emak Ay, jadi wajarlah aku merasa iri dan memanfaatkan waktu saat dia tidak bersama ibu," tambah Riko membuat Ayna tersenyum. 

"Seru sekali ya punya saudara. Sayangnya aku anak tunggal," kata Ayna bergantian menatap David dan Riko.

David melirik kearah Riko dengan senyum tipis. Kemudian kembali menatap Ayna yang terlihat sedih.

"Kamu kenapa?" tanya David, "Kenapa kamu terlihat sedih Ay?" tanya David memberi perhatian pada Ayna berharap mereka semakin dekat.

"Aku bosan di rumah sendirian Vid, aku juga ingin bebas seperti temanku yang lainnya.  Mommy selalu mengatur hidupku, aku tidak suka!" jawab Ayna terlihat semakin sedih.

"Sudahlah Ay, jangan sedih lagi. Ada aku dan Riko yang akan selalu ada untuk kamu," kata David mengusap puncak kepala Ayna.

"Terima kasih, tapi aku ingin kamu selalu ada disampingku. Karena itu, tepatilah janjimu, mintalah aku dari orang tuaku, setelah kamu sembuh,"  pinta Ayna menatap penuh harap.

"Iya, dengan senang hati aku akan melakukannya," balas David dengan senyum. 

"Terima kasih," ucap Ayna.

"Sama-sama," balas David.

"Yuk pulang!" sela Riko yang dibalas anggukan David dan Ayna.

Mereka bertiga berjalan keluar dari rumah sakit menuju mobil Ayna berada. Mereka naik kedalam mobil yang akan membawa mereka pulang ke rumah ibu tercinta.

Di tempat lain, Dara merasa gelisah saat anaknya semakin dekat dengan David.

"Kamu kenapa Sayang?" tanya Adijaya menghampiri sang istri yang dari tadi mondar-mandir tak tenang.

"Ayna pasti menemui pria itu lagi, Mas," jawab Dara dengan wajah cemas.

"Memangnya kenapa kalau Ayna menemui pria itu?" tanya Adijaya tidak terlalu mempedulikan akan hal itu.

"Mas tahu kan nama pria itu David?" tanya Dara serius.

"Iya," jawab singkat Adijaya.

"Lalu kenapa Mas masih santai saja?" tanya Dara dengan nada suara meninggi.

"Lalu kamu mau Mas bagaimana?" tanya Adijaya.

"Cari tahu siapa pria itu, Mas! apa dia David anak kamu atau bukan?" tanya Dara masih begitu tegang.

"Aku rasa bukan! nama David itu banyak Ra! kamu gak usah terlalu memikirkannya," kata Adijaya dengan santainya.

"Kamu yakin Mas?" tanya Dara menatap dalam suaminya.

"Iya, aku yakin!" jawab Adijaya.

"Tapi aku butuh bukti agar aku bisa tenang!" kata Dara dengan begitu serius. 

"Baiklah, besok aku akan meminta beberapa orang untuk mencari tahu tentang David," balas Adijaya berbohong. Bagi Adijaya David adalah hal yang tidak penting dan hanya membuang waktunya saja.

"Terima kasih Mas, Mas selalu mengerti aku," ucap Dara merasa lega saat suaminya mengikuti kemauannya.

"Sama-sama Sayang," balas Adijaya, "tapi maaf, apa yang aku lakukan tidak gratis, nanti malam kamu harus servis aku sampai puas," kata Adijaya mengedipkan sebelah matanya menggoda Dara.

"Tentu saja, dengan senang hati suamiku," balas Dara dengan nada begitu manja.

"Sekarang juga boleh!" bisik Dara membuat darah Adijaya berdesir.

"Untuk sekarang aku tidak bisa, Sayang ... aku ada meting siang ini, kita bisa melakukannya nanti saat di rumah," kata Adijaya meski dia harus menahan tubuhnya yang mulai memanas karena godaan Dara.

"Kalau begitu, aku pulang dulu ... aku akan menyiapkan diriku untuk menyambutmu nanti malam," kata Dara dengan suara mendayu.

"Kamu selalu mengerti aku sayang. Kamu tidak pernah mengecewakanku. Itu yang aku suka dari kamu. Berbeda dengan Hanum yang membosankan," kata Adijaya memuji Dara.

"Tentu saja aku berbeda. Walaupun Hanum lebih cantik dariku, dia sama sekali tidak bisa menyenangkanmu," kata Dara bangga.

“Ya, kamu benar Sayang, hanya kamu yang bisa membuatku melayang saat bercinta,” jawab Adijaya menarik Dara dan menyatukan nafas mereka. 

“Cukup Mas, tahan nafsumu biar nanti malam kamu makin penasaran saat kita bercinta,” kata Dara melepaskan tautan bibir mereka.

"Pergilah!" kata Adijaya setelah mencium sekilas bibir Dara.

Dara tersenyum dan meninggalkan ruangan Adijaya. Dara berjalan melewati meja pegawai dengan begitu angkuh. 

Adijaya tersenyum setelah Dara keluar dari kamarnya. Adijaya merasa beruntung memiliki istri yang sangat memahami dirinya. Berbeda dengan Hanum yang lebih mengutamakan David daripada dirinya sendiri.

"Kamu tahu Hanum... aku tidak pernah menyesal telah menyakitimu. Aku bahagia dengan Dara yang bisa memberiku segalanya," kata Adijaya sambil mengambil foto Hanum yang disimpannya di mejanya. 

Adijaya tersenyum melihat foto Hanum. Tak ada rasa bersalah sama sekali di hati Adijaya. Hatinya dipenuhi nafsu duniawi, hingga ia membunuh istri pertamanya dengan tangannya sendiri. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status